Setelah Rojali dan Rohana Kini Muncul Romusa, Apa Itu?
- Freepik
Dampak Ekonomi
Dari perspektif ekonomi, keberadaan Romusa menunjukkan bahwa daya beli masyarakat belum sepenuhnya pulih walaupun indikator makroekonomi seperti PDB atau inflasi tampak membaik. Namun, konsumsi rumah tangga masih menjadi penyumbang terbesar PDB masih lesu selaras dengan fakta di lapangan di mana mal ramai tapi transaksi stagnan.
Bagi pelaku usaha, fenomena Romusa menjadi tantangan tersendiri. Di satu sisi, jumlah pengunjung meningkat tetapi pembelian menurun. Hal ini mendorong pelaku ritel untuk berinovasi dengan strategi pemasaran yang lebih adaptif, seperti promosi berbasis pengalaman, gamifikasi interaksi, hingga pendekatan digital seperti live shopping atau bundling khusus komunitas.
Cermin Pergeseran Kebiasaan
Di sisi lain, Romusa juga mengungkap realitas sosial bahwa mal kini menjadi ruang escape atau pelarian dari tekanan hidup. Kehadiran mereka bukan semata karena konsumtif, tetapi sebagai bentuk coping mechanism atau pelarian emosional dari tekanan ekonomi yang makin kompleks.
Fenomena Romusa bukan hanya istilah viral yang mengundang senyum. Lebih dari sekadar bahan candaan di dunia maya.
Romusa adalah cermin sosial dari tekanan hidup, perubahan peran pusat perbelanjaan, dan daya beli masyarakat yang menurun. Di balik raut muka ‘susah’, tersimpan harapan akan ruang publik yang nyaman, akses hiburan yang inklusif, dan tentunya perbaikan ekonomi yang lebih merata.