Penderita Hipertensi Hingga Paru-paru, Segini Tingkat Keparahannya JIka Terkena DBD

Ilustrasi nyamuk
Sumber :
  • Pixabay

Lifestyle – Dengue masih menjadi salah satu ancaman kesehatan dunia. Sekitar setengah dari populasi dunia saat ini berisiko terkena dengue, dengan perkiraan 100–400 juta kasus infeksi terjadi setiap tahun.

Sementara itu, data Kementerian Kesehatan Republik Indonesia mencatat, kasus dengue sampai dengan minggu ke-25 tahun 2025, secara kumulatif mencapai 79.843 (Incidence Rate/IR: 28,18/100.000 penduduk) dengan 359 kematian (Case Fatality Rate/CFR: 0,45%).

 

Dokter Spesialis Penyakit Dalam Konsultan Alergi Imunologi Klinik, Dr.dr. Sukamto, SpPD, K-AI, FINASIM, menyoroti bahwa perempuan memiliki peran signifikan dalam menjaga ketahanan keluarga dan membuat  keputusan-keputusan penting di dalam rumah tangga. 

 

“Perempuan menjadi jembatan informasi dan penggerak aksi di lingkup rumah tangga maupun komunitas. Salah satu tantangan besar yang dihadapi saat ini adalah meningkatnya risiko penyakit menular seperti dengue, yang dapat menyerang siapa saja tanpa memandang usia, gaya hidup, atau tempat tinggal,” ujar dr Sukamto saat talkshow bersama Cegah DBD bertajuk “Peran Ibu Sebagai Penjaga Keluarga”  yang digelar PT Takeda Innovative Medicines, mengutip keterangannya, Selasa 12 Agustus 2025. 

 

Menurut dokter Sukamto, kita semua berisiko terkena dengue. Bahkan orang dewasa yang tampak sehat bisa membawa virus dengue tanpa disadari, dan berpotensi menularkan kepada orang lain melalui gigitan nyamuk. Tidak hanya itu, orang dewasa yang memiliki penyakit penyerta atau komorbid, memiliki risiko keparahan yang lebih tinggi jika terkena DBD.

 

“Misalnya, hipertensi 2-3 kali lipat; obesitas 1,5-2 kali lipat; penyakit ginjal 7 kali lipat; diabetes melitus 3-5 kali lipat; dan penyakit paru-paru 2-12 kali lipat,” ungkapnya. 

 

“Karena itu, penting bagi setiap keluarga untuk memahami bahwa pencegahan harus dilakukan secara menyeluruh, melalui kebiasaan menjaga lingkungan dengan 3M Plus, penggunaan pelindung diri, dan mempertimbangkan penggunaan metode pencegahan yang inovatif seperti vaksinasi, yang telah direkomendasikan oleh asosiasi medis bagi anak maupun dewasa,” imbuhnya.

 

Dokter Sukamto menekankan bahwa dengan memberdayakan perempuan melalui akses terhadap edukasi dan perlindungan kesehatan, kita tidak hanya menjaga mereka, tetapi juga memperkuat perlindungan seluruh keluarga. 

 

“Perlindungan dari dengue adalah tanggung jawab bersama. Perempuan punya peran penting dalam menggerakkan langkah itu. Saat kita semua ambil bagian, kita bukan hanya menjaga keluarga, tapi juga membangun masa depan yang lebih sehat,” tutupnya.

 

Spesialis Anak Konsultan, Dr. dr. Bernie Endyarni Medise, Sp.A(K), MPH, turut mengingatkan bahwa anak-anak justru berada dalam kelompok paling rentan. 

 

“Data Kementerian Kesehatan menunjukkan bahwa dalam tujuh tahun terakhir, kematian akibat dengue paling banyak terjadi pada anak-anak dan remaja usia 5–14 tahun. Ini menunjukkan bahwa anak-anak masih sangat rentan dan perlu dilindungi dengan serius,” jelasnya. 

 

Ia juga memaparkan gejala khas dengue, termasuk siklus demam seperti pelana kuda, serta tanda bahaya yang harus diwaspadai. 

 

“Dengue memiliki tiga fase utama, yaitu fase demam tinggi, fase kritis (demam turun), dan fase penyembuhan (demam naik lagi). Gejala yang muncul biasanya meliputi demam tinggi, nyeri kepala, mual, muntah, nyeri otot dan sendi, hingga ruam di kulit (petekie),” jelasnya.

 

“Tidak jarang orangtua datang membawa anaknya dalam kondisi yang cukup kritis, bahkan mengarah pada Dengue Shock Syndrome (DSS) yang berisiko tinggi menyebabkan kegagalan organ karena perdarahan hebat dan penurunan tekanan darah secara drastis,” sambungnya. 

 

Dokter Bernie mengingatkan bahwa satu kali terinfeksi dengue bukan berarti seseorang akan kebal selamanya.

 

“Anak yang pernah terkena dengue tetap bisa terinfeksi kembali, dan yang perlu digarisbawahi, infeksi kedua justru berisiko menimbulkan gejala yang lebih berat dibanding infeksi pertama. Inilah yang membuat pencegahan menjadi semakin penting,” jelasnya. 

 

Menurut dr. Bernie, sampai saat ini masih belum ada pengobatan yang spesifik untuk menyembuhkan dengue.

 

“Pengobatan yang tersedia bertujuan untuk meredakan gejala dan mencegah komplikasi, seperti penurun panas, pengganti cairan, anti-radang, dan terapi pendukung lainnya. Oleh karena itu, pencegahan menjadi kunci, salah satunya melalui vaksinasi. Vaksinasi dengue sendiri telah direkomendasikan penggunaannya bagi anak dan orang dewasa, oleh asosiasi medis, termasuk Ikatan Dokter Anak Indonesia (IDAI),” tutupnya.

 

Presiden Direktur PT Takeda Innovative Medicines, Andreas Gutknecht, menyampaikan bahwa perempuan adalah inti dari keluarga dan komunitas yang sehat. 

 

“Sebagai perusahaan yang berkomitmen pada kesehatan masyarakat, kami percaya bahwa membangun keluarga yang sehat dimulai dari pemberdayaan perempuan, karena merekalah penggerak utama dalam setiap upaya perlindungan dan perawatan di rumah tangga,” tuturnya.