IDAI Sebut Balita di Bawah 2 Tahun Paling Berisiko Kena Dampak "Screen Time"

Ilustrasi belajar dengan gadget
Sumber :
  • Pexels

Lifestyle – Ikatan Dokter Anak Indonesia (IDAI) menggelar webinar kesehatan melalui pertemuan dalam jaringan (daring) platform zoom pada Selasa, 3 Juni 2025. Seminar ini mengangkat topik “Digital Safety pada Anak” yang dipandu oleh Dr Reni Wigati, SpA(K) sebagai moderator, dan Dr Farid Agung Rahmadi, Msi, Med, SoA,SubsTKPS(K) dan DR Dr Piprim Basarah Yanuarso, Sp.A, Subsp.Kardio(K) sebagai narasumber.

Farid Agung Rahmadi yang merupakan dokter spesialis anak dari Ikatan Dokter Anak Indonesia tersebut mengemukakan balita berumur kurang dari dua tahun menjadi kelompok paling berisiko terhadap dampak dari screen time (paparan waktu layar).

Farid pun menjelaskan screen time adalah durasi atau lamanya waktu individu menonton layar elektronik seperti televisi, komputer, laptop atau handphone yang sekarang ini mudah sekali untuk digunakan. Yuk lanjut scroll artikel selengkapnya berikut ini.

Penggunaan gadget saat ini telah menjadi bagian dalam pola asuh orang tua. Padahal screen time yang berlebihan bisa memberikan dampak negatif mulai dari tumbuh kembang hingga kemampuan sosial anak.

 

 

"Pada saat itu otak seorang anak sedang tumbuh dan berkembang hebat karena ada plastisitas otak yang paling hebat di umur itu, ada sinaptogenesis," ungkap Farid.

Dokter yang tergabung dengan Unit Kerja Koordinasi (UKK) Tumbuh Kembang dan Pediatrik Sosial IDAI itu mengatakan bahwa paparan screen time mengurangi kuantitas dan kualitas interaksi anak dengan orang tua sehingga mempengaruhi perilaku bermain bayi.

 

Pada perilaku bermain bayi, terdapat karakteristik kuantitas dan kualitas. Ketika paparan waktu layar mendominasi, maka durasi episode bermain menjadi lebih pendek.

"Kompleksitas bermain dan fokus perhatiannya menjadi kurang karena tersita sekali dengan adanya screen time. Jadi, pengalaman-pengalaman berinteraksi dengan orang lain menjadi sangat kurang," ucap Farid.

Ilustrasi belajar dengan gadget

Photo :
  • Pexels

Ia menyampaikan bahwa jenis dan durasi media yang dikonsumsi anak-anak mengalami perubahan signifikan, pada zaman dulu televisi menjadi media layar utama dengan durasi rata-rata screen time 1 jam 20 menit.

Namun, kata Farid, gawai pribadi menggantikan televisi sebagai media dominan dalam kehidupan anak mulai tahun 2011.

Dia mencontohkan tren screen time di Kanada pada 2011, yang berjumlah 39 persen, naik menjadi 80 persen dalam kurun waktu dua tahun ketika anak terpapar gawai pribadi.

Durasi paparan layar pun menjadi lebih panjang, dari 1 jam 20 menit menjadi total 4 jam untuk paparan layar dari gawai dan televisi.

Selanjutnya pada jangka pendek atau pada masa kurang dari 5 tahun. Anak akan mengalami keterlambatan perkembangan motorik serta bahasa. Lalu anak akan mulai mengalami gangguan perkembangan kognitif hingga menjadi hipertensi dan inatensi.

“Anak juga akan menjadi lebih agresif dan memiliki perilaku antisosial serta mengalami gangguan tidur,” katanya.

Lalu pada jangka panjang atau pada masa lebih dari 5 tahun anak akan memiliki perilaku lebih buruk dari dampak sebelumnya. Anak menjadi pribadi yang tidak fokus dalam melakukan sesuatu termasuk dalam sekolah.

Kemudian, karena perilaku yang agresif dan antisosial anak rentan terhadap bullying.

Lalu, aktif screen time yang berlebihan juga akan mengurangi aktivitas fisiknya yang bisa membuat anak memiliki pola makan tidak baik sehingga rentan obesitas.

“Karena aktivitas fisik dan pola makan yang tidak sehat itu anak juga bisa berisiko terkena penyakit tidak menular,” jelasnya.