Apa Itu Pria Avoidant yang Viral di TikTok?
- Freepik
Lifestyle –Banyak perempuan yang mengeluh pacarnya terlihat dingin, susah diajak terbuka soal perasaan, atau sering butuh me time berlebihan. Kadang, sikap itu bikin pasangan merasa tidak dicintai. Padahal, bisa jadi yang terjadi bukan karena dia tidak peduli, melainkan karena cowok tersebut memiliki gaya keterikatan avoidant.
Fenomena ini sering bikin salah paham dalam hubungan percintaan. Supaya nggak buru-buru menilai negatif, yuk kenali lebih jauh apa itu avoidant, bagaimana cirinya pada pria, serta cara terbaik menghadapinya.
Apa Itu Gaya Keterikatan Avoidant?
Konsep attachment style atau gaya keterikatan pertama kali dikemukakan oleh John Bowlby dan Mary Ainsworth. Secara umum ada empat gaya yakni secure, anxious, avoidant, dan fearful-avoidant.
Orang dengan gaya avoidant cenderung menghindar dari keintiman emosional. Mereka ingin dekat, tapi di sisi lain takut merasa bergantung atau kehilangan kebebasan. Akibatnya, mereka sering menjaga jarak, terlihat dingin, atau menahan diri untuk tidak menunjukkan perasaan.
Melansir laman WebMD, gaya ini biasanya terbentuk sejak kecil. Anak yang tumbuh dengan orang tua yang emosionalnya tidak responsif atau terlalu kritis belajar untuk menenangkan diri sendiri dan menekan kebutuhannya akan kedekatan.
“Orang dengan gaya attachment avoidant sering dikatakan sangat mandiri dan terbiasa mengandalkan diri sendiri, sampai titik di mana mereka menghindari hubungan emosional yang lebih dalam,” demikian dikutip dari webiste WebMD.
Ciri-Ciri Pria dengan Gaya Avoidant dalam Hubungan
Kalau kamu sering bingung kenapa pasangan cowokmu susah ditebak, mungkin beberapa tanda ini terdengar familiar:
- Butuh ruang pribadi berlebihan
Ia merasa cepat terkekang kalau terlalu lama bersama pasangan. Bukan berarti tidak cinta, tapi lebih karena kenyamanan psikologis. - Mudah lelah saat bersama pasangan
Interaksi intens bisa membuatnya merasa kewalahan. Kadang ia butuh waktu sendiri untuk “isi ulang” energi. - Enggan berkomitmen jelas
Label pacaran atau rencana jangka panjang sering ditunda. Bagi pria avoidant, komitmen terasa seperti ancaman pada kebebasan. - Ekspresi emosi terbatas
Ia jarang mengatakan “aku sayang kamu” atau mengungkapkan perasaan mendalam. Kadang sikapnya jadi salah dimengerti sebagai dingin. - Perilaku “hot and cold”
Hari ini bisa sangat perhatian, besoknya tiba-tiba menarik diri. Fluktuasi ini membuat pasangan merasa bingung. - Menghindari konflik serius
Kalau ada masalah, ia cenderung diam atau mengalihkan topik ketimbang membicarakannya secara terbuka.
Psikolog Morgan Anderson, PsyD, menjelaskan bahwa individu dengan gaya attachment avoidant belajar tergantung pada diri sendiri dan kesulitan menjadi dekat secara emosional dalam hubungan mereka.
”Mereka mungkin kesulitan mengekspresikan emosi dan kebutuhan mereka, serta sering lepas dari emosi mereka sendiri sehingga sulit untuk mengekspresikan diri,” kata dia dikutip dari laman Verywell Mind.
Dampaknya pada Hubungan Percintaan
Memiliki pasangan pria avoidant bisa bikin frustrasi. Pasangan yang butuh kedekatan emosional mungkin merasa sendirian, tidak dipedulikan, atau tidak cukup berarti. Konflik biasanya muncul dari tarik-menarik: pasangan ingin dekat, sementara pria avoidant ingin menjaga jarak.
Namun, penting dipahami bahwa ini bukan berarti hubungan tidak bisa berhasil. Gaya avoidant bukan tentang kurangnya cinta, melainkan pola bertahan yang sudah terbentuk sejak lama.
Bisakah Gaya Avoidant Berubah?
Kabar baiknya, gaya keterikatan bukan sesuatu yang permanen. Dengan kesadaran diri dan dukungan pasangan, pria avoidant bisa belajar membuka diri lebih banyak. Terapi atau konseling pasangan juga bisa membantu. Latihan komunikasi, mengenali emosi, dan belajar mengekspresikannya adalah langkah penting untuk membangun hubungan lebih sehat.
Tips Menghadapi Pasangan Pria Avoidant
Kalau kamu punya pasangan dengan gaya keterikatan avoidant, berikut beberapa cara agar hubungan tetap berjalan baik:
- Berikan ruang: jangan memaksa ia selalu terbuka setiap saat. Beri kesempatan untuk punya waktu sendiri.
- Komunikasikan kebutuhanmu: katakan apa yang kamu rasakan dengan tenang, tanpa menyalahkan.
- Tetap konsisten dan sabar: pria avoidant butuh waktu untuk merasa aman.
- Bangun kepercayaan: tunjukkan bahwa kedekatan tidak harus mengekang.
- Pertimbangkan konseling: jika pola ini membuat hubungan sering buntu, bantuan profesional bisa sangat bermanfaat.