Fenomena Window Shopping di Tengah Virus Rojali dan Rohana, Gaya Hidup Baru atau Strategi Bertahan?
- Freepik
Lifestyle – Aktivitas window shopping kembali menjadi tren yang mencolok, terutama di pusat perbelanjaan. Fenomena ini semakin menguat dengan munculnya istilah rojali (rombongan jarang beli) dan rohana (rombongan hanya nanya) yang belakangan viral di media sosial.
Secara kasatmata, mal tetap terlihat ramai meski banyak pemberitaan tentang inflasi dan ketidakpastian ekonomi. Lalu-lalang pengunjung, antrian di eskalator, dan keramaian food court memberi kesan ekonomi menggeliat.
Namun di balik keramaian itu, banyak tenant ritel merasakan adanya penurunan transaksi yang cukup signifikan. Alih-alih berbelanja, banyak masyarakat justru menjadikan mal sebagai ruang rekreatif dan tempat pelepas penat, tanpa adanya aktivitas konsumsi nyata.
Apa Itu Window Shopping?
Arti Window shopping adalah aktivitas melihat-lihat barang dagangan di toko, baik secara langsung di pusat perbelanjaan maupun secara daring tanpa niat langsung untuk membeli. Istilah ini berasal dari kebiasaan orang berjalan di depan etalase toko (window) untuk melihat produk yang dipajang.
Tujuan utama window shopping biasanya bukan untuk belanja, melainkan untuk mencari inspirasi, membandingkan harga, mengikuti tren terbaru, atau sekadar mengisi waktu luang. Dalam konteks modern, window shopping juga bisa dilakukan secara online, misalnya dengan menjelajahi e-commerce atau melihat-lihat katalog digital tanpa checkout.
Meski tidak menghasilkan transaksi saat itu juga, window shopping sering menjadi tahap awal dalam proses pengambilan keputusan belanja. Konsumen mungkin kembali untuk membeli di kemudian hari, setelah mempertimbangkan dengan lebih matang.