Dampak Strawberry Parenting pada Prestasi Akademik Anak

Ilustrasi anak berprestasi
Sumber :
  • Freepik

Lifestyle –Dalam dunia pendidikan, peran orang tua sangat menentukan keberhasilan akademik anak. Namun, tidak semua bentuk dukungan orang tua memberikan hasil positif. Salah satu pola asuh yang kini menjadi sorotan adalah strawberry parenting, yaitu gaya parenting yang cenderung memanjakan anak dan menghindarkannya dari segala bentuk kesulitan. 

Meskipun terdengar penuh kasih sayang, pola asuh ini berpotensi mengganggu perkembangan kemandirian, termasuk dalam hal belajar dan prestasi akademik. Dengan meningkatnya kesadaran tentang pentingnya pola asuh yang tepat, muncul kebutuhan untuk memahami bagaimana strawberry parenting bisa berpengaruh secara signifikan terhadap pencapaian akademik anak.

Memahami Strawberry Parenting dalam Konteks Pendidikan

Strawberry parenting merupakan istilah yang berasal dari konsep “strawberry generation”—generasi muda yang dianggap mudah rapuh, kurang tahan banting, dan tidak siap menghadapi tekanan hidup. Dalam praktiknya, strawberry parenting merujuk pada gaya pengasuhan yang terlalu lembut, permisif, dan protektif, di mana orang tua berusaha menghindarkan anak dari rasa tidak nyaman atau kegagalan. 

Pola asuh ini kerap muncul sebagai respons atas pola pengasuhan otoriter di masa lalu, tetapi pada akhirnya justru melahirkan anak-anak yang kurang resilien dan tidak terbiasa menghadapi tantangan.

Dalam konteks pendidikan, pola asuh ini dapat memunculkan hambatan bagi anak dalam mengembangkan keterampilan belajar mandiri, motivasi intrinsik, dan daya juang dalam meraih prestasi.

Karakteristik Strawberry Parenting yang Mempengaruhi Prestasi Belajar

Beberapa ciri khas dari strawberry parenting yang berkaitan langsung dengan prestasi akademik anak antara lain:

1. Minimnya Disiplin Belajar

Anak tidak memiliki rutinitas belajar yang terstruktur karena orang tua terlalu longgar dalam penetapan aturan.

2. Tugas Sekolah Sering Diselesaikan oleh Orang Tua

Orang tua ingin anak mendapat nilai bagus, tetapi tidak membiarkan anak mengalami proses belajar yang sesungguhnya.

3. Menghindarkan Anak dari Tekanan Akademik

Saat anak merasa stres karena ujian atau PR, orang tua langsung memberi solusi atau membebaskannya dari tanggung jawab.

4. Pemenuhan Instan tanpa Upaya

Anak terbiasa mendapatkan apa pun tanpa proses usaha, sehingga kehilangan motivasi untuk berjuang dan belajar secara mandiri.

Karakteristik-karakteristik ini tidak hanya mempengaruhi cara anak belajar, tetapi juga membentuk pola pikir yang kurang adaptif dalam menghadapi tantangan akademik.

Dampak Negatif Terhadap Prestasi Akademik

Dampak dari strawberry parenting terhadap prestasi akademik bersifat kompleks dan mendalam. Berikut adalah beberapa konsekuensi yang sering muncul:

1. Kemandirian Belajar yang Lemah

Anak terbiasa bergantung pada bantuan orang tua untuk menyelesaikan tugas, sehingga kesulitan saat harus belajar mandiri.

2. Daya Juang yang Rendah

Ketika menghadapi soal sulit atau nilai buruk, anak mudah menyerah karena tidak terbiasa menghadapi tantangan secara mandiri.

3. Kurangnya Motivasi Intrinsik

Anak belajar bukan karena keinginan pribadi, tetapi karena dorongan eksternal seperti hadiah atau tekanan dari orang tua.

4. Tidak Tahan terhadap Kegagalan

Anak yang dibesarkan dengan strawberry parenting cenderung melihat kegagalan sebagai ancaman, bukan sebagai bagian dari proses belajar.

5. Kesulitan dalam Mengatur Waktu dan Tanggung Jawab

Karena tidak dibiasakan memiliki tanggung jawab sejak dini, anak mengalami kesulitan dalam manajemen waktu dan tidak mampu menetapkan prioritas akademik.

Pandangan Ahli dan Data Pendukung

Beberapa studi dalam bidang psikologi pendidikan menunjukkan bahwa pola asuh permisif berkorelasi dengan prestasi akademik yang lebih rendah dibandingkan pola asuh autoritatif. Psikolog Diana Baumrind, yang mempopulerkan konsep empat gaya pola asuh, menyebut bahwa pola asuh autoritatif—yang menggabungkan kasih sayang dengan batasan yang konsisten—mampu menghasilkan anak yang mandiri dan berprestasi lebih baik di sekolah.

Dalam survei yang dilakukan oleh lembaga pendidikan anak usia sekolah di Jakarta, 62% guru menyatakan bahwa siswa dengan pola asuh permisif cenderung memiliki kemampuan belajar yang kurang stabil dan membutuhkan bimbingan lebih banyak dalam hal disiplin belajar. Guru-guru tersebut juga melaporkan bahwa anak-anak ini lebih mudah terdistraksi, kurang fokus, dan kesulitan menyelesaikan tugas tanpa bantuan.

Ilustrasi Kasus Nyata

Salah satu kasus yang sering dijumpai adalah anak yang tidak terbiasa belajar sendiri di rumah karena semua tugas dikerjakan bersama orang tua. Ketika menghadapi ujian, anak merasa cemas dan tidak percaya diri karena tidak memiliki strategi belajar yang efektif. Seorang guru sekolah dasar menceritakan bahwa banyak orang tua datang mengeluh nilai anaknya turun, padahal mereka sudah membantu setiap malam. Padahal, bantuan tersebut justru menghambat proses belajar dan pemahaman anak itu sendiri.

Strategi untuk Mengimbangi Dampak Strawberry Parenting

Orang tua yang ingin memperbaiki pendekatan pola asuh mereka dapat mulai dengan langkah-langkah sederhana yang mendukung pembentukan kemandirian dan tanggung jawab akademik:

  1. Terapkan Rutinitas Belajar Harian
  2. Jadwal belajar yang teratur membentuk disiplin dan tanggung jawab anak sejak dini.
  3. Berikan Tantangan yang Sesuai Usia
  4. Dorong anak menyelesaikan tugas tanpa bantuan langsung. Berikan arahan, bukan solusi.
  5. Bangun Motivasi dari Dalam
  6. Ajak anak berdiskusi mengenai tujuan belajar dan apa yang ingin mereka capai secara pribadi.
  7. Izinkan Anak Mengalami Kegagalan
  8. Biarkan anak menghadapi nilai buruk atau kesalahan, lalu bantu mereka belajar dari pengalaman tersebut.
  9. Berikan Pujian atas Usaha, Bukan Hanya Hasil
  10. Fokus pada proses akan meningkatkan ketekunan dan resiliensi anak dalam belajar.