Bukan Sekadar Tren, Slow Living Ternyata Bisa Bikin Hidup Lebih Hemat!

Ilustrasi mengatur keuangan
Sumber :
  • Freepik

Lifestyle – Dalam beberapa tahun terakhir, istilah slow living semakin banyak dibicarakan sebagai alternatif gaya hidup modern. Konsep ini hadir sebagai respons atas budaya serba cepat, konsumsi berlebihan, serta tekanan produktivitas yang membuat banyak orang mudah lelah secara mental maupun finansial. 

 

Slow living menekankan hidup dengan penuh kesadaran, mengambil jeda, dan lebih selektif dalam mengelola waktu maupun pengeluaran. Tidak sedikit yang menganggap penerapan slow living dapat membuat hidup terasa lebih ringan, bahkan keuangan menjadi lebih sehat.

 

Namun, apakah benar slow living bisa membuat pengeluaran lebih hemat? Ternyata, gaya hidup ini memang berpotensi mengurangi biaya hidup, lho. 

 

Alasannya, slow living membantu seseorang fokus pada kualitas, kesederhanaan, dan prioritas. Dengan begitu, pola konsumsi pun berubah menjadi lebih bijak. 

 

Meski begitu, ada pula tantangan yang perlu dipahami sebelum Anda benar-benar menjadikannya sebagai bagian dari rutinitas.

 

Berikut beberapa alasan mengapa slow living dapat membantu Anda lebih hemat sekaligus lebih sejahtera.

 

1. Mengurangi Konsumsi yang Tidak Perlu

 

Prinsip utama slow living adalah menyadari perbedaan antara kebutuhan dan keinginan. Alih-alih membeli barang hanya karena tren, Anda akan lebih selektif dan membeli sesuai kebutuhan. Melansir dari New Trader U, slow living menekankan kebiasaan yang membantu mengurangi pembelian impulsif, di mana ini sering kali membuat pengeluaran membengkak.

 

2. Fokus pada Kualitas, Bukan Kuantitas

 

Dalam slow living, lebih baik membeli barang yang berkualitas meski harganya lebih tinggi, daripada sering membeli barang murah yang cepat rusak. Investasi pada produk tahan lama terbukti lebih hemat dalam jangka panjang. 

 

Selain itu, kebiasaan ini juga membantu mengurangi limbah sehingga selaras dengan gaya hidup berkelanjutan.

 

3. Penghematan Energi dan Biaya Harian

 

Slow living juga mencakup kesadaran dalam penggunaan energi dan sumber daya. Misalnya, memilih alat rumah tangga hemat energi, memasak di rumah, hingga mengurangi penggunaan kendaraan bermotor. 

 

Greenpeace pernah menekankan bahwa cara hidup yang lebih lambat dan ramah lingkungan bisa sekaligus membantu dompet Anda tetap aman karena biaya listrik, transportasi, dan makanan bisa ditekan.

 

4. Mengurangi Pemborosan Makanan

 

Kebiasaan membeli makanan seperlunya, mengolah bahan lokal, dan tidak tergesa-gesa saat berbelanja membuat pemborosan bisa dikurangi. 

 

Anda lebih jarang membuang makanan basi atau kadaluarsa karena setiap keputusan pembelian dilakukan dengan sadar. Kebiasaan ini tentu membuat biaya belanja bulanan lebih terkendali.

 

5. Menghindari Stres Finansial

 

Studi dalam Journal of Retailing and Consumer Services (2023) menunjukkan bahwa praktik minimalisme yang sejalan dengan slow living berkorelasi positif dengan kesejahteraan finansial. 

 

Artinya, ketika Anda tidak terjebak dalam siklus konsumsi berlebihan, pikiran lebih tenang dan stres terkait keuangan pun berkurang. Secara tidak langsung, hal ini juga dapat mengurangi biaya tambahan, misalnya untuk kesehatan akibat stres.

 

6. Prioritas pada Pengeluaran yang Bermakna

 

Slow living membantu Anda memahami apa yang benar-benar penting dalam hidup. Anda mungkin lebih memilih mengalokasikan dana untuk pengalaman berharga seperti perjalanan bersama keluarga dibanding membeli barang konsumtif. Pola ini membuat pengeluaran lebih terarah dan sesuai nilai hidup Anda.

 

7. Potensi Hemat Biaya Kesehatan

 

Dengan hidup lebih tenang, tidak terburu-buru, dan memberi ruang pada diri untuk beristirahat, slow living berdampak baik bagi kesehatan fisik maupun mental. 

 

Stres yang menurun dapat membantu menjaga daya tahan tubuh dan mengurangi kebutuhan pengobatan. Dengan kata lain, gaya hidup ini bisa berkontribusi pada penghematan biaya kesehatan jangka panjang.

 

Tantangan dalam Penerapan Slow Living

 

Meski tampak ideal, slow living juga memiliki kendala. Barang berkualitas tinggi atau bahan organik cenderung lebih mahal di awal. 

 

Selain itu, tidak semua orang punya privilese waktu dan akses untuk memasak sendiri atau berbelanja di pasar lokal. Karena itu, slow living bukan semata-mata tentang menekan pengeluaran, tetapi bagaimana Anda bisa lebih sadar, seimbang, dan bijak dalam mengelola hidup.

 

Slow living bukan hanya tren, tetapi cara pandang hidup yang mendorong kesadaran penuh dalam mengambil keputusan. Dengan mengurangi konsumsi berlebihan, fokus pada kualitas, serta memprioritaskan hal-hal yang bermakna, gaya hidup ini memang berpotensi membuat pengeluaran lebih hemat. 

 

Namun, keberhasilannya tetap bergantung pada kesiapan finansial, lingkungan, serta disiplin Anda dalam menjalankan kebiasaan baru. Bagaimana, Anda siap?