Mau Pesta Torpedo di Idul Adha Besok? Simak Dulu Efeknya untuk Jantung dan Sendi

Kambing
Sumber :
  • Pixaby

Lifestyle –Setiap Idul Adha datang, aroma daging bakar dan bumbu rempah memenuhi udara. Di banyak meja makan, bukan cuma sate dan gulai yang jadi primadona tapi juga bagian 'spesial; dari hewan kurban yang jarang-jarang tersedia yakni torpedo, alias testis kambing atau sapi. Konon, torpedo bisa meningkatkan vitalitas pria. Banyak yang percaya torpedo adalah booster alami untuk urusan itu, dan karenanya diburu saat momen kurban tiba.

 

Tapi, di balik semua itu, pernahkah kita memahami bahwa apa benar torpedo benar-benar membawa manfaat bagi tubuh? Atau jangan-jangan, justru diam-diam menyimpan risiko bagi jantung dan sendi kita?

 

Fakta medis menyebutkan bahwa organ dalam seperti torpedo adalah makanan yang tinggi kolesterol dan purin, dua senyawa yang sangat terkait dengan risiko penyakit jantung dan asam urat. Bukan berarti tak boleh disantap, tapi penting untuk tahu batas dan bahayanya.

 

Artikel ini akan mengajak kamu mengupas tuntas: apa sebenarnya kandungan torpedo, apa efeknya bagi tubuh, dan bagaimana cara menikmatinya dengan lebih sehat. Karena momen Iduladha seharusnya tak hanya soal kenyang dan semangat, tapi juga menjaga amanah tubuh dengan bijak.

Sebelum membahas lebih lanjut, pertama kita harus mengetahui apa itu torpedo dan mengapa banyak diincar. Torpedo adalah sebutan untuk testis kambing atau sapi, bagian organ reproduksi hewan jantan. Dalam tradisi masyarakat kita, torpedo kerap dianggap sebagai makanan ‘perkasa’ yang dipercaya bisa meningkatkan gairah dan stamina pria. Tak jarang, torpedo diperebutkan, disajikan dengan bumbu spesial, atau bahkan dipanggang langsung di bara api.

 

Secara budaya, torpedo punya daya tarik tersendiri, dianggap eksklusif karena jumlahnya terbatas hanya dua per hewan dan karena mitos-mitos yang menyertainya. Bahkan ada yang rela antre atau membayar lebih untuk bisa mencicipinya.

 

Namun apakah torpedo benar-benar memberi manfaat sebesar itu? Atau justru kita perlu waspada terhadap efek samping yang jarang dibicarakan? Berikut penjelasannya.

 

 

Kandungan Gizi Torpedo: Kaya Protein, Tapi...

Secara nutrisi, torpedo mengandung protein hewani yang cukup tinggi. Tapi menurut profesor nutrisi dari Harvard School of Public Health, Dr. Walter Willett manfaat protein dari jeroan tidak sebanding dengan risikonya bila dikonsumsi tanpa kendali.

 

Torpedo juga tinggi lemak jenuh dan kolesterol, dua komponen utama yang bisa memperburuk profil lipid tubuh. Dalam 100 gram torpedo, kolesterolnya bisa mencapai lebih dari 300 mg, melebihi batas aman harian yang disarankan oleh American Heart Association yaitu 200-300 mg per hari.

 

Selain itu, torpedo kaya akan purin, senyawa yang dalam tubuh diubah menjadi asam urat. Ini adalah kabar kurang baik bagi mereka yang punya riwayat gout (asam urat) atau sedang menjalani diet rendah purin.

 

Sementara itu, ahli jantung lulusan Mayo Clinic, Dr. Elizabeth Klodas mengungkap konsumsi daging organ seperti torpedo bisa meningkatkan risiko penyumbatan pembuluh darah karena kandungan kolesterol dan lemak jenuhnya.

“Yang kita makan membentuk isi darah kita. Terlalu banyak lemak jenuh bisa membuat darah lebih ‘kental’, mempercepat pembentukan plak di arteri," kata dia. 

 

Kondisi ini bisa memicu hipertensi, penyakit jantung koroner, hingga stroke jika dikonsumsi dalam jangka panjang. Apalagi jika torpedo disajikan dengan cara digoreng atau dibakar tanpa mengurangi lemaknya. Jika kamu punya riwayat kolesterol tinggi, tekanan darah tinggi, atau penyakit jantung dalam keluarga, sebaiknya pikir dua kali sebelum menyantap torpedo.

 

Tak hanya itu saja, masalah kesehatan kedua yang mengintai dari mengonsumsi torpedo adalah asam urat. Torpedo termasuk makanan tinggi purin, bersama dengan jeroan lain seperti hati, ginjal, dan limpa. Ketika purin dipecah di dalam tubuh, hasil akhirnya adalah asam urat.

“Asam urat yang menumpuk di darah akan membentuk kristal di sendi—itulah yang menyebabkan nyeri hebat, bengkak, dan peradangan pada penderita gout,” kata pengajar senior di Harvard Medical School, Dr. Robert H. Shmerling.

 

Bagi orang yang pernah mengalami serangan asam urat, torpedo bisa jadi pemicu kambuh yang sangat kuat. Nyeri sendi mendadak, terutama di jempol kaki, bisa muncul dalam hitungan jam setelah konsumsi.

 


 

Meski begitu, torpedo masih boleh dikonsumsi namun sangat terbatas. Menurut panduan dari National Institutes of Health (NIH) dan berbagai organisasi kesehatan internasional:

 

  • Konsumsi torpedo sebaiknya tidak lebih dari 1–2 kali dalam setahun, dan hanya dalam porsi kecil (maks. 50–75 gram).

  • Hindari menyantap torpedo jika kamu memiliki:

    • Riwayat asam urat

    • Kolesterol tinggi

    • Hipertensi

    • Penyakit jantung

  • Kombinasikan dengan makanan tinggi serat (sayur dan buah) untuk membantu menurunkan kadar purin dan kolesterol.

 

Jika kamu ragu, konsultasikan terlebih dahulu dengan dokter atau ahli gizi sebelum mengonsumsi makanan seperti torpedo.

 

Kalau kamu ingin tetap menikmati sajian Iduladha tanpa khawatir, ada banyak alternatif yang lebih sehat:

 

  • Pilih bagian daging rendah lemak seperti has dalam, paha belakang, atau bagian sirloin.

  • Hindari penggunaan santan berlebihan, ganti dengan bumbu rempah-rempah alami.

  • Gunakan metode masak sehat: rebus, panggang, atau kukus, bukan digoreng.

  • Tambahkan sayuran dan buah dalam piring makanmu untuk menyeimbangkan.

  • Jangan lupa minum air putih yang cukup untuk membantu tubuh memproses purin dengan lebih baik.

 

Bijak dalam Merayakan, Sehat dalam Menjalani

Idul Adha adalah momen yang penuh berkah dan kebersamaan. Tapi bukan berarti harus mengorbankan kesehatan demi semangkuk torpedo. Makanan enak boleh dinikmati, asal tahu batas dan efeknya. Torpedo memang menggoda karena rasa dan mitosnya, tapi risiko bagi jantung dan sendi nyata adanya. Jika ingin tetap sehat hingga Iduladha tahun depan dan tahun-tahun setelahnya, yuk lebih bijak dalam memilih apa yang masuk ke tubuh. Karena apa gunanya merayakan, kalau setelahnya tubuh justru menjerit diam-diam?