Apakah Orang Bisa Merasakan Tanda Kematian Sebelum Itu Terjadi? Ini Penjelasan dari Ilmu, Intuisi, dan Spiritualitas
- Freepik
Lifestyle –Pernahkah kamu mendengar cerita tentang seseorang yang tiba-tiba berpamitan, menulis surat perpisahan, atau memberikan nasihat terakhir lalu beberapa hari kemudian meninggal dunia? Atau mungkin kamu sendiri pernah merasakan firasat aneh saat kehilangan orang terdekat?
Fenomena ini sering membuat kita bertanya, apakah mungkin seseorang merasakan kematian sebelum waktunya benar-benar datang? Apakah tubuh memberi sinyal? Atau apakah ini murni soal kepekaan batin atau spiritual?
Artikel ini akan mengajak kamu menyelami pertanyaan besar ini dari berbagai sudut—dari penjelasan ilmiah dan neurologi, intuisi yang dibahas dalam psikologi, hingga perspektif spiritual dan agama. Mari kita kupas satu per satu.
Apa yang Terjadi di Otak Menjelang Kematian?
Secara medis, menjelang kematian tubuh dan otak mulai mengalami penurunan fungsi yang perlahan. Namun menariknya, beberapa studi menunjukkan adanya peningkatan aktivitas otak justru beberapa saat sebelum seseorang benar-benar meninggal.
Sebuah studi dari University of Michigan di tahun 2013 mengamati lonjakan gelombang otak gamma pada tikus setelah jantung berhenti berdetak. Para peneliti percaya bahwa lonjakan serupa juga terjadi pada manusia, dan mungkin berkaitan dengan pengalaman 'melihat cahaya terang' atau kilasan kehidupan yang sering dilaporkan oleh orang yang pernah mengalami near-death experience (NDE).
Lebih baru, riset dari NYU Langone School of Medicine pada tahun 2022 yang dipimpin oleh Dr. Sam Parnia, seorang pakar resusitasi dan pengalaman menjelang kematian, menyatakan bahwa beberapa pasien yang sempat dinyatakan meninggal sempat mengalami bentuk kesadaran aktif. Mereka mengingat proses perawatan intensif, suara, bahkan kejadian di ruangan saat mereka tidak sadarkan diri secara klinis.
Apakah ini bentuk kesadaran terakhir atau sistem saraf yang memberikan sinyal perpisahan? Ilmu belum sepenuhnya menjawabnya, tapi fenomena ini nyata terjadi.
Intuisi dan Sinyal dari Dalam Diri
Selain perubahan fisik, banyak orang melaporkan bahwa mereka atau kerabat dekat mereka merasakan sesuatu sebelum kematian terjadi. Psikolog dan pakar neurosains dari University of Southern California, Dr. Antonio Damasio, menjelaskan teori somatic marker, yaitu bagaimana tubuh bisa memberikan sinyal intuitif terhadap bahaya atau perubahan besar yang akan datang, bahkan sebelum kita menyadarinya secara sadar.
Intuisi ini bisa muncul dalam bentuk kegelisahan tak beralasan, mimpi tertentu, atau perasaan damai yang mendalam secara tiba-tiba. Menurut psikiater dari UCLA dan penulis buku The Empath’s Survival Guide, Dr. Judith Orloff manusia memiliki kapasitas intuitif bawaan yang bekerja seperti radar terhadap hal-hal yang belum tampak secara logis.
Dalam kondisi menjelang kematian, ketika hormon, tekanan darah, dan aktivitas otak berubah drastis, intuisi mungkin bekerja lebih intens. Ini bisa menjadi penyebab mengapa banyak orang melaporkan 'merasakan waktunya sudah dekat'.
Apa Kata Agama?
Berbagai tradisi spiritual dan kepercayaan meyakini bahwa jiwa manusia memiliki kemampuan untuk tahu sebelum waktunya tiba. Dalam ajaran Islam, misalnya, dikenal konsep yaqīn, di mana seseorang bisa diberikan keyakinan atau firasat tentang akhir hidupnya sebagai bentuk kasih sayang dari Tuhan.
Dalam agama Kristen, ada banyak kisah tentang orang-orang suci yang 'mengetahui' atau 'dipanggil pulang' sebelum ajal. Bahkan dalam agama Buddha dan Hindu, disebutkan bahwa seseorang yang telah mencapai tingkat kesadaran tertentu bisa merasa ketika waktunya sudah dekat dan bahkan memilih kapan akan meninggal.
Psikolog spiritual dari Columbia University, Dr. Lisa Miller menjelaskan bahwa pengalaman spiritual menjelang kematian bukan sekadar delusi, tapi bagian dari struktur otak yang memungkinkan seseorang mengakses kesadaran transenden.
Beberapa pasien di perawatan paliatif dilaporkan bermimpi tentang anggota keluarga yang sudah meninggal atau melihat 'tempat indah' sebelum akhirnya meninggal dunia. Ini sering ditafsirkan sebagai bentuk transisi antara dunia nyata dan akhirat.
Kisah Nyata dan Titik Temu antara Ilmu dan Spiritualitas
Ada banyak kisah yang membuat kita bertanya-tanya. Misalnya, seorang ibu yang tiba-tiba menuliskan surat untuk anak-anaknya padahal tidak sakit, lalu meninggal mendadak beberapa hari kemudian. Atau seseorang yang mendadak memberi wasiat atau meminta maaf, tanpa tahu hari itu adalah hari terakhirnya.
Cerita-cerita ini terlalu banyak untuk diabaikan begitu saja. Ahli bedah saraf dari Harvard, Dr. Eben Alexander yang pernah mengalami koma dan pengalaman menjelang kematian, menulis dalam bukunya Proof of Heaven bahwa pengalaman 'transendental' menjelang kematian tak bisa dijelaskan dengan sains konvensional.
Dalam banyak kasus, orang merasa damai atau seolah 'sudah siap' untuk pergi. Dalam dunia medis, ini disebut 'fenomena terminal lucidity'—ketika pasien demensia atau Alzheimer yang parah mendadak sadar dan berbicara jernih sebelum meninggal. Ilmu belum bisa menjelaskan sepenuhnya mengapa ini terjadi.
Jadi, Apakah Seseorang Bisa Merasakan Tanda Kematian?
Jawabannya, mungkin saja, namun dalam bentuk yang berbeda-beda. Dari sisi neurologi, tubuh memang mengalami perubahan yang bisa memunculkan sensasi aneh atau berbeda. Dari sisi psikologi, intuisi bisa memproses sinyal tak sadar menjadi firasat. Dan dari sisi spiritual, banyak yang percaya bahwa ruh memiliki cara tersendiri untuk “berkomunikasi” atau berpamitan sebelum pergi.
Namun yang pasti, pengalaman ini bersifat subyektif dan sangat personal. Tidak semua orang mengalaminya, tapi mereka yang pernah mengalaminya sulit untuk melupakan atau mengabaikan.
Misteri Kematian dan Makna Hidup
Membahas kematian seringkali membuat kita merasa takut atau tidak nyaman. Tapi di sisi lain, pemahaman tentang kematian—dan kemungkinan tanda-tandanya—juga bisa membuat kita lebih menghargai hidup.
Jika benar seseorang bisa merasakan kematian, mungkin itu adalah cara tubuh dan jiwa mempersiapkan kita untuk berpamitan, menyelesaikan urusan yang belum selesai, dan menyampaikan cinta yang belum sempat diucapkan.
Dan pada akhirnya, kita semua akan mengalami hal yang sama—entah disertai firasat, mimpi, atau perasaan damai. Mungkin itu bukan pertanda akhir, tapi jembatan menuju sesuatu yang belum kita mengerti sepenuhnya.