Tradisi Potong Gigi di Bali, Ternyata Tujuannya...

Pura Ulun Danu
Sumber :
  • Wonderful Indonesia

Lifestyle –Bali, pulau yang terkenal dengan keindahan alam dan kekayaan budayanya, menawarkan pengalaman wisata yang tak hanya memanjakan mata, tetapi juga memperkaya wawasan. Salah satu tradisi unik yang menjadi daya tarik budaya adalah upacara potong gigi, atau yang dikenal sebagai Metatah, Mepandes, atau Mesangih. 

Cara Keluar Bandara Bali Cuma Rp8 Ribuan, Bisa Langsung Sampai Ubud

Ritual keagamaan Hindu ini bukan sekadar seremoni, melainkan memiliki makna spiritual mendalam yang mencerminkan nilai-nilai luhur masyarakat Bali. Bagi wisatawan, menyaksikan atau mempelajari tradisi ini dapat menjadi pengalaman budaya yang tak terlupakan saat berlibur di Pulau Dewata. 

Makna dan Tujuan Upacara Potong Gigi

Upacara Metatah adalah ritual sakral dalam tradisi Hindu Bali yang menandai peralihan seseorang dari masa kanak-kanak menuju kedewasaan. Ritual ini wajib dilakukan oleh remaja Hindu Bali, ditandai dengan perubahan fisik seperti menstruasi pada perempuan atau perubahan suara pada laki-laki. 

Kuil Hindu Terbesar Se-Asia Tenggara Ada di Jakarta, Masuknya Gratis!

Menurut ajaran Hindu Bali, upacara ini bertujuan untuk memurnikan jiwa dan tubuh dari pengaruh negatif, khususnya Sad Ripu, yaitu enam sifat buruk dalam diri manusia: Kama (nafsu), Lobha (ketamakan), Krodha (kemarahan), Mada (kemabukan), Moha (kebingungan), dan Matsarya (iri hati). Dengan mengendalikan sifat-sifat ini, seseorang diharapkan menjadi manusia sejati yang berbudi luhur.

Selain itu, Metatah dianggap sebagai bentuk kewajiban orang tua terhadap anak untuk membimbing mereka menuju kedewasaan. Ritual ini juga memiliki makna simbolis sebagai pembayaran "utang" orang tua kepada anak, dengan harapan anak dapat hidup harmonis dan bertemu kembali dengan leluhur di alam Pitraloka setelah meninggal. 

Gratis Masuk Candi Borobudur hingga Prambanan Seumur Hidup! Begini Syarat dan Ketentuannya

Bagi wisatawan, memahami makna ini menambah kedalaman pengalaman saat mengunjungi Bali, terutama jika berkesempatan menyaksikan upacara ini di desa-desa tradisional.

Prosesi Upacara Potong Gigi

Prosesi Metatah dilakukan dengan mengikir enam gigi bagian atas, yaitu empat gigi seri dan dua gigi taring, yang melambangkan pengendalian Sad Ripu. Meski disebut "potong gigi," gigi tidak dipotong habis, melainkan dikikir hingga rapi dengan ketebalan tidak lebih dari 2 mm untuk menghindari kerusakan enamel. Prosedur ini dilakukan oleh seorang sangging atau pinandita, yang memiliki keahlian khusus, dengan alat seperti kikir, cermin, dan daun sirih.

Upacara ini dimulai dengan serangkaian ritual, seperti Magumi Padangan untuk pembersihan spiritual, Nekeb atau pingitan sehari sebelumnya, dan Mabyakala untuk mengusir roh jahat. Peserta mengenakan pakaian adat Bali berwarna putih dan kuning, yang melambangkan kesucian.

Setelah pengikiran gigi, peserta mencicipi enam rasa—pahit, asam, pedas, sepat, asin, dan manis—yang masing-masing memiliki makna filosofis, seperti ketabahan, kesabaran, ketaatan, kebijaksanaan, dan kebahagiaan. Prosesi diakhiri dengan Mejaya-Jaya, yaitu doa restu kepada Ida Sang Hyang Widhi Wasa untuk keselamatan dan keberkahan.

Aspek Kesehatan dalam Tradisi

Dari perspektif medis, Metatah memiliki kemiripan dengan prosedur occlusal adjustment dalam kedokteran gigi, yang bertujuan memperbaiki bentuk gigi agar berfungsi optimal. Namun, pengikiran gigi harus dilakukan hati-hati agar tidak merusak lapisan enamel, yang dapat menyebabkan sensitivitas atau kerusakan gigi. 

Penelitian oleh Widayanti (2010) menunjukkan bahwa 85% peserta Metatah mengalami keluhan seperti ngilu akibat pengikiran yang terlalu dalam. Oleh karena itu, disarankan untuk menjaga kebersihan gigi sebelum dan sesudah upacara, serta menghindari konsumsi makanan terlalu panas atau dingin untuk mencegah sensitivitas. Kolaborasi dengan dokter gigi juga dapat memastikan prosedur ini aman dan steril.

Daya Tarik Wisata Budaya

Bagi wisatawan, tradisi Metatah menawarkan wawasan mendalam tentang budaya Bali yang kaya. Upacara ini sering diadakan secara massal di pura atau gedung kesenian, seperti di Tabanan, untuk mengurangi biaya, sehingga memungkinkan wisatawan menyaksikannya. 

Beberapa desa bahkan menawarkan Metatah gratis bagi masyarakat kurang mampu, mencerminkan nilai gotong royong. Wisatawan dapat mengunjungi desa-desa seperti Ubud atau Gianyar untuk melihat persiapan upacara, termasuk pakaian adat dan sesajen, yang menambah pesona budaya perjalanan Anda. Selain itu, tradisi ini sering diiringi seni tari seperti topeng atau musik gamelan, yang memperkaya pengalaman wisata.

Tips untuk Wisatawan

Jika Anda ingin menyaksikan Metatah saat berlibur di Bali, kunjungi selama musim upacara, biasanya setelah hari raya Galungan atau Kuningan, ketika banyak keluarga mengadakan ritual ini. Hormati tradisi dengan berpakaian sopan dan meminta izin sebelum mengambil foto. 

Berinteraksi dengan masyarakat lokal atau pemandu wisata berpengetahuan dapat membantu Anda memahami makna mendalam di balik ritual ini. Mengunjungi pura atau desa adat juga memberikan kesempatan untuk melihat prosesi lain seperti Ngaben atau tarian sakral, yang semakin memperkaya pengalaman perjalanan Anda.