Hati-hati Sakit Punggung Bisa Jadi Tanda Tersembunyi Masalah Henti Jantung
- Freepik
Lifestyle –Henti jantung mendadak (sudden cardiac arrest/SCA) bisa terjadi kapan saja dan menyebabkan jantung berhenti berdetak akibat gangguan aktivitas listrik di jantung. Tanpa pertolongan medis segera, SCA dapat menyebabkan kehilangan kesadaran dan berhentinya pernapasan, yang sering berujung pada kematian.
Meskipun banyak orang mengenali nyeri dada sebagai tanda masalah jantung, gejala lain seperti sakit punggung juga tidak boleh diabaikan. Penting untuk mengetahui tanda-tanda peringatan ini serta memahami tahap-tahap henti jantung.
Apakah Sakit Punggung Merupakan Tanda Masalah Jantung?
Sakit punggung sering dikaitkan dengan faktor seperti postur tubuh yang buruk, ketegangan otot, atau masalah tulang belakang. Namun, sakit punggung juga bisa menjadi indikasi adanya masalah jantung. Nyeri yang muncul di bagian atas punggung, bahu, atau rahang bisa menandakan aliran darah ke jantung yang berkurang, menurut National Heart, Lung and Blood Institute.
“Berbeda dengan nyeri otot biasa yang muncul akibat gerakan, sakit punggung yang terkait jantung biasanya terasa seperti tekanan atau beban di bagian atas punggung,” jelas Konsultan Senior Kardiologi di Paras Health, Dr. Vikash Goyal, kepada Health Shots.
Wanita sering menunjukkan gejala berbeda saat mengalami masalah jantung.
“Mereka bisa merasakan sakit punggung, mual, atau kelelahan yang tidak biasa,” lanjut Dr. Goyal.
Hal ini bisa menyebabkan keterlambatan diagnosis dan pengobatan yang tepat, sehingga penting untuk menyadari gejala tersebut.
Jika seseorang mengalami sakit punggung disertai pusing, sesak napas, atau jantung berdebar kencang, sebaiknya segera mencari pertolongan medis dan tidak mengabaikan gejala ini, sebagaimana disarankan oleh American Heart Association.
Apa yang Sebenarnya Terjadi Saat Henti Jantung?
Hal pertama yang perlu dipahami adalah bahwa henti jantung mendadak berbeda dengan serangan jantung. Banyak orang sering keliru membedakannya.
“Serangan jantung terjadi ketika aliran darah ke otot jantung tersumbat akibat penyumbatan arteri, sedangkan henti jantung muncul akibat gangguan listrik di dalam jantung,” jelas Dr. Goyal. Meskipun serangan jantung dapat memicu henti jantung, keduanya merupakan kejadian yang berbeda.
Gejala henti jantung biasanya muncul secara tiba-tiba dan bisa sangat serius. Tanda-tanda umum termasuk terjatuh, tidak ada denyut nadi yang terdeteksi, dan kehilangan kesadaran. Namun, ada juga gejala peringatan sebelumnya, seperti jantung berdebar, sesak napas, pusing, atau ketidaknyamanan di dada.
Kadang, gejala tak terduga seperti nyeri yang menjalar ke punggung bagian atas bisa menjadi pertanda henti jantung yang akan terjadi, sehingga penting bagi individu untuk tetap waspada, menurut American Heart Association.
Apa Saja 3 Tahap Henti Jantung?
Goyal menyebut penting mengetahui tahap-tahap henti jantung sebab bisa menyelamatkan nyawa. Henti jantung terjadi dalam tiga fase, dan setiap tahap membutuhkan tindakan spesifik untuk meningkatkan peluang bertahan hidup, menurut American Heart Association.
1. Fase Listrik (0–4 menit)
Pada empat menit pertama, jantung bisa berdenyut dengan ritme yang kacau. Pada tahap ini, defibrilasi atau kejutan listrik sangat efektif. Bertindak cepat sangat meningkatkan peluang hidup.
2. Fase Sirkulasi (4–10 menit)
Ketika jantung mulai kehabisan energi, sirkulasi darah melambat antara menit ke-4 hingga ke-10. Ini adalah waktu kritis saat kompresi dada dibutuhkan.
“Melakukan resusitasi jantung paru (CPR) berkualitas tinggi membantu menjaga aliran darah, memastikan darah kaya oksigen sampai ke otak dan organ penting lainnya sampai pertolongan medis tiba,” jelas Dr. Goyal.
3. Fase Metabolik (setelah 10 menit)
Fase metabolik dimulai setelah 10 menit tanpa oksigen, menyebabkan kerusakan sel tubuh yang parah.
“Pada titik ini, peluang bertahan hidup menurun drastis, bahkan dengan bantuan medis,” peringatan Dr. Goyal.
Oleh karena itu, penting untuk mengenali gejala lebih awal dan bertindak cepat agar tidak sampai mencapai fase berbahaya ini, menurut National Institute on Aging.
Faktor Risiko Henti Jantung
Beberapa faktor dapat meningkatkan risiko henti jantung mendadak. Kondisi seperti tekanan darah tinggi, diabetes, obesitas, merokok, dan kolesterol tinggi bisa merusak kesehatan jantung, kata Goyal. Riwayat keluarga dengan penyakit jantung, serangan jantung sebelumnya, atau cacat jantung bawaan juga membuat seseorang lebih rentan, menurut Heart Foundation.
Pilihan gaya hidup sangat berpengaruh pada kesehatan jantung. Kurang olahraga, pola makan buruk, dan penyalahgunaan zat bisa merusak jantung, menurut Centers for Disease Control and Prevention (CDC). Banyak risiko ini dapat dicegah atau dikendalikan dengan pemeriksaan rutin, skrining jantung, dan menjalani gaya hidup sehat, seperti makan makanan seimbang dan rutin berolahraga.