Pantang Berpakaian Merah di Baduy Dalam, Benarkah Bakal Alami Hal Mengerikan?

Ilustrasi wanita berbaju merah
Sumber :
  • Pixabay

Lifestyle –Suku Baduy Dalam, komunitas adat di pedalaman Banten, dikenal dengan gaya hidup sederhana yang selaras dengan alam dan tradisi leluhur. Terletak di Desa Cibeo, Cikertawarna, dan Cikeusik, kawasan ini menarik perhatian wisatawan yang mencari pengalaman wisata horor dan mistis. Salah satu mitos yang kerap menjadi perbincangan adalah larangan berpakaian merah di Baduy Dalam

Misteri Kamar Terlarang Baduy Dalam, Wisatawan Tak Boleh Masuk?

Konon, melanggar aturan ini dapat mendatangkan hal mengerikan, seperti gangguan spiritual atau malapetaka. Benarkah mitos ini memiliki dasar kuat, atau hanya cerita yang dilebih-lebihkan? 

Artikel ini mengupas asal-usul larangan, fakta di baliknya, dan panduan wisata yang menghormati adat Baduy.

Mengenal Suku Baduy Dalam

4 Larangan Saat Wisata ke Baduy, Ini Resikonya Jika Dilanggar

Suku Baduy Dalam adalah bagian dari masyarakat Baduy yang tinggal di pedalaman Lebak, Banten, sekitar 120 kilometer dari Jakarta. Berbeda dengan Baduy Luar yang lebih terbuka terhadap modernitas, Baduy Dalam menjalani kehidupan tanpa teknologi, listrik, atau alat modern. 

Mereka tinggal di rumah anyaman bambu, bercocok tanam secara tradisional, dan mematuhi aturan adat yang ketat. Filosofi hidup mereka berpusat pada keseimbangan dengan alam dan penghormatan terhadap leluhur, menjadikan Baduy Dalam destinasi unik bagi wisatawan yang tertarik pada kearifan lokal dan nuansa misteri.

Bikin Merinding! Wisata ke Baduy Siap-siap Lewati Jembatan Akar Misterius Ini

Kehidupan Baduy Dalam diatur oleh Pu’un, pemimpin adat yang menjaga tradisi. Aturan-aturan ini mencakup larangan menggunakan sabun kimia, memotret, hingga membawa barang modern. Larangan ini bukan sekadar aturan, tetapi cerminan nilai spiritual yang diyakini menjaga harmoni alam dan komunitas. 

Wisata horor di Baduy Dalam pun sering dikaitkan dengan cerita-cerita mistis seputar pelanggaran aturan adat, salah satunya larangan berpakaian merah.

Mitos Larangan Berpakaian Merah

Larangan berpakaian merah di Baduy Dalam menjadi salah satu mitos yang paling menarik perhatian. Menurut cerita yang beredar, warna merah dianggap terlalu mencolok dan dapat mengganggu keseimbangan spiritual di wilayah Baduy Dalam. 

Beberapa warga lokal meyakini bahwa warna ini diasosiasikan dengan energi negatif atau kemarahan, yang bertentangan dengan nilai kesederhanaan dan ketenangan Baduy. Ada pula yang menyebut bahwa pelanggaran aturan ini dapat memicu gangguan mistis, seperti tersesat di hutan atau mendapat peringatan dari leluhur.

Asal-usul larangan ini sulit dilacak secara pasti karena sifat lisan tradisi Baduy. Namun, beberapa sumber menyebutkan bahwa warna merah dianggap "panas" dalam konteks spiritual, berbeda dengan warna netral seperti putih atau hitam yang mencerminkan kesucian dan kesederhanaan. 

Mitos ini diperkuat oleh cerita wisatawan yang mengaku merasakan ketidaknyamanan atau kejadian aneh setelah mengenakan pakaian merah, meski bukti konkret sulit ditemukan. Misteri ini menambah daya tarik Baduy Dalam sebagai destinasi wisata horor yang penuh dengan nuansa mistis.

Fakta di Balik Larangan

Meski larangan berpakaian merah sering dikaitkan dengan hal-hal mistis, fakta di lapangan menunjukkan bahwa aturan ini lebih berkaitan dengan penghormatan terhadap adat. Berdasarkan penuturan beberapa pemandu wisata lokal, warna merah memang dihindari karena dianggap mencolok dan tidak sesuai dengan nilai kesederhanaan Baduy Dalam. 

Namun, konsekuensi "mengerikan" yang sering dibicarakan lebih merupakan peringatan untuk menghormati aturan ketimbang ancaman nyata. Pelanggaran aturan adat, termasuk berpakaian merah, biasanya hanya berujung pada teguran dari warga atau Pu’un.

Selain larangan berpakaian merah, Baduy Dalam memiliki aturan lain yang tidak kalah ketat, seperti larangan menggunakan alas kaki di desa tertentu, membawa plastik, atau memotret tanpa izin. Aturan ini bertujuan menjaga kesucian wilayah dan mencegah pengaruh luar yang dapat mengganggu tradisi. 

Dalam konteks wisata horor, cerita tentang larangan ini sering dilebih-lebihkan untuk menarik perhatian, padahal esensinya adalah penghormatan terhadap kearifan lokal. Wisatawan yang mematuhi aturan ini biasanya diterima dengan ramah oleh warga Baduy.

Pengalaman Wisata ke Baduy Dalam

Mengunjungi Baduy Dalam menawarkan pengalaman yang tak terlupakan, baik bagi pecinta wisata budaya maupun mereka yang tertarik pada nuansa misteri. Perjalanan dimulai dari Ciboleger, pintu masuk utama menuju kawasan Baduy, yang dapat ditempuh dengan kendaraan dari Rangkasbitung. 

Dari sana, wisatawan harus berjalan kaki selama beberapa jam melalui hutan dan bukit, menikmati pemandangan alam yang masih asri. Suasana tenang dan sederhana di desa-desa Baduy memberikan kontras dengan hiruk-pikuk kota, sekaligus memicu rasa penasaran akan cerita-cerita mistis.

Untuk menghormati adat, wisatawan disarankan mengenakan pakaian sederhana dengan warna netral, seperti putih, hitam, atau biru tua. Hindari pakaian merah atau warna cerah lainnya untuk menunjukkan rasa hormat. Selain itu, wisatawan harus mematuhi etika berkunjung, seperti tidak membawa barang elektronik, tidak membuang sampah sembarangan, dan meminta izin sebelum mengambil foto. Pemandu lokal biasanya tersedia untuk membantu menjelaskan aturan dan memastikan kunjungan berjalan lancar.

Pengalaman menginap di rumah warga Baduy menjadi salah satu daya tarik utama. Wisatawan dapat belajar tentang cara hidup sederhana, seperti memasak dengan kayu bakar atau menenun kain tradisional. Meski tidak ada cerita horor yang terkonfirmasi, suasana malam di Baduy Dalam yang gelap dan sunyi sering memicu imajinasi tentang hal-hal mistis, menjadikannya pengalaman yang menarik bagi pencinta wisata horor.

Untuk merencanakan perjalanan ke Baduy Dalam, waktu terbaik adalah antara April hingga Oktober saat cuaca cenderung kering. Wisatawan disarankan menghubungi pemandu lokal melalui kelompok wisata resmi di Ciboleger untuk memastikan kunjungan sesuai dengan aturan adat.

Beberapa referensi budaya, seperti buku tentang Suku Baduy atau dokumentasi dari peneliti lokal, dapat membantu memahami lebih dalam tentang tradisi mereka. Dengan persiapan yang matang, wisatawan dapat menikmati keindahan Baduy Dalam sambil menghormati kearifan lokal dan menjelajahi misteri di balik mitos-mitos yang menyelimutinya.