Sering Diabaikan, Kaki Bengkak Hingga Mudah Lelah Bisa Jadi Indikator Awal Masalah Ginjal
- Freepik
Lifestyle – Data Riset Kesehatan Dasar (Riskesdas) 2018 mencatat prevalensi Penyakit Ginjal Kronik (PGK) di Indonesia sebesar 0,38 persen atau 3,8 orang per 1000 penduduk.
Angka yang tampak kecil ini menyimpan realita mengkhawatirkan, terutama ketika penelitian Perhimpunan Nefrologi Indonesia menunjukkan prevalensi sebenarnya bisa mencapai 12,5 persen.
Oleh karena itu, edukasi tentang deteksi dini gangguan ginjal sangat penting. Masyarakat perlu mewaspadai gejala seperti kencing berbusa, kaki bengkak tanpa sebab jelas, mudah lelah, dan sakit pinggang berkepanjangan.
"Gejala-gejala ini sering diabaikan, padahal bisa menjadi indikator awal masalah ginjal," jelas Akhmad Rois, Direktur PT Hollis Media Bariklana, dalam keterangannya, dikutip Kamis 11 September 2025.
Akhmad Rois juga menekankan pentingnya edukasi kesehatan di tengah tingginya minat masyarakat terhadap pengobatan herbal. Pasalnya, beberapa suplemen herbal mungkin mengandung bahan-bahan yang dapat menyebabkan kerusakan ginjal, seperti asam aristolochic (dilarang di banyak negara tetapi masih terdapat dalam beberapa pengobatan tradisional). Beberapa suplemen herbal keluar dari tubuh melalui ginjal. Jadi, tubuh Anda dapat mengembangkan kadar racun jika Anda menderita penyakit ginjal.
"Kesadaran masyarakat akan pentingnya memilih produk herbal yang tepat masih rendah. Banyak yang mengonsumsi tanpa memahami komposisi, dosis yang benar, atau cara penyimpanan yang tepat," ungkapnya.
Namun, berbeda dengan empat ekstrak daun berkhasiat yakni alpukat, sukun, tempuyung, dan keji beling. Setiap komponen dalam herbal tersebut diklaim memiliki manfaat spesifik untuk kesehatan ginjal dan saluran kemih.
"Ekstrak daun sukun dan tempuyung secara khusus membantu meluruhkan batu ginjal, sementara daun keji beling efektif mengatasi infeksi saluran kemih. Daun alpukat berperan dalam meningkatkan fungsi ginjal secara keseluruhan," jelas Akhmad.
Lebih lanjut menurut Akhmad, empat herbal tersebut juga terdapat pada Tugingo, di mana formulasinya telah mengantongi izin BPOM POM TR.203393411 dan sertifikat Halal MUI. Namun, dia turut menegaskan pentingnya pemahaman akan cara mengonsumsi herbal yang benar.
“Untuk herbal Tugingo dikonsumsi 3x2 kapsul sehari setelah makan. Obat harus disimpan di tempat kering, terhindar sinar matahari langsung, pada suhu di bawah 30°,” terangnya.