Lemas dan Mudah Capek Bisa Jadi Tanda Awal Diabetes yang Sering Diabaikan

Ilustrasi diabetes
Sumber :
  • Freepik

LifestyleRasa capek dan lemas biasanya dianggap wajar, apalagi setelah seharian bekerja. Namun, bagaimana jika rasa capek itu tidak kunjung hilang, bahkan setelah tidur cukup? Banyak orang menganggapnya hal biasa, padahal bisa jadi tubuh sedang memberi sinyal bahaya. Salah satu penyebab yang sering diabaikan adalah diabetes.

Diabetes tidak hanya soal kadar gula darah tinggi, tapi juga bagaimana tubuh gagal memproses energi dengan baik. Menurut profesor kedokteran klinis di University of Southern California sekaligus pakar diabetes terkemuka, Dr. Anne Peters, kelelahan adalah salah satu gejala paling umum pada pasien diabetes.

”Karena tubuh tidak dapat menggunakan gula darah secara efektif, energi yang seharusnya dipakai justru terbuang,” kata dia.

Lebih lanjut pada orang sehat, gula dari makanan diubah menjadi energi dengan bantuan hormon insulin. Namun pada penderita diabetes, mekanisme ini terganggu. Gula menumpuk dalam darah, sementara sel-sel tubuh kekurangan energi.

Dr. Peters menjelaskan, bahwa elelahan pada diabetes bukan sekadar karena gula darah tinggi, tapi karena energi tidak bisa masuk ke dalam sel. Akibatnya, tubuh seperti kehabisan bahan bakar.”

Lelah akibat diabetes sering dianggap sekadar kurang tidur, stres, atau kebanyakan kerja. Padahal ada pola khas yang membedakannya:

  • Rasa lelah muncul terus-menerus meski sudah istirahat.
  • Lemas sering disertai haus berlebihan atau sering buang air kecil.
  • Kadang dibarengi dengan penglihatan kabur dan penurunan berat badan tanpa sebab jelas.

“Kombinasi gejala ini penting dikenali lebih awal, karena banyak pasien tidak sadar dirinya mengalami diabetes hingga kondisinya cukup parah,” kata dia.

Bahaya Jika Gejala Ini Diabaikan

Jika capek terus-menerus akibat diabetes tidak ditangani, gula darah yang tinggi bisa merusak pembuluh darah dan saraf. Dalam jangka panjang, risikonya meliputi:

  • Penyakit jantung dan stroke.
  • Kerusakan ginjal (nefropati diabetik).
  • Gangguan saraf (neuropati) yang memicu kesemutan dan nyeri.
  • Penurunan kualitas hidup akibat energi yang selalu rendah.

“Semakin lama diabetes tidak terdiagnosis, semakin besar risiko komplikasi serius yang sulit diperbaiki,”kata Dr. Peters memperingatkan.

Bagaimana Mengenali Dini?

Cara paling akurat adalah dengan pemeriksaan medis, seperti cek gula darah puasa atau tes HbA1c. Namun, mendengarkan sinyal tubuh juga penting. Jika Anda merasa capek terus-menerus tanpa alasan jelas, jangan menunda untuk memeriksakan diri.

“Tes sederhana bisa membantu mendeteksi diabetes lebih awal, bahkan sebelum komplikasi muncul,” Dr. Peters menegaskan.

Gaya Hidup Sehat untuk Mengurangi Risiko

Selain pemeriksaan medis, perubahan gaya hidup bisa membantu mencegah maupun mengelola diabetes:

  • Pola makan seimbang: batasi gula tambahan dan karbohidrat olahan.
  • Olahraga teratur: minimal 30 menit sehari, 5 kali seminggu.
  • Tidur cukup: karena kurang tidur bisa memperburuk resistensi insulin.
  • Kelola stres: meditasi, journaling, atau sekadar jalan santai bisa membantu.

Dr. Peters menambahkan, bahwa keseimbangan hidup sehari-hari dengan makan sehat, aktif bergerak, dan tidur cukup adalah kunci menjaga energi tetap stabil dan mencegah diabetes.