Gen Z Tak Lagi Percaya Gelar Sarjana, Lebih Pilih Jalur Vokasi Demi Cepat Dapat Kerja?
- Freepik
Lifestyle – Generasi Z, yakni mereka yang lahir antara pertengahan 1990-an hingga awal 2010-an, kini menjadi tulang punggung usia produktif. Dikenal sebagai generasi yang tech-savvy, fleksibel, dan kritis terhadap sistem lama, Gen Z memiliki pendekatan berbeda dalam memilih jalur pendidikan dan karier.
Menariknya, dalam beberapa tahun terakhir, muncul tren signifikan yang menunjukkan pergeseran dari pendidikan tinggi tradisional menuju jalur vokasi. Banyak anak muda Gen Z yang kini lebih memilih sekolah kejuruan atau pelatihan keterampilan dibandingkan kuliah empat tahun. Apa yang melatarbelakangi keputusan ini?
Pergeseran dari Pendidikan Teoritis ke Keterampilan Praktis
Berdasarkan laporan dari National Student Clearinghouse, pendaftaran ke program vokasi meningkat hingga 16 persen pada tahun 2023, tertinggi sejak 2018. Bahkan pada bidang seperti teknik konstruksi, lonjakannya mencapai 23 persen dalam satu tahun.
Tren ini mengindikasikan bahwa Gen Z mulai mempertanyakan efektivitas kuliah sebagai satu-satunya jalur menuju kesuksesan. Alih-alih mengejar gelar sarjana, mereka lebih memilih keterampilan praktis yang langsung dapat diterapkan di dunia kerja.
1. Pertimbangan Finansial yang Realistis
Biaya kuliah yang terus meningkat menjadi salah satu alasan utama mengapa Gen Z memilih jalur alternatif. Di Amerika Serikat, utang pendidikan bisa mencapai rata-rata USD 37.000 per mahasiswa. Sementara itu, program vokasi memiliki biaya lebih terjangkau dan durasi studi yang lebih singkat.
Gen Z lebih tertarik pada investasi pendidikan yang memberikan imbal hasil cepat dan nyata, tanpa harus terbebani utang selama bertahun-tahun.
2. Kekhawatiran terhadap Dampak AI
Pengaruh kecerdasan buatan atau artificial intelligence (AI) di berbagai sektor membuat Gen Z semakin waspada terhadap masa depan dunia kerja. Survei dari ResumeBuilder mencatat bahwa 72 persen Gen Z percaya bahwa AI akan menggantikan banyak pekerjaan entry-level dalam lima tahun ke depan.
Sebaliknya, pekerjaan berbasis keterampilan manual seperti teknisi, operator mesin, atau pekerja lapangan dinilai lebih tahan terhadap disrupsi teknologi. Hal ini mendorong minat terhadap pendidikan vokasi yang fokus pada keterampilan langsung.
3. Jalur Karier Lebih Cepat dan Terarah
Program vokasi menawarkan pelatihan yang lebih praktis dan langsung terhubung dengan kebutuhan industri. Gen Z melihat ini sebagai jalan pintas untuk masuk ke dunia kerja, dibanding harus menempuh pendidikan akademik selama empat tahun atau lebih.
Selain itu, banyak program kejuruan yang menjalin kemitraan dengan perusahaan, sehingga memudahkan transisi dari bangku sekolah ke dunia kerja nyata.
4. Perubahan Pandangan Terhadap Profesi "Jadul"
Dulu, pekerjaan manual seperti tukang las atau mekanik sering dianggap kelas dua. Namun, Gen Z menunjukkan kebanggaan terhadap pekerjaan yang menghasilkan sesuatu secara nyata. Mereka menilai pekerjaan ini memberikan kontrol, stabilitas, serta rasa pencapaian yang lebih tinggi dibanding pekerjaan kantoran yang monoton.
Pergeseran nilai ini turut memperkuat minat terhadap pelatihan vokasi.
5. Fleksibilitas dan Keseimbangan Hidup
Salah satu nilai utama bagi Gen Z adalah work-life balance. Mereka cenderung memilih karier yang fleksibel dan memberi ruang untuk kehidupan pribadi. Banyak profesi hasil lulusan vokasi yang menawarkan jam kerja fleksibel atau peluang untuk menjadi wiraswasta.
Gaya hidup ini dianggap lebih sesuai dengan karakter Gen Z yang menghargai otonomi dan kebebasan dalam bekerja.
Apa Kata Data Internasional?
Menurut Fast Company, 74 persen Gen Z yakin pekerjaan manual tidak mudah digantikan AI. Laporan lainnya menunjukkan lonjakan minat terhadap pelatihan kejuruan, dengan peningkatan pendaftaran tertinggi sejak sebelum pandemi.
Di Inggris, World Economic Forum mencatat bahwa lebih dari 20 persen Gen Z mempertimbangkan jalur non-universitas sebagai pendidikan lanjutan.
Gen Z bukanlah generasi yang menolak pendidikan, namun mereka lebih selektif dan realistis dalam memilih jalur yang sesuai dengan kondisi zaman. Sekolah vokasi dinilai sebagai alternatif strategis yang memberikan keunggulan dari sisi efisiensi waktu, kesiapan kerja, dan ketahanan terhadap otomatisasi.
Di tengah ketidakpastian dunia kerja dan disrupsi teknologi, pilihan Gen Z untuk menempuh jalur vokasi mencerminkan adaptasi cerdas terhadap realitas masa depan. Gelar sarjana kini bukan lagi satu-satunya tolok ukur kesuksesan, dan sekolah kejuruan pun bangkit sebagai pilihan utama generasi masa kini.