Terungkap! Penyebab Gen Z Sulit Cari Pekerjaan di Era AI

Ilustrasi sulitnya menjadi dewasa
Sumber :
  • Freepik

LifestyleGen Z kini menjadi generasi paling rentan di dunia kerja. Meski berpendidikan tinggi, banyak dari mereka kesulitan mendapatkan pekerjaan karena angka pengangguran terus naik bahkan melampaui generasi sebelumnya. 

7 Pekerjaan yang Diprediksi Hilang Akibat AI dan Otomasi dalam 5 Tahun ke Depan

Masalah Gen Z tidak berhenti di situ. Pendidikan mereka sempat terguncang pandemi COVID-19 yang kian bertambah parah akibat inflasi, utang pendidikan, dan harga rumah yang melambung menambah beban finansial. Lebih buruk lagi, kehadiran kecerdasan buatan (AI) menggerus banyak pekerjaan entry-level yang menjadi pintu masuk lulusan baru (fresh graduate) membangun karier.

Hasilnya, gen Z terjebak dalam lingkaran sulit di mana pengalaman minim, biaya hidup tinggi, dan persaingan kerja yang makin ketat. Kondisi ini membuat kalangan yang lahir pada tahun 1997 hingga 2010 harus berusaha ekstra untuk mendapatkan pekerjaan impian. 

14 Keterampilan Esensial agar Karier Anda Tetap Relevan, Kebal dari Ancaman AI dan PHK

Melasir dari Newswekk, berikut ulasan lengkap di balik penyabab gen Z sulit mendapatkan kerja di era Ai. 

Tingkat Pengangguran yang Naik

Data Bank of America Institute mencatat bahwa pada Juli 2025 melaporkan lebih dari 13 persen pengangguran berasal dari kelompok pencari kerja baru tanpa pengalaman dan mayoritas gen Z. Angka ini merupakan yang tertinggi sejak 1988. 

Tren Batik Lintas Generasi: Begini Selera Gen X, Milenial, dan Gen Z

Secara keseluruhan, tingkat pengangguran generasi muda di Amerika Serikat (AS) mencapai 7,4 persen pada Juni 2025. Kenaikan tersebut lebih tinggi dibanding rata-rata nasional yang relatif stabil.

"Untuk pertama kalinya, tingkat pengangguran lulusan baru lebih tinggi dari pekerja senior. Padahal, sebelumnya justru mereka (gen Z) yang paling cepat terserap," ujar Pendiri Spring Talent Development, Keri Mesropov.

Faktor Tekanan Finansial

Selain sulit mendapatkan pekerjaan, Gen Z juga menghadapi tekanan keuangan berat. Survei Step pada Juni lalu mengungkap hampir separuh Gen Z kehabisan uang setiap bulan, dan kurang dari seperempat merasa stabil secara finansial. Dengan biaya hidup melonjak dan utang pendidikan menumpuk, ketidakpastian ekonomi membuat beban mereka kian besar.

AI Gerus Pekerjaan Entry-Level

Perubahan teknologi memperburuk situasi. Menurut Mesropov, sekitar 30 persen pekerjaan hilang atau berubah karena AI dalam lima tahun terakhir dan paling terdampak justru pekerjaan level awal yang fungsinya sebagai batu loncatan bagi para lulusan baru.

 "Pekerjaan entry-level tidak lagi benar-benar untuk pemula. Banyak yang menuntut kemampuan analitis, berpikir kritis, hingga komunikasi tingkat tinggi yang biasanya dibangun secara bertahap," jelasnya.

Peran Perusahaan dalam Adaptasi

Mesropov menambahkan, perusahaan harus mengubah tugas bagi karyawan baru. Harapannya pekerja tidak lagi hanya sekdar siap terjun di lapangan, melainkan program onboarding yang terstruktur, pembelajaran rotasi, serta mentorship intensif. 

Menurutnya, rangcang tugas sederhana namun bermakna, seperti memantau sentimen merek online atau menyusun ringkasan rapat berbasis AI, bisa menjadi jalur pembelajaran modern yang efektif.

Bank of America menambahkan bahwa hampir 289 juta anak muda di seluruh dunia saat ini tidak bekerja maupun mengikuti pendidikan atau pelatihan. Kondisi ini bukan hanya ancaman bagi generasi muda, tetapi juga berpotensi menghambat pertumbuhan ekonomi global.

Gen Z menghadapi realitas dunia kerja yang lebih keras dibanding generasi sebelumnya. Kondisi ini bukan berarti jalan buntu.

Perusahaan perlu mengambil peran aktif dengan menciptakan sistem pembelajaran yang relevan sementara gen Z dituntut untuk terus mengasah keterampilan seperti berpikir kritis, komunikasi, dan literasi digital. Masa depan dunia kerja mungkin lebih berat, tetapi dengan strategi tepat, Gen Z tetap bisa menemukan pijakan kokoh untuk membangun karier.