Kombinasi Piring Plastik dan Makanan Panas, Waspadai Bisa Picu Kanker

Ilustrasi piring plastik
Sumber :
  • Pixaby

LifestylePiring plastik sudah jadi bagian dari keseharian di banyak rumah tangga. Ringan, tahan pecah, dan harganya pun ramah di kantong. Tak heran kalau benda satu ini jadi pilihan praktis, apalagi kalau ada anak-anak di rumah. Tapi, di balik kepraktisannya, ada satu kebiasaan yang sebaiknya mulai diwaspadai, memanaskan makanan panas langsung di atas piring plastik, terutama di microwave.

 

Kebiasaan ini, tanpa disadari, bisa membawa dampak serius bagi kesehatan. Kenapa begitu? Mari kita bahas lebih dalam.

Pertama mari cari tau apa yang akan terjadi saat plastik terkena panas. Seperti diketahui plastik adalah bahan kimia sintetis yang dirancang untuk berbagai keperluan, termasuk sebagai wadah makanan. Namun, saat terkena suhu tinggi, beberapa jenis plastik bisa mengalami yang disebut dengan leaching atau migrasi senyawa kimia ke makanan.

 

Suhu panas, apalagi dari microwave, dapat memicu pelepasan zat-zat seperti BPA (Bisphenol A), ftalat, atau bahkan formaldehida dari bahan plastik ke makanan. Untuk diingat, makanan panas atau berminyak justru lebih cepat menyerap senyawa ini.

 

Profesor dari NYU Langone Health dan penulis buku Sicker, Fatter, Poorer, Dr. Leonardo Trasande menjelaskan bahwa paparan BPA dalam jumlah kecil sekalipun bisa mengganggu sistem hormon manusia.

“Zat ini dapat meniru kerja hormon alami tubuh, dan mengacaukan sinyal biokimia,” ujarnya.

 

 

Jenis Plastik yang Sering Digunakan dan Risikonya

 

Tidak semua plastik diciptakan sama. Ada kode daur ulang pada setiap kemasan plastik, yang memberi petunjuk bahan dasar dan tingkat keamanannya. Beberapa jenis yang umum dijumpai:

 

  • Kode 1 (PET): Sering digunakan pada botol air kemasan. Tidak disarankan untuk penggunaan berulang, apalagi dipanaskan.

  • Kode 5 (PP/Polypropylene): Lebih tahan panas dan sering dianggap paling aman untuk makanan.

  • Kode 6 (PS/Polistirena): Sering ditemukan pada wadah makanan styrofoam. Berpotensi melepas styrène, zat kimia yang dicurigai karsinogen.

  • Kode 7 (Other): Campuran plastik yang bisa saja mengandung BPA.

 

Banyak piring plastik terbuat dari melamin, bahan yang keras, ringan, dan tahan benturan. Namun, menurut data dari World Health Organization (WHO), saat melamin terkena suhu tinggi, ia bisa melepaskan formaldehida, zat kimia yang dalam jangka panjang berpotensi memicu kanker dan iritasi saluran pernapasan.

 

Beberapa lembaga kesehatan global sendiri telah mengeluarkan peringatan mengenai penggunaan plastik untuk makanan panas. Misalnya saja Food and Drug Administration, AS (FDA) hanya mengizinkan plastik tertentu untuk makanan panas dan harus diberi label 'microwave safe'. Jika tidak, penggunaannya bisa berbahaya.

Selain itu, EFSA (European Food Safety Authority) bahkan merevisi batas aman paparan BPA menjadi 20 kali lebih rendah pada 2023, menandakan bahwa risiko kesehatan dianggap semakin serius. Sementara itu, WHO juga menyebut formaldehida sebagai zat yang harus dihindari dalam paparan berkelanjutan.

 

Risiko Kesehatan dari Paparan Kimia Plastik

 

Memanaskan makanan di piring plastik, apalagi yang tidak dirancang untuk suhu tinggi, bukan sekadar soal rasa atau aroma. Ada ancaman nyata yang mengintai:

 

Gangguan Hormon

 

BPA dan ftalat dikenal sebagai pengganggu endokrin, yaitu senyawa yang bisa mengganggu sistem hormonal tubuh. Efeknya bisa berupa gangguan metabolisme, perubahan mood, hingga kelainan pertumbuhan.

 

Risiko Kanker

 

Formaldehida dan styrène memiliki sifat karsinogenik. Artinya, paparan jangka panjang dapat meningkatkan risiko kanker, khususnya saluran pernapasan dan sistem pencernaan.

 

Masalah Kesuburan

 

Pakar lingkungan dari Mount Sinai School of Medicine, Dr. Shanna Swan mengungkapkan bahwa bahan kimia dari plastik bisa memengaruhi kualitas sperma, gangguan ovulasi, bahkan menurunkan kemungkinan kehamilan.

 

Risiko Terhadap Anak-anak dan Ibu Hamil

 

Anak-anak dan janin dalam kandungan jauh lebih rentan terhadap zat kimia. Paparan BPA dalam jumlah kecil dapat memengaruhi perkembangan otak, perilaku, dan fungsi organ dalam jangka panjang.

 

 

Hasil Penelitian yang Perlu Diketahui

 

Sebuah studi dari Harvard School of Public Health menunjukkan bahwa orang yang menggunakan botol plastik selama seminggu mengalami peningkatan kadar BPA dalam urin hingga 69 persen.

 

Studi lain dari jurnal Environmental Health Perspectives menyatakan bahwa banyak produk BPA-free ternyata tetap mengandung zat serupa seperti BPS (Bisphenol S), yang efeknya terhadap hormon tak jauh berbeda dari BPA.

 

Untuk menghindari risiko kesehatan jangka panjang, sebaiknya mulai beralih ke wadah yang lebih aman, seperti:

 

  • Kaca borosilikat: Tahan suhu tinggi, ideal untuk microwave, dan tidak melepas zat kimia.

  • Keramik dan porselen: Cocok untuk makanan panas dan tidak bereaksi terhadap suhu.

  • Stainless steel: Aman untuk makanan, meski tidak bisa masuk microwave.

 

Penggunaan bahan alami seperti bambu juga semakin populer, terutama untuk makanan kering atau suhu ruang.

 

Tips Aman Bila Tetap Gunakan Piring Plastik

 

Masih ingin pakai piring plastik? Bisa, tapi pastikan mengikuti beberapa tips aman berikut:

 

  • Jangan gunakan untuk makanan panas langsung dari kompor.

  • Hindari pemakaian dalam microwave, kecuali ada label resminya.

  • Jangan gunakan untuk makanan berminyak atau berkuah panas.

  • Ganti piring plastik secara berkala—jangan menunggu sampai rusak.

 

Memang, piring plastik menawarkan kepraktisan. Tapi saat menyangkut makanan panas dan kesehatan jangka panjang, lebih baik tidak ambil risiko. Apa yang tampak kecil hari ini bisa berdampak besar di masa depan. Mulai dari hal sederhana seperti memilih wadah makanan yang aman, kita sudah bisa melindungi keluarga dari bahaya yang tersembunyi.

 

Jadi, kalau mau memanaskan makanan, pastikan pilih wadah yang tepat. Karena kesehatan bukan sekadar soal apa yang kita makan, tapi juga dari mana dan bagaimana kita menyajikannya.