Mengulik 'Strategi Pintu Belakang': Taktik Investor Pemula Cuan dari Saham Blue Chip

Ilustrasi Investasi
Sumber :
  • Freepik

Meski masuk lewat jalur alternatif, kinerja instrumen pintu belakang tetap berkorelasi dengan pergerakan saham blue chip. Jika saham unggulan naik, nilai investasi Anda juga akan ikut meningkat.

Contoh Praktis di Pasar Indonesia

Misalnya, Anda ingin berinvestasi di saham PT Bank Central Asia Tbk (BBCA), tetapi harga per lot terasa berat. Alih-alih membeli langsung, Anda bisa masuk melalui ETF LQ45 atau reksa dana indeks yang di dalamnya terdapat saham BBCA. Dengan begitu, Anda tetap mendapatkan manfaat dari kenaikan harga saham BCA, namun dengan modal jauh lebih kecil.

Selain itu, strategi pintu belakang juga bisa dilakukan dengan membeli saham perusahaan pendukung yang ekosistemnya erat dengan blue chip. Contoh: jika harga saham Telkom (TLKM) sulit dijangkau, Anda bisa melihat peluang pada anak perusahaan atau mitra bisnis strategis yang ikut terdongkrak kinerjanya.

Apakah Strategi Ini Cocok untuk Semua Orang?

Meski terdengar menggiurkan, strategi pintu belakang tetap memiliki risiko. Fluktuasi harga ETF atau reksa dana tetap dipengaruhi kondisi pasar, sementara saham pendukung bisa saja tidak sekuat induknya. Oleh karena itu, strategi ini lebih cocok bagi Anda yang masih pemula, ingin belajar sambil menjaga risiko, serta belum memiliki modal besar.

Strategi pintu belakang menunjukkan bahwa berinvestasi di saham blue chip tidak selalu identik dengan modal besar. Bagi investor pemula, metode ini membuka jalan untuk merasakan cuan dari saham unggulan melalui jalur alternatif yang lebih terjangkau dan terkendali. Meski demikian, tetap diperlukan pemahaman, riset, dan kesabaran. Sebab, dalam investasi, tidak ada jalan pintas—bahkan pintu belakang pun harus dilalui dengan perhitungan yang matang.