6 Pencetus Asma pada Anak yang Sering Diabaikan

Asma Pada Anak
Sumber :
  • Freepik

LifestyleAsma pada anak merupakan masalah kesehatan kronik yang masih menjadi tantangan besar di Indonesia dan dunia. Meski banyak orang tua sudah mengetahui bahwa asma berhubungan dengan saluran napas, masih banyak yang belum menyadari bahwa pencetus atau pemicunya sangat beragam — dan beberapa sering kali tersembunyi dalam kehidupan sehari-hari.

Dalam webinar yang diselenggarakan Ikatan Dokter Anak Indonesia (IDAI) pada Selasa, 27 Mei 2025 Sekretaris Unit Kerja Koordinasi Respirologi IDAI, Dr. Wahyuni Indawati, Sp.A, Subsp.Respi(K), menegaskan bahwa kontrol terhadap pencetus sangat krusial untuk mencegah kekambuhan asma.

“Saluran napas anak dengan asma itu seperti daun putri malu. Begitu ada pencetus, langsung menguncup, bengkak, dan memproduksi lendir berlebihan,” kata dia.

Berikut adalah enam pencetus asma pada anak yang sering diabaikan namun berpotensi memicu serangan:

1. Debu Rumah Tangga

Debu adalah salah satu alergen paling umum namun kerap dianggap remeh. Debu bisa menumpuk di karpet, gorden, boneka kain, hingga kasur. Anak dengan asma sangat sensitif terhadap tungau debu yang hidup di tempat-tempat ini. Membersihkan rumah saja tidak cukup — perlu perhatian khusus terhadap area yang sering luput dari pengisapan atau pencucian rutin.

2. Polusi Udara dan Asap Kendaraan

Polusi udara, terutama dari asap kendaraan bermotor, bisa memperparah kondisi saluran napas anak. Ini menjadi tantangan tersendiri, apalagi di kota besar dengan tingkat emisi tinggi. Tak sedikit orang tua yang tak menyadari bahwa perjalanan rutin ke sekolah di jalur macet pun bisa menjadi sumber iritasi saluran napas.

3. Asap Rokok, Termasuk Rokok Pasif

Asap rokok, baik langsung maupun tidak langsung (rokok pasif), merupakan pencetus yang sangat kuat namun sering diabaikan dalam rumah tangga. Meskipun perokok tidak merokok di dekat anak, residu nikotin dan partikel dari pakaian atau sofa bisa tetap membahayakan.

4. Makanan Tertentu dengan Pengawet atau MSG

Beberapa anak memiliki sensitivitas terhadap zat aditif dalam makanan, seperti pengawet, pewarna buatan, atau MSG. Meski tidak semua anak bereaksi sama, pada anak yang memiliki riwayat alergi atau asma, konsumsi makanan instan atau jajanan sembarangan bisa memicu gejala.

5. Cuaca Ekstrem dan Perubahan Suhu Mendadak

Perubahan suhu, baik dari panas ke dingin atau sebaliknya, bisa mencetuskan serangan asma. Misalnya, saat anak keluar dari ruangan ber-AC ke luar ruangan yang panas, atau saat mandi pagi dengan air dingin. Banyak orang tua tidak mengaitkan perubahan ini dengan gejala pernapasan, padahal tubuh anak dengan asma sangat peka terhadap perubahan tersebut.

6. Aktivitas Fisik Berlebihan

Meski olahraga penting untuk pertumbuhan anak, pada penderita asma, aktivitas fisik intens dapat memicu sesak napas atau batuk. Ini tidak berarti anak tidak boleh berolahraga, namun perlu disesuaikan dengan kondisi, serta dengan pemanasan yang cukup dan pengawasan yang tepat.

Dalam penanganan asma, Dr. Wahyuni menekankan pentingnya pengendalian, bukan hanya pengobatan.

“Faktor keturunan memang tidak bisa diubah, tapi gejala asma bisa dikendalikan. Artinya, anak yang punya bakat asma belum tentu harus bergejala,” tuturnya.

Oleh karena itu, penting bagi orang tua untuk mengenali dan menghindari pencetus-pencetus ini. Upaya sederhana seperti menjaga kebersihan rumah, memperhatikan pola makan, serta menjauhkan anak dari asap rokok dan polusi bisa memberikan dampak besar dalam mengurangi kekambuhan.

Dengan pengelolaan yang tepat, anak dengan asma tetap bisa hidup sehat, aktif, dan bahagia tanpa terganggu oleh gejala kronis yang membatasi aktivitas hariannya.