Dikenal Sehat, Ternyata Brokoli Bisa Efek Samping Kesehatan Loh!

Ilustrasi brokoli
Sumber :
  • Freepik

LifestyleBrokoli sering disebut sebagai superfood, makanan bergizi tinggi yang kaya akan serat, vitamin C dan K, sulforaphane, serta antioksidan kuat. Sayuran ini dikenal mampu mencegah kanker, menjaga kesehatan pencernaan, mendukung kekuatan tulang, serta bersifat anti inflamasi.

Tak heran, brokoli menjadi pilihan utama dalam berbagai pola makan sehat dan sering direkomendasikan oleh ahli gizi untuk pengelolaan berat badan serta kesehatan jantung.

Namun, di balik segala manfaatnya, brokoli juga memiliki beberapa efek samping yang jarang diketahui. Meskipun secara umum aman dan menyehatkan bagi kebanyakan orang, brokoli bisa menyebabkan masalah pencernaan, mengganggu fungsi tiroid, bahkan memengaruhi penyerapan obat dalam kondisi tertentu. Berikut penjelasannya seperti dikutip dari laman Times of India.

1. Gangguan Pencernaan: Gas, Kembung, dan Kram Perut

Brokoli adalah sayuran tinggi serat yang mengandung raffinose, sejenis gula kompleks yang sulit dicerna oleh tubuh manusia. Di dalam usus besar, gula ini akan difermentasi oleh bakteri dan menghasilkan gas, yang bisa menyebabkan perut kembung dan nyeri atau kram perut.

Sebuah studi terkontrol juga menemukan bahwa konsumsi brokoli secara signifikan mengubah komposisi bakteri usus: jumlah Bacteroidetes meningkat dan Firmicutes menurun, yang memengaruhi jalur metabolisme dan dapat menimbulkan gas atau perubahan pola buang air besar, khususnya pada orang yang memiliki sistem pencernaan sensitif.

Mengapa ini penting:

Orang dengan Irritable Bowel Syndrome (IBS) atau gangguan pencernaan kronis lebih rentan mengalami efek ini. Selain itu, brokoli termasuk tinggi FODMAPs, yaitu jenis karbohidrat fermentasi rantai pendek yang dapat memperparah gejala IBS.

Tips sehat:
Mengukus atau memasak brokoli secara ringan dapat membantu memecah gula-gula ini dan membuatnya lebih mudah dicerna.

2. Dapat Mempengaruhi Fungsi Tiroid

Salah satu risiko brokoli yang sering diabaikan adalah kandungan goitrogeniknya. Seperti sayuran cruciferous lainnya (misalnya kale dan kol), brokoli mengandung goitrogen seperti goitrin, thiocyanate, dan flavonoid, yang dapat menghambat penyerapan yodium dan mengganggu produksi hormon tiroid.

Siapa yang perlu berhati-hati:
Orang dengan gangguan tiroid seperti hipotiroidisme sebaiknya tidak mengonsumsi brokoli mentah dalam jumlah besar. Jika memiliki kekurangan yodium atau masalah tiroid, konsumsi brokoli berlebihan (terutama dalam keadaan mentah) bisa memicu pembesaran kelenjar tiroid (gondok) atau memperburuk fungsi tiroid.

Tips sehat:
Masak brokoli terlebih dahulu untuk menurunkan kadar goitrogen. Batasi konsumsi hingga 1–2 cangkir brokoli matang beberapa kali dalam seminggu agar tetap aman. 

3. Interaksi dengan Obat Pengencer Darah

Brokoli kaya akan vitamin K, yang berperan penting dalam proses pembekuan darah. Meski bermanfaat, konsumsi brokoli dalam jumlah besar atau tidak konsisten dapat mengganggu efektivitas obat pengencer darah seperti warfarin (Coumadin).

Perubahan tiba-tiba dalam jumlah asupan brokoli baik meningkat maupun menurun dapat membuat kadar INR (International Normalized Ratio) tidak stabil.

Tips sehat:
Jika Anda sedang mengonsumsi obat pengencer darah, konsultasikan dengan dokter agar dapat menjaga asupan vitamin K tetap konsisten, bukan dihindari sepenuhnya.

4. ‘Kaget’ Serat Tinggi

Brokoli mengandung banyak serat tidak larut yang bermanfaat untuk memperlancar buang air besar dan memberikan rasa kenyang. Namun, jika terlalu banyak dikonsumsi secara tiba-tiba, terutama oleh orang yang sebelumnya menjalani pola makan rendah serat, dapat menimbulkan gangguan seperti sembelit, diare, atau sakit perut.

Siapa yang rentan:
Orang yang baru mulai mengadopsi pola makan sehat dan langsung mengonsumsi brokoli dalam jumlah besar biasanya mengalami gangguan pencernaan.

Tips sehat:
Tingkatkan konsumsi serat secara bertahap dan banyak minum air putih agar sistem pencernaan bisa menyesuaikan.

5. Menghambat Penyerapan Mineral

Brokoli mengandung senyawa alami seperti oksalat dan fitat, yang bisa mengikat mineral seperti kalsium, magnesium, dan zat besi sehingga menyulitkan penyerapannya oleh tubuh.

Meski tidak menjadi masalah dalam jumlah sedang, konsumsi brokoli mentah secara berlebihan dalam jangka panjang bisa berkontribusi pada defisiensi mineral ringan, terutama pada orang dengan kadar mineral rendah sejak awal atau gangguan penyerapan.

6. Risiko dari Sulforaphane dan Suplemen

Sulforaphane adalah senyawa tanaman dalam brokoli yang terkenal karena manfaat antikanker, antiinflamasi, dan mendukung metabolisme. Jika dikonsumsi dari makanan utuh, sulforaphane tergolong aman.

Namun, suplemen sulforaphane dosis tinggi bisa membebani hati dan ginjal, menyebabkan efek samping ringan seperti perut kembung, sembelit, atau diare, serta berpotensi mengganggu metabolisme obat-obatan tertentu yang diproses melalui enzim CYP.

Lantaran data ilmiah jangka panjang masih terbatas, wanita hamil atau menyusui dianjurkan untuk mengandalkan brokoli utuh daripada suplemen ekstrak pekat.

Tips sehat:
Pilih konsumsi brokoli dalam bentuk makanan segar, bukan suplemen, kecuali jika mendapat arahan dari tenaga medis. 

7. Klaim Genotoksisitas

Beberapa studi laboratorium dan hewan menemukan potensi efek genotoksik atau sitotoksik dari senyawa hasil pemecahan glukosinolat seperti isothiocyanates dan indole dalam brokoli. Namun, relevansi temuan ini terhadap konsumsi manusia dalam jumlah normal masih belum jelas, dan belum ada bukti kerugian nyata dari konsumsi brokoli sebagai makanan sehari-hari.

Riset justru menunjukkan bahwa potensi pencegahan kanker dari senyawa ini secara umum lebih besar dibanding risikonya, meski diperlukan lebih banyak uji klinis pada manusia untuk memahami efeknya dalam dosis tinggi.

8. Reaksi Alergi atau Iritasi Kulit

Reaksi alergi akibat brokoli sangat jarang, tetapi bisa terjadi. Gejalanya antara lain ruam kulit, gatal di tenggorokan, pembengkakan di bibir atau lidah, hingga gejala pernapasan pada individu yang sangat sensitif.

Beberapa kasus dermatitis kontak juga pernah dilaporkan pada orang yang sering menyentuh brokoli mentah, terutama bagian batangnya. Namun, kejadian ini tergolong pengecualian, bukan hal umum.

Jika Anda mengalami gejala tidak biasa setelah mengonsumsi brokoli, sebaiknya hentikan konsumsi dan konsultasikan dengan dokter.