Suka Multitasking? Hati-hati Otak Bisa Overload hingga Sebabkan Brain Rot
- Shuttershock
Lifestyle –Multitasking sering dianggap sebagai kemampuan hebat yang wajib dimiliki di era serba cepat ini. Banyak orang merasa lebih produktif ketika bisa membalas pesan sambil bekerja, membuka media sosial saat rapat, atau mendengarkan musik sambil belajar.
Tapi tahukah kamu? Kebiasaan ini justru bisa membuat otak kelelahan dan menurunkan kualitas fungsi kognitif dalam jangka panjang. Menurut para ahli, multitasking bisa memicu brain rot, kondisi di mana otak menjadi tumpul karena terlalu sering dipaksa bekerja di luar kapasitasnya.
Salah satu yang paling vokal menjelaskan dampak multitasking adalah seorang neuroscientist dari Massachusetts Institute of Technology (MIT), Dr. Earl K. Miller, Ph.D.
Sekilas, multitasking terlihat seperti cara cerdas untuk menghemat waktu. Namun, kenyataannya, otak manusia tidak dirancang untuk memproses beberapa hal sekaligus. Padahal yang sebenarnya terjadi ketika kita multitasking adalah task switching, otak berpindah fokus dari satu tugas ke tugas lainnya dengan cepat.
“Otak kita hanya mampu fokus pada satu hal dalam satu waktu. Ketika kita berusaha multitasking, otak sebenarnya hanya berpindah-pindah fokus. Setiap kali berpindah, kita kehilangan sedikit informasi dan membuang energi mental,” Dr. Miller menjelaskan.
Akibatnya, alih-alih menyelesaikan pekerjaan lebih cepat, kita justru bekerja lebih lambat, hasil yang kita kerjakan kurang maksimal, dan otak terasa lebih cepat lelah.
Apa Itu Brain Rot dan Bagaimana Multitasking Memicunya?
Istilah brain rot kini sering digunakan untuk menggambarkan penurunan fungsi otak akibat kebiasaan buruk, terutama yang berkaitan dengan overstimulasi digital. Salah satunya adalah multitasking.
Saat kita terus berpindah fokus, otak dipaksa bekerja ekstra keras. Setiap transisi membutuhkan waktu dan energi tambahan. Jika dilakukan terus-menerus, kapasitas memori kerja atau working memory bisa menurun. Kita jadi sulit berkonsentrasi, mudah lupa, dan tidak mampu berpikir mendalam.
Dr. Miller menyebut kondisi ini sebagai kelelahan kognitif.
“Setiap kali berpindah tugas, otak harus menghentikan proses sebelumnya, lalu memulai proses baru. Proses ini memakan energi yang sangat besar dan, jika sering dilakukan, akan menurunkan kemampuan otak dalam jangka panjang,” jelas dia.
Dampak Negatif Multitasking pada Otak dan Mental
- Konsentrasi Mudah Terganggu
Otak jadi terbiasa berpindah fokus sehingga sulit untuk benar-benar mendalami satu pekerjaan. - Daya Ingat Melemah
Setiap kali kita berpindah tugas, ada informasi yang hilang di tengah jalan. Lama-kelamaan, hal ini bisa menurunkan kemampuan mengingat detail. - Produktivitas Turun
Multitasking menciptakan ilusi sibuk. Namun, kualitas hasil kerja cenderung lebih rendah karena otak tidak fokus. - Stres Meningkat
Tekanan untuk mengerjakan banyak hal sekaligus meningkatkan produksi hormon kortisol yang memicu stres. - Tidak Mampu Berpikir Mendalam
Otak kehilangan kesempatan untuk melakukan pemikiran kritis dan mendalam, yang penting untuk memecahkan masalah kompleks.
Multitasking Digital: Pemicu Brain Rot di Era Gadget
Di era teknologi, multitasking paling sering terjadi pada aktivitas digital. Contohnya:
- Membalas pesan WhatsApp sambil meeting Zoom.
- Scroll media sosial saat bekerja atau belajar.
- Membuka banyak tab browser sekaligus.
- Nonton YouTube sambil mengerjakan tugas kuliah.
Kebiasaan ini memicu pelepasan dopamin berlebih di otak. Dopamin adalah hormon yang membuat kita merasa senang ketika menerima informasi baru atau notifikasi. Lama-kelamaan, otak jadi ketagihan stimulasi instan dan sulit fokus pada satu hal dalam waktu lama.
“Lingkungan digital saat ini dirancang untuk menarik perhatian kita. Semakin sering kita berpindah dari satu aplikasi ke aplikasi lain, semakin sulit bagi otak untuk kembali fokus. Ini adalah salah satu pemicu brain rot terbesar di era modern,” Dr. Miller menegaskan.
Bagaimana Cara Mengurangi Multitasking dan Melindungi Otak?
- Latih Single-Tasking
Biasakan menyelesaikan satu tugas sebelum berpindah ke tugas lain. Beri waktu otak untuk mendalami pekerjaan tersebut. - Gunakan Time-Blocking
Buat jadwal kerja dengan blok waktu khusus untuk satu jenis aktivitas. Misalnya 30 menit fokus menulis tanpa membuka media sosial. - Matikan Notifikasi
Notifikasi adalah pemicu utama task switching. Matikan suara atau pop-up notifikasi di HP dan laptop. - Bersihkan “Tab” di Otak
Hindari membuka banyak aplikasi atau browser sekaligus. Fokus hanya pada yang sedang dikerjakan. - Lakukan Istirahat Teratur
Beri jeda 5–10 menit setiap 1 jam kerja untuk mencegah otak lelah. - Latih Mindfulness
Meditasi atau latihan pernapasan dapat membantu otak belajar fokus pada momen sekarang.
Dr. Miller menyarankan untuk mengubah kebiasaan multitasking menjadi deep work atau fokus mendalam.
“Deep focus memungkinkan otak memproses informasi dengan efisien. Hanya dengan fokus penuh pada satu tugas, otak bisa memberikan hasil terbaik dan terhindar dari kelelahan berlebihan,” kata dia.
Jika kamu ingin lebih produktif dan menjaga kesehatan otak, mulailah dengan mengurangi distraksi digital. Buat aturan ketat pada dirimu untuk tidak berpindah tugas kecuali benar-benar selesai.