Kenapa Gen Z Sering Gagal Nabung? Awas, 5 Mindset Ini Bisa Jadi Biang Keroknya!
- Freepik
Lifestyle – Generasi Z dikenal sebagai generasi yang cerdas teknologi, kreatif, dan serba cepat. Namun di balik semua keunggulan itu, banyak dari mereka yang masih kesulitan membangun kebiasaan menabung.
Padahal sebagian dari mereka sudah memiliki penghasilan tetap, baik dari pekerjaan kantoran, freelance, atau usaha digital.
Jika Anda merasa sudah berpenghasilan namun tabungan tidak pernah bertambah, bisa jadi masalahnya bukan pada jumlah uang yang Anda hasilkan, tapi pada cara berpikir tentang uang itu sendiri. Pola pikir keuangan sangat berpengaruh pada keputusan dan kebiasaan finansial Anda.
Berikut ini lima pola pikir yang sering menjebak Gen Z dan membuat mereka gagal menabung:
1. "Uang Nanti Bisa Dicari Lagi"
Pola pikir ini terdengar optimis, tapi bisa berbahaya. Gen Z sering menganggap bahwa uang adalah sesuatu yang mudah dicari kembali, sehingga merasa tidak masalah untuk menghabiskannya sekarang.
Akibatnya, banyak yang mengabaikan pentingnya menabung dan membelanjakan uang secara impulsif.
Padahal, kemampuan mencari uang tidak selalu konstan. Ada masa-masa sulit yang bisa datang tanpa diduga. Dengan memiliki tabungan, Anda punya bantalan keuangan saat penghasilan tidak stabil.
2. "Nikmati Hidup Sekarang, Masalah Keuangan Nanti Saja"
Filosofi YOLO (You Only Live Once) sangat melekat pada Gen Z. Menikmati hidup memang penting, tapi tanpa kontrol keuangan, hal ini bisa berujung pada penyesalan. Kebiasaan nongkrong mewah, belanja impulsif, hingga ikut tren mahal bisa menyabotase keuangan pribadi.
Menabung tidak berarti Anda tidak boleh bersenang-senang. Namun, perlu ada prioritas dan porsi yang seimbang antara gaya hidup dan masa depan finansial.
3. "Gaji Saya Kecil, Jadi Percuma Menabung"
Banyak Gen Z merasa percuma menabung karena penghasilannya belum besar. Pola pikir ini keliru. Justru dari penghasilan kecil, Anda bisa melatih disiplin dan membangun kebiasaan menabung yang konsisten.
Menabung bukan soal nominal besar, tapi konsistensi. Bahkan Rp10.000 per hari pun jika dilakukan terus-menerus bisa menghasilkan tabungan jutaan dalam setahun. Pola pikir ini harus diganti dengan: “Saya mulai dari kecil, nanti bisa besar.”
4. "Saya Masih Muda, Nabung Nanti Saja"
Faktor usia sering dijadikan alasan untuk menunda menabung. Gen Z merasa masih muda, sehat, dan belum memiliki tanggungan, sehingga menunda kebiasaan menabung atau bahkan tidak punya rencana keuangan jangka panjang sama sekali.
Padahal, usia muda adalah waktu terbaik untuk membangun kebiasaan finansial yang sehat. Semakin dini Anda menabung, semakin besar manfaat compounding yang bisa Anda nikmati di masa depan.
5. "Orang Tua Saya Masih Bisa Bantu"
Beberapa Gen Z yang berasal dari keluarga menengah ke atas merasa terlalu nyaman dan mengandalkan orang tua sebagai ‘jaring pengaman’. Pola pikir ini membuat mereka tidak merasa perlu menyiapkan dana darurat atau menabung untuk masa depan.
Mengandalkan orang tua mungkin terasa aman saat ini, tapi tidak mendidik kemandirian finansial. Ketika situasi berubah, Anda bisa kesulitan karena tidak pernah melatih diri mengelola uang sendiri.
Pola pikir keuangan yang keliru bisa membuat Anda terus merasa kekurangan, meski sebenarnya berpenghasilan cukup. Jika Anda termasuk Gen Z yang merasa sulit menabung, coba refleksikan kembali bagaimana Anda memandang uang dan masa depan finansial.
Mulailah dengan memperbaiki mindset, lalu terapkan kebiasaan kecil yang konsisten: mencatat pengeluaran, menyisihkan uang di awal bukan di akhir bulan, dan mulai belajar soal investasi. Keuangan sehat dimulai dari cara berpikir yang sehat pula.