Pernah Sesak Napas? Ini yang Perlu Kamu Tahu Sebelum Terlambat
- Freepik
Lifestyle –Kita bernapas lebih dari 20 ribu kali sehari tanpa sadar. Tapi coba bayangkan kalau satu tarikan napas terasa berat, seperti ada beban besar di dada. Itu yang dirasakan jutaan orang dengan gangguan paru. Sesak napas bukan cuma gejala ringan. Dalam banyak kasus, itu adalah sinyal tubuh bahwa ada yang salah dan bisa jadi, waktunya tidak banyak.
Sayangnya, banyak orang masih menganggap remeh sesak napas. Dianggap hanya karena kurang olahraga, kelelahan, atau masuk angin. Padahal di balik gejala itu, bisa tersembunyi gangguan paru serius yang butuh penanganan cepat, bahkan bantuan alat seperti ventilator.
Mari kita bahas lebih lanjut. Namun sebelum itu, pertama-tama kita harus memahami tentang permasalahan penyakit pernapasan. Untuk diketahui, penyakit paru bukan hanya masalah orang tua atau perokok berat. Di Indonesia, penyakit pernapasan menyerang dari balita hingga lansia. WHO mencatat bahwa infeksi saluran pernapasan dan gangguan paru kronis menjadi penyebab kematian keempat di negara-negara berkembang, termasuk Indonesia.
Mari kenali tiga penyakit pernapasan utama yang paling sering muncul di masyarakat:
PPOK (Penyakit Paru Obstruktif Kronik)
PPOK adalah kondisi kronis yang menyebabkan saluran napas menyempit dan fungsi paru menurun secara bertahap. Penyebab utama adalah merokok, termasuk menjadi perokok pasif, serta paparan polusi udara dalam jangka panjang. Gejala awalnya bisa tidak terasa, seperti batuk kecil di pagi hari. Tapi lama-kelamaan, penderita akan merasa lelah saat berjalan, sering sesak, dan produktivitas terganggu.
“PPOK bukan hanya penyakit orang tua atau perokok aktif. Banyak juga pasien perempuan yang terpapar asap dapur atau tinggal di kota dengan polusi tinggi,” jelas profesor spesialis paru dari Imperial College London, Dr. Peter Barnes.
Asma: Bukan Cuma Penyakit Anak-anak
Asma adalah penyakit pernapasan kronis yang menyebabkan saluran udara meradang dan menyempit. Serangan bisa dipicu oleh debu, udara dingin, olahraga, atau stres. Meski umum pada anak-anak, asma bisa menetap hingga dewasa dan bahkan muncul pertama kali pada usia lanjut.
"Asma tidak bisa disembuhkan, tapi bisa dikendalikan. Yang berbahaya adalah saat pasien tidak sadar punya asma dan tidak punya inhaler saat serangan datang,” kata pakar asma dari University of Arizona, Dr. Monica Kraft.
Pneumonia, infeksi paru-paru akibat bakteri atau virus, menjadi penyebab utama kematian balita di Indonesia. Gejalanya meliputi demam tinggi, batuk berat, napas cepat, dan kadang membiru. Sayangnya, pneumonia sering disalahartikan sebagai flu biasa, dan penanganannya terlambat. Pada orang dewasa, terutama lansia dan penderita penyakit kronis seperti diabetes, pneumonia bisa cepat menjadi fatal.
“Satu dari lima kasus pneumonia berat bisa berakhir di ICU. Deteksi dini dan akses ventilator bisa menyelamatkan banyak nyawa,” ujar peneliti pernapasan dari British Lung Foundation, Dr. Leanne Metcalf.
Ketika Napas Harus Dibantu: Peran Ventilator di Fase Kritis
Ventilator adalah alat bantu napas yang digunakan saat pasien tak mampu bernapas dengan baik, baik karena paru-paru rusak, infeksi, atau dalam kondisi kritis seperti pasca operasi. Di ruang ICU, ventilator sering menjadi penyelamat utama.
Contoh penggunaannya antara lain:
Pasien dengan serangan asma akut
PPOK stadium akhir
Pasien pneumonia yang mengalami gagal napas
Pasien COVID-19 dengan saturasi oksigen rendah
Pasien dengan trauma dada atau cedera otak
Ventilator tidak bisa digunakan sembarangan. Dokter dan perawat harus tahu cara menyesuaikan tekanan udara, volume, dan mode ventilasi berdasarkan kondisi paru. Kesalahan kecil bisa menyebabkan kerusakan paru atau gagal jantung.
“Ventilator modern bukan sekadar alat tiup udara. Ia berfungsi seperti paru-paru buatan yang disesuaikan dengan ritme napas dan kondisi pasien,” jelas Dr. David Christiani, profesor dari Harvard T.H. Chan School of Public Health.
Kini muncul harapan baru. Draeger Indonesia, perusahaan teknologi medis bekerja sama dengan mitra strategis baik dari pemerintah, industri dan asosiasi profesi kesehatan. Kemitraan ini juga dilakukan dalam rangka menyambut peluncuran alat kesehatan yang diproduksi lokal dalam waktu dekat. Secara keseluruhan, inisiasi dan komitmen ini untuk mendukung resiliensi sistem kesehatan di Indonesia.
Kali ini, Draeger Indonesia bekerja sama dengan Kolegium Anestesiologi dan Terapi Intensif (KATI) dalam proses pendidikan berkelanjutan untuk mengadakan dua kegiatan workshop yaitu pertama mengenai pengenalan mesin anestesi yang ditujukan untuk para dokter anestesi dan telah dimulai pada 9 Mei 2025. Kedua mengenai Basic Ventilator yang ditujukan untuk para dokter umum dan anestesi yang bekerja di ICU, dan telah dimulai pada 18 Mei 2025. Kegiatan workshop akan dilakukan di 17 Fakultas Kedokteran di Indonesia yang memiliki Program Studi (PRODI) Anestesiologi dan Terapi Intensif.
"Workshop kepada para dokter anestesi dan terapi intensif harus terus dilakukan mengingat instalasi alat anestesi produksi Draeger telah diimplementasikan di 1.208 rumah sakit di Indonesia dan terus bertambah. Workshop dengan KATI ini akan menambah rekam jejak kami yang secara konsisten memberikan edukasi di Indonesia dan telah mengedukasi lebih dari 3000 tenaga kesehatan, baik secara online maupun offline," kata Managing Director Draeger Indonesia, Ratna Kurniawati.
Bagaimana Kamu Bisa Melindungi Paru-parumu?
Penyakit pernapasan bisa dicegah dan dikendalikan dengan langkah sederhana. Berikut yang bisa kamu lakukan:
Hindari paparan asap. Termasuk asap rokok, knalpot, dan pembakaran sampah.
Jangan tunda cek ke dokter. Jika sering sesak, batuk kronis, atau napas berbunyi.
Lakukan vaksinasi. Pneumonia dan influenza bisa dicegah lewat vaksin.
Kenali riwayat keluarga. Jika orang tua punya asma atau PPOK, kamu perlu waspada.
Dukung sistem kesehatan. Sebarkan informasi soal pentingnya alat bantu napas, terutama di daerah.
Mungkin kita terbiasa bernapas tanpa berpikir. Tapi bagi orang yang paru-parunya terganggu, satu napas bisa jadi perjuangan luar biasa. Saat ventilator tak hanya tersedia di rumah sakit besar, saat dokter dan perawat dari Sabang sampai Merauke sudah terlatih menggunakan alat bantu napas, maka kita tahu: kita sedang berjalan ke arah sistem kesehatan yang lebih adil.
Jangan tunggu sampai napas kita terganggu baru kita sadar pentingnya teknologi dan kesiapan medis. Karena seperti kata pepatah lama: “Kesehatan itu bukan segalanya. Tapi tanpa kesehatan, segalanya tidak berarti.”