Kenali Ciri-ciri Quiet Covering di Tempat Kerja, Begini Dampaknya ke Karier Anda
- Freepik
Lifestyle – Di era modern, lingkungan kerja semakin menekankan profesionalisme, keberagaman, dan performa tinggi. Namun, di balik tuntutan tersebut, banyak individu merasa perlu menyesuaikan diri agar diterima, bahkan jika itu berarti menyembunyikan sebagian dari identitas mereka.
Fenomena ini dikenal sebagai quiet covering, sebuah perilaku yang halus tapi signifikan dalam dinamika tempat kerja saat ini.
Fenomena quiet covering banyak terjadi terutama pada generasi muda yang memasuki dunia profesional. Banyak yang merasa bahwa menampilkan identitas asli mereka secara penuh—baik itu terkait orientasi seksual, agama, budaya, atau kondisi pribadi—dapat memunculkan penilaian negatif atau stereotip yang merugikan.
Dari riset dan laporan internasional, perilaku ini ternyata lebih umum dari yang dibayangkan, dan efeknya bisa terasa pada kesejahteraan mental maupun produktivitas.
1. Menyembunyikan Aspek Identitas Pribadi
Individu yang melakukan quiet covering cenderung merahasiakan bagian identitas yang dianggap berbeda atau berpotensi menimbulkan prasangka.
Mereka jarang membagikan orientasi seksual, keyakinan, budaya, atau kondisi kesehatan mental. Tujuannya adalah agar terlihat “normal” dan aman dalam lingkungan profesional, mengurangi risiko diskriminasi.
2. Menahan Ekspresi Emosional
Sering kali mereka menjaga ekspresi wajah, bahasa tubuh, dan reaksi emosional agar tetap netral. Hal ini dilakukan untuk menjaga citra profesional dan menghindari dianggap kurang stabil atau sensitif.
Akibatnya, individu bisa terlihat formal dan tenang secara berlebihan, bahkan di situasi yang sebenarnya menuntut spontanitas.
3. Membatasi Berbagi Pengalaman Pribadi
Quiet covering membuat seseorang membatasi cerita tentang kehidupan pribadi, keluarga, atau tantangan kesehatan mental.
Mereka khawatir bahwa membicarakan hal-hal ini bisa menimbulkan penilaian negatif. Akibatnya, interaksi sosial di tempat kerja menjadi lebih terbatas dan bersifat permukaan.
4. Menyembunyikan Kekurangan Kompetensi
Beberapa orang juga menahan ketidaktahuan atau kekurangan dalam pekerjaan agar tidak terlihat lemah. Mereka enggan meminta bantuan atau menyatakan kesulitan, karena takut akan dianggap tidak kompeten. Ini dapat membuat mereka bekerja lebih keras untuk menutupi kekurangan tersebut.
5. Berusaha Menjaga Citra Profesional
Motivasi utama quiet covering adalah untuk dilihat sebagai profesional yang kompeten. Orang yang melakukannya mengikuti norma-norma perusahaan dan menahan aspek identitas uniknya agar tidak menjadi perhatian negatif. Hal ini sering dilakukan secara diam-diam, tanpa menarik perhatian rekan kerja.
6. Beban Emosional yang Tinggi
Menahan diri dan menyembunyikan bagian identitas membawa dampak psikologis. Banyak individu yang merasa lelah emosional karena harus selalu “berperan” agar diterima. Tekanan ini dapat menimbulkan stres dan kelelahan mental dalam jangka panjang.
Praktik yang Umum di Situasi Formal
Quiet covering biasanya lebih sering muncul ketika seseorang berinteraksi dengan atasan, HR, atau pihak yang memiliki kekuasaan evaluatif. Ketika merasa sedang diamati atau dinilai, individu cenderung meningkatkan upaya untuk menyesuaikan diri dengan ekspektasi normatif.
Dampak Quiet Covering
Quiet covering tidak hanya memengaruhi individu, tetapi juga organisasi. Bagi individu, perilaku ini dapat menyebabkan rasa terputus dari diri sendiri, menurunkan motivasi, dan mengurangi kreativitas.
Bagi organisasi, praktik ini bisa menghambat inovasi dan keterlibatan karyawan karena mereka merasa tidak bisa menampilkan potensi asli.
Selain itu, tekanan terus-menerus untuk menyembunyikan identitas dapat berdampak negatif pada kesehatan mental. Studi menunjukkan peningkatan kecemasan, stres, dan kelelahan emosional pada mereka yang rutin melakukan quiet covering. Hal ini menunjukkan bahwa meski terlihat profesional dan kompeten, beban internal tetap ada.
Quiet covering adalah fenomena yang kompleks dan banyak terjadi di lingkungan profesional saat ini. Orang-orang yang melakukannya berusaha menyesuaikan diri dan menyembunyikan identitas mereka demi diterima dan dihargai.
Meskipun terlihat sebagai strategi untuk menjaga profesionalisme, quiet covering bisa berdampak pada kesehatan mental, kreativitas, dan produktivitas. Mengenali ciri-cirinya penting agar organisasi dan individu bisa menciptakan lingkungan kerja yang lebih inklusif dan mendukung keberagaman.