Fatherless Jadi Tantangan Besar bagi Single Parent, Ini 6 Dampaknya Bisa Ganggu Tumbuh Kembang Anak
- Freepik
Lifestyle – Menjadi orang tua tunggal (single parent) bukanlah peran yang mudah, terlebih saat harus menggantikan peran ganda sebagai ayah dan ibu dalam kehidupan anak. Salah satu tantangan besar yang sering luput dari perhatian adalah fenomena fatherless, yaitu kondisi di mana anak tumbuh tanpa kehadiran atau keterlibatan figur ayah. Meski secara fisik hadir, figur ayah yang tidak terlibat aktif dalam pengasuhan juga termasuk dalam kategori ini.
Fenomena fatherless kini menjadi perhatian global karena dikaitkan dengan berbagai dampak jangka panjang terhadap tumbuh kembang anak. Oleh karena itu, penting bagi para single parent, khususnya ibu untuk memahami potensi risiko ini dan mengambil langkah antisipatif demi masa depan anak yang lebih sehat secara psikologis dan sosial.
Berikut dampak fatherless terhadap tumbuh kembang anak yang perlu diwaspadai para single parent. Simak uraian lengkap di bawah ini.
1. Gangguan Emosional dan Kesehatan Mental
Anak yang tidak mendapatkan dukungan emosional dari sosok ayah cenderung mengalami kesulitan dalam mengelola emosi. Mereka lebih rentan terhadap gangguan psikologis seperti depresi, kecemasan, perasaan tidak aman, hingga gangguan harga diri. Studi dari Journal of Family Psychology menyebutkan bahwa anak fatherless memiliki kemungkinan lebih tinggi mengalami kesepian kronis dan krisis identitas, terutama di usia remaja.
2. Rendahnya Rasa Percaya Diri
Ketiadaan ayah dalam kehidupan sehari-hari dapat menurunkan rasa percaya diri anak, khususnya dalam mengambil keputusan, menghadapi tantangan, dan membangun relasi sosial. Sosok ayah umumnya menjadi panutan dan pemberi validasi bagi anak, terutama dalam membangun persepsi diri yang kuat. Tanpa dukungan ini, anak cenderung merasa tidak cukup berharga atau tidak layak untuk dihargai.
3. Masalah Perilaku dan Kenakalan Remaja
Banyak riset menunjukkan bahwa anak yang tumbuh dalam keluarga fatherless lebih berisiko terlibat dalam kenakalan remaja, seperti perkelahian, bolos sekolah, penyalahgunaan zat, hingga perilaku kriminal. Kurangnya disiplin, perhatian, dan kontrol sosial dari figur ayah dapat membuka celah bagi perilaku menyimpang. Hal ini juga diperkuat oleh lingkungan sosial yang negatif jika tidak diimbangi dengan pengawasan yang memadai.
4. Kendala dalam Prestasi Akademik
Fatherless juga berkorelasi dengan penurunan prestasi akademik. Anak tanpa figur ayah cenderung kurang memiliki dorongan belajar yang kuat, mengalami kesulitan berkonsentrasi, serta lebih sering menunjukkan sikap apatis terhadap pendidikan. Selain itu, kurangnya dukungan struktural dan finansial yang biasanya disediakan ayah berdampak pada akses belajar yang terbatas.
5. Kesulitan Menjalin Hubungan Sosial
Kehilangan figur ayah bisa menghambat kemampuan anak dalam membangun relasi sehat dengan orang lain. Anak perempuan, misalnya, bisa mengalami kesulitan mempercayai lawan jenis, sedangkan anak laki-laki bisa tumbuh dengan konsep maskulinitas yang menyimpang atau tidak stabil. Ini berdampak hingga masa dewasa, dalam bentuk hubungan interpersonal yang tidak sehat atau ketakutan membentuk keluarga sendiri.
6. Potensi Siklus Fatherless Berulang
Salah satu dampak jangka panjang yang sering tidak disadari adalah potensi berulangnya siklus fatherless. Anak yang tumbuh tanpa ayah berisiko lebih tinggi mengalami konflik keluarga saat dewasa, memiliki pola hubungan yang tidak sehat, atau bahkan mengulangi pola pengasuhan tanpa keterlibatan. Hal ini menandakan bahwa fatherless bukan hanya isu masa kini, tapi juga ancaman antargenerasi jika tidak dicegah.
Dampak fatherless sangat luas dan serius, memengaruhi hampir seluruh aspek perkembangan anak, mulai dari mental, sosial, akademik, hingga masa depan relasi. Bagi single parent, kesadaran akan risiko ini menjadi langkah awal untuk mencari solusi terbaik, baik melalui dukungan keluarga, figur panutan positif, maupun akses layanan psikologis.
Para ibu tidak perl khawatir atau cemas bahkan tidak percaya diri. Anak yang kehilangan figur ayah tetap bisa tumbuh optimal jika diasuh dengan penuh kasih, stabilitas, dan perhatian terhadap kebutuhan emosionalnya.