Gaji Selalu Habis? Nomor 3 Ini Sering Banget Bikin Kelas Menengah Tekor!
- Freepik
Lifestyle – Mengatur gaji bulanan seharusnya menjadi kebiasaan rutin setiap orang yang sudah memiliki penghasilan tetap. Sayangnya, tidak semua orang memiliki keterampilan keuangan yang cukup untuk memastikan uangnya benar-benar dikelola dengan bijak.
Tak jarang, gaji yang sudah ditunggu-tunggu justru habis lebih cepat dari yang direncanakan, bahkan sebelum memenuhi seluruh kebutuhan pokok.
Situasi ini kerap terjadi bukan karena jumlah gaji yang terlalu kecil, tapi karena kesalahan dalam pengelolaannya. Hal ini justru sering terjadi pada kalangan kelas menengah, yang penghasilannya sudah mencukupi namun terjebak pada pola konsumsi dan gaya hidup yang tidak sehat.
Berikut ini empat kesalahan umum dalam mengatur gaji yang perlu Anda waspadai, terutama poin ketiga yang sangat umum terjadi di kalangan kelas menengah.
1. Tidak Membuat Anggaran Bulanan
Kesalahan paling mendasar yang sering dilakukan banyak orang adalah tidak membuat anggaran bulanan secara tertulis. Padahal, tanpa perencanaan keuangan yang jelas, sangat mudah bagi siapa pun untuk mengeluarkan uang tanpa arah.
Anggaran bulanan membantu Anda memetakan pengeluaran pokok seperti kebutuhan rumah tangga, transportasi, tagihan, cicilan, dan dana darurat. Tanpa anggaran, Anda akan kesulitan melacak kemana perginya uang setiap bulan.
Solusinya sederhana: sisihkan waktu di awal bulan untuk menyusun anggaran, lalu evaluasi di akhir bulan. Gunakan bantuan aplikasi atau bahkan ChatGPT untuk menyusun rencana dengan lebih cepat dan efisien.
2. Menabung dari Sisa Pengeluaran
Banyak orang masih menerapkan prinsip “kalau ada sisa baru ditabung.” Ini adalah kesalahan klasik yang bisa membuat Anda tidak pernah benar-benar memiliki tabungan. Menabung seharusnya menjadi prioritas, bukan opsi terakhir.
Prinsip yang lebih sehat adalah pay yourself first, yaitu menyisihkan tabungan dan dana investasi segera setelah menerima gaji. Idealnya, sisihkan minimal 10–20 persen dari penghasilan untuk masa depan.
Dengan cara ini, Anda melindungi diri dari pengeluaran berlebihan dan mulai membangun fondasi keuangan yang kuat.
3. Gaya Hidup Menyesuaikan Kenaikan Gaji
Inilah kesalahan paling umum yang dilakukan kelas menengah: setiap kali penghasilan naik, gaya hidup pun ikut naik. Ini disebut lifestyle inflation. Alih-alih menambah tabungan atau investasi, kenaikan gaji justru diikuti peningkatan konsumsi, seperti makan di restoran lebih mahal, beli gadget terbaru, atau cicil kendaraan yang lebih mewah.
Dalam jangka pendek mungkin terasa menyenangkan, tetapi dalam jangka panjang, kebiasaan ini akan menyulitkan Anda untuk mencapai tujuan keuangan seperti membeli rumah, dana pendidikan anak, atau pensiun. Solusinya adalah tetap mempertahankan gaya hidup sederhana meskipun gaji meningkat, dan gunakan tambahan penghasilan untuk mempercepat tujuan keuangan Anda.
4. Tidak Memiliki Dana Darurat
Banyak orang mengabaikan pentingnya dana darurat, dan menganggap hal tersebut bisa ditunda. Padahal, tanpa dana cadangan, satu kejadian tak terduga seperti kehilangan pekerjaan atau biaya rumah sakit bisa langsung menggoyahkan stabilitas finansial Anda.
Dana darurat idealnya sebesar 3–6 kali total pengeluaran bulanan Anda. Jumlah ini dapat disimpan di rekening terpisah atau instrumen yang mudah dicairkan seperti deposito atau e-wallet berisiko rendah. Mulailah membangun dana darurat sedikit demi sedikit, dan prioritaskan ini sebagai bagian dari alokasi gaji setiap bulan.
Mengelola gaji bukan sekadar membayar tagihan dan belanja kebutuhan bulanan, tetapi juga soal membangun kestabilan dan masa depan keuangan Anda. Menghindari empat kesalahan umum di atas dapat menjadi langkah awal menuju kondisi finansial yang lebih sehat dan terkendali.
Khusus bagi Anda yang berada di kalangan kelas menengah, penting untuk menyadari bahwa tantangan finansial tidak hanya datang dari jumlah penghasilan, tetapi juga dari gaya hidup dan pola pengeluaran.
Mulailah dengan menyusun anggaran, menyisihkan tabungan sejak awal, dan menjaga gaya hidup tetap sederhana meski gaji naik. Ingat, bukan seberapa besar gaji Anda, tapi seberapa bijak Anda mengelolanya.