Bukan Hanya Diabetes, Sering Bangun Malam untuk Buang Air Kecil? Waspadai Bisa Jadi Penyakit Ini
- Freepik
Lifestyle –Pernah mengalami tidur malam yang terganggu hanya karena harus ke kamar mandi beberapa kali? Kamu tidak sendiri. Banyak orang, terutama usia 30 tahun ke atas, mulai mengalami hal ini. Awalnya mungkin hanya dianggap gangguan kecil, tapi jika terjadi terus-menerus, bisa jadi ini adalah sinyal tubuh bahwa ada yang tidak beres.
Kondisi sering terbangun di malam hari karena keinginan buang air kecil ini dikenal sebagai nokturia. Meski terdengar sepele, nokturia sebenarnya bisa menjadi gejala awal dari berbagai gangguan kesehatan serius, mulai dari diabetes, gangguan ginjal, hingga masalah jantung.
Sebelum membahas lebih lanjut, mari pahami tentang nokturia terlebih dahulu. Secara medis, nokturia adalah kondisi di mana seseorang terbangun dari tidurnya satu kali atau lebih dalam semalam karena merasa ingin buang air kecil. Ini berbeda dengan overactive bladder (kandung kemih terlalu aktif) yang bisa terjadi kapan saja sepanjang hari.
Menurut profesor geriatri dari University of Pittsburgh dan pakar dalam gangguan kandung kemih, Dr. Neil Resnick nokturia tidak selalu berkaitan langsung dengan kandung kemih. Kadang ini adalah sinyal bahwa ada sesuatu yang terjadi di tubuh bagian lain, terutama pada sistem metabolik dan sirkulasi.
Penyebab Umum Sering Buang Air Kecil di Malam Hari
1. Proses Penuaan
Seiring bertambahnya usia, tubuh memang mengalami perubahan—termasuk dalam produksi hormon yang mengatur pengeluaran urine. Salah satu hormon tersebut adalah antidiuretik (ADH), yang biasanya membantu tubuh untuk mengurangi produksi urine saat tidur. Pada usia lanjut, kadar ADH cenderung menurun sehingga produksi urine meningkat di malam hari. Bahkan NHS (National Health Service) UK menyebutkan bahwa sekitar 70 persen orang di atas usia 60 tahun mengalami nokturia sebagai bagian dari penuaan alami.
2. Diabetes dan Pradiabetes
Sering buang air kecil, terutama di malam hari, bisa jadi salah satu gejala awal diabetes tipe 2. Saat kadar gula darah terlalu tinggi, ginjal akan berusaha membuang kelebihan gula tersebut melalui urine, yang membuat frekuensi buang air kecil meningkat. Direktur Pusat Diabetes di Massachusetts General Hospital, Dr. David Nathan mengatakan bahwa poliuria (banyak buang air kecil) adalah gejala yang sering diabaikan pasien pradiabetes.
“Kebanyakan baru sadar setelah mengalami kelelahan dan sering haus,” katanya.
3. Gangguan Jantung
Pada pasien gagal jantung, cairan tubuh cenderung menumpuk di bagian bawah tubuh saat siang hari karena gravitasi. Tapi saat berbaring di malam hari, cairan itu kembali masuk ke aliran darah dan akhirnya diproses ginjal menjadi urine. Hasilnya? Kamu terbangun untuk buang air kecil.
British Heart Foundation menekankan bahwa nokturia bisa menjadi gejala awal dari gagal jantung kongestif, terutama bila disertai dengan sesak napas dan bengkak di kaki.
4. Sleep Apnea
Sleep apnea atau gangguan tidur di mana napas berhenti sejenak saat tidur, ternyata juga bisa menyebabkan nokturia. Ketika tubuh terbangun akibat apnea, tekanan di dalam dada meningkat dan memicu jantung melepaskan hormon natriuretik, yang mendorong ginjal untuk memproduksi lebih banyak urine.
5. Kebiasaan Gaya Hidup
Minum terlalu banyak cairan menjelang tidur, terutama minuman berkafein dan alkohol.
Konsumsi obat diuretik tanpa waktu yang tepat.
Kurangnya aktivitas fisik di siang hari.
Kapan Nokturia Harus Diwaspadai?
Bangun satu kali di malam hari untuk pipis bisa jadi masih normal, apalagi jika minum banyak sebelum tidur. Tapi bila lebih dari dua kali semalam, dan terjadi hampir setiap malam, sebaiknya kamu mulai waspada—apalagi jika disertai gejala seperti:
Urine berbusa atau berdarah
Rasa haus berlebihan
Berat badan turun tanpa sebab
Bengkak di kaki
Mudah lelah atau lemas
Cleveland Clinic menyarankan untuk segera konsultasi ke dokter jika frekuensi bangun malam meningkat dan mengganggu kualitas tidur.
Mungkin terdengar sepele, tapi dampak dari nokturia bisa serius, seperti:
Gangguan tidur kronis → lelah di siang hari, menurunnya fokus dan daya ingat.
Risiko jatuh pada lansia saat bangun malam tergesa-gesa.
Gangguan metabolisme karena kurangnya istirahat yang berkualitas.
Depresi dan kecemasan akibat kualitas hidup yang menurun.
Cara Mengetahui Penyebab Nokturia yang Kamu Alami
Menentukan penyebab nokturia butuh pendekatan menyeluruh. Berikut langkah yang direkomendasikan oleh American Urological Association:
Catat kebiasaan pipis: Kapan dan berapa kali dalam sehari kamu buang air kecil.
Amati cairan yang dikonsumsi, terutama di malam hari.
Periksa gula darah jika ada riwayat keluarga diabetes.
Evaluasi kesehatan jantung jika mengalami pembengkakan kaki atau sesak napas.
Lakukan tes fungsi ginjal jika urine berbusa atau berbau tajam.
Kabar baiknya, ada banyak cara yang bisa kamu lakukan untuk mengurangi nokturia, tergantung penyebabnya:
- Kurangi Minum Menjelang Tidur
Hindari minum air dalam jumlah besar 2–3 jam sebelum tidur, terutama teh, kopi, atau alkohol.
- Periksa Obat yang Dikonsumsi
Jika kamu mengonsumsi diuretik (obat yang meningkatkan produksi urine), konsultasikan agar waktunya dipindah ke pagi atau siang.
- Tinggikan Kaki Saat Tidur
Pada pasien edema (pembengkakan kaki), tidur dengan kaki sedikit terangkat bisa membantu mencegah cairan menumpuk.
- Olahraga Ringan di Siang Hari
Aktivitas fisik membantu mengurangi retensi cairan dan memperbaiki sirkulasi.
- Atasi Penyakit Dasar
Jika kamu memiliki diabetes atau gangguan jantung, pastikan kondisinya terkendali.
Menurut ahli geriatri dari Saint Louis University School of Medicine, Dr. John E. Morley mengatasi nokturia tidak cukup hanya fokus pada kandung kemih. Kita harus melihat seluruh tubuh sebagai satu sistem.