Alasan Gen Z Mulai Melirik Profesi Lawas, Gara-gara Susah Cari Kerja Sesuai Passion?

Ilustrasi bekerja di kantor
Sumber :
  • Freepik

Lifestyle – Di era ketika teknologi kian berkembang pesat, banyak orang mengira generasi muda terutama Gen Z hanya tertarik pada profesi modern seperti data analyst, content creator, atau software engineer. Namun kenyataannya, tren justru menunjukkan hal sebaliknya. 

 

Gen Z kini mulai melirik profesi lawas yang dulunya dianggap biasa-biasa saja. Fenomena ini mengejutkan, sebab pekerjaan tradisional ternyata mampu menawarkan stabilitas dan keamanan yang tidak selalu dimiliki oleh karier berbasis teknologi.

 

Melansir dari Forbes, Business Insider, hingga New York Post, sejumlah survei menunjukkan semakin banyak anak muda yang beralih ke profesi trade atau lawas seperti teknisi listrik, mekanik, tukang kayu, hingga pekerjaan manual lain. 

 

Salah satu alasannya adalah sulitnya mencari pekerjaan yang sesuai passion atau jurusan kuliah. Tidak sedikit lulusan yang akhirnya kecewa karena lowongan kerja entry-level menuntut pengalaman tinggi, sementara biaya pendidikan yang mahal belum tentu menjamin karier cemerlang.

 

Lantas, apa saja alasan yang membuat Gen Z mulai berpaling ke profesi tradisional? Berikut penjelasannya.

 

1. Sulit Mendapat Pekerjaan Sesuai Passion

 

Banyak Gen Z merasa dunia kerja tidak sesuai dengan bidang kuliah yang ditempuh. Menurut laporan New York Post, sekitar 19% anak muda akhirnya memilih profesi trade karena tidak menemukan pekerjaan di jalur karier yang mereka minati. Keadaan ini mendorong mereka untuk mencari pekerjaan yang lebih realistis dan cepat menghasilkan.

 

2. Biaya Kuliah yang Terlalu Mahal

 

Melansir Forbes, biaya kuliah di Amerika Serikat bisa mencapai puluhan ribu dolar per tahun. Beban utang yang menumpuk membuat sebagian anak muda enggan melanjutkan ke perguruan tinggi. 

 

Profesi lawas dianggap lebih efisien karena dapat langsung bekerja melalui jalur pendidikan vokasi atau program apprenticeship tanpa harus menanggung utang besar.

 

3. Stabilitas dan Keuntungan Finansial

 

Pekerjaan tradisional ternyata mampu memberikan penghasilan yang cukup tinggi. Beberapa profesi seperti teknisi HVAC, mekanik, hingga tukang listrik dapat menghasilkan gaji median antara $60.000 hingga $80.000 per tahun, bahkan bisa mencapai enam digit setelah beberapa tahun pengalaman. 

 

Kondisi ini menjadikan profesi lawas lebih menarik dibanding pekerjaan kantoran dengan gaji stagnan.

 

4. Minim Risiko Tergantikan AI

 

Business Insider mencatat bahwa Gen Z semakin cemas dengan penetrasi AI yang mulai mengancam pekerjaan kantoran. Berbeda dengan profesi digital yang bisa diotomatisasi, pekerjaan fisik seperti tukang, montir, atau teknisi lebih aman dari ancaman teknologi. Hal inilah yang membuat profesi lawas dianggap tahan banting di tengah tren otomatisasi.

 

5. Mengejar Keseimbangan Hidup

 

Menurut The Guardian, Gen Z mulai menolak budaya “hustle culture” yang identik dengan kerja tanpa henti. Mereka lebih memilih pekerjaan yang memberi keseimbangan hidup, ruang untuk kesehatan mental, dan tujuan yang jelas. Profesi lawas yang bersifat praktis dan terukur dianggap lebih sesuai dengan gaya hidup ini.

 

6. Pengaruh Media Sosial

 

Banyak influencer di TikTok atau YouTube kini menampilkan kehidupan sehari-hari sebagai pekerja trade dengan penghasilan menarik. Konten ini memengaruhi pandangan anak muda bahwa pekerjaan manual bukan lagi sesuatu yang kuno, melainkan pilihan karier yang bisa memberi kebebasan finansial dan gaya hidup fleksibel.

 

7. Pendidikan Vokasi Semakin Diminati

 

Data dari Mexico Business News menyebutkan meningkatnya jumlah pendaftar di sekolah vokasi dan program apprenticeship. Jalur ini dianggap lebih praktis karena menawarkan keterampilan siap pakai dengan peluang kerja tinggi. Gen Z melihat pendidikan vokasi sebagai investasi yang cepat kembali modal.

 

8. Pasar Kerja yang Kompetitif

 

Selain masalah passion, sistem rekrutmen yang semakin mengandalkan teknologi juga menyulitkan Gen Z. Menurut CT Insider, banyak pelamar gagal menembus sistem otomatis seperti Applicant Tracking System (ATS) karena syarat pengalaman yang terlalu tinggi. Hal ini membuat profesi lawas lebih menarik karena lebih mudah diakses dan lebih realistis untuk dimasuki.

 

Fenomena Gen Z melirik profesi lawas bukanlah sebuah kemunduran, melainkan bentuk adaptasi terhadap realitas pasar kerja yang semakin keras. Ketika passion sulit dijadikan pegangan, biaya kuliah semakin tinggi, dan pekerjaan kantoran terancam oleh AI, profesi tradisional hadir sebagai solusi yang lebih stabil dan menjanjikan. 

 

Maka, bukan hal mengejutkan bila ke depan profesi yang dulu dianggap biasa justru kembali naik daun dan menjadi pilihan emas bagi generasi muda.