6 Kebiasaan Buruk Berinvestasi yang Wajib Dihindari untuk Sukses Finansial
- Freepik
Lifestyle – Investasi merupakan langkah penting untuk mencapai kebebasan finansial dan membangun kekayaan jangka panjang. Tanpa pendekatan yang tepat, banyak investor terjebak dalam kebiasaan buruk yang justru menghambat pertumbuhan aset.
Di tengah informasi yang berlimpah dan pasar keuangan yang terus berkembang, kebiasaan buruk dalam berinvestasi dapat menyebabkan kerugian finansial. Sekalipun para investor profesional yang sudah banyak pengalaman di pasar modal.
Berikut enam kebiasaan buruk yang sering dilakukan dalam berinvestasi yang semestinya Anda hindari. Apa saja? Simak uraiannya di bawah ini, ya.
1. Berinvestasi Tanpa Pengetahuan yang Memadai
Salah satu kebiasaan buruk yang paling umum adalah memulai investasi tanpa pemahaman yang cukup tentang instrumen yang dipilih. Banyak investor tergiur oleh janji keuntungan besar tanpa mempelajari risiko, mekanisme pasar, atau karakteristik aset seperti saham, obligasi, atau reksadana. Padahal, pengetahuan yang solid adalah fondasi untuk keputusan investasi yang bijak.
Misalnya, investasi di saham hanya karena tren pasar tanpa memahami fundamental perusahaan dapat berujung pada kerugian. Untuk menghindari hal ini, luangkan waktu untuk mempelajari dasar-dasar investasi, seperti analisis fundamental dan teknikal, serta konsultasikan dengan ahli keuangan jika diperlukan.
2. Mengejar Keuntungan Jangka Pendek
Banyak investor terjebak dalam pola pikir mengejar keuntungan secara instan sehingga memilih pendekatan jangka pendek. Biasanya mereka hanya mengikuti tren atau spekulasi di pasar yang volatil. Meskipun pendekatan ini kadang menghasilkan keuntungan, resikonya sangat tinggi dan sering kali menyebabkan kerugian besar.
Investasi yang sukses membutuhkan kesabaran dan fokus pada tujuan jangka panjang. Diversifikasi portofolio dan memilih instrumen dengan pertumbuhan stabil, seperti reksadana indeks atau saham blue-chip, dapat membantu mengurangi risiko dan memberikan hasil lebih konsisten yang membantu dalam mewujudkan kekayaan sejati.
3. Tidak Melakukan Diversifikasi Portofolio
Mengalokasikan seluruh dana ke satu jenis aset atau sektor adalah kebiasaan buruk yang meningkatkan risiko kerugian. Misalnya, menempatkan semua modal pada saham perusahaan teknologi dapat merugikan jika sektor tersebut mengalami penurunan.
Diversifikasi, yaitu menyebar investasi ke berbagai aset seperti saham, obligasi, dan properti. Ini membantu menyeimbangkan risiko dan potensi keuntungan. Pastikan portofolio Anda mencakup campuran aset dengan tingkat risiko yang berbeda untuk melindungi keuangan Anda dari fluktuasi pasar yang tidak terduga.
4. Mengabaikan Biaya Administrasi
Banyak investor tidak memperhatikan biaya terkait investasi, seperti biaya transaksi, pajak, atau biaya pengelolaan reksadana. Meski kecil tetapi biaya-biaya tersebut dapat menggerus keuntungan secara signifikan dalam jangka panjang karena efek bunga majemuk.
Sebelum berinvestasi, baiknya Anda membandingkan biaya antar platform atau produk investasi. Pilih instrumen dengan biaya rendah, seperti reksadana indeks dengan expense ratio rendah, untuk memaksimalkan keuntungan bersih Anda.
5. Membiarkan Emosi Mengendalikan Keputusan
Keputusan investasi yang didasarkan pada emosi, seperti ketakutan saat pasar turun atau keserakahan saat pasar naik, sering kali merugikan. Contohnya, menjual saham saat harga turun drastis (panic selling) atau membeli saat harga sedang tinggi (FOMO) dapat menyebabkan kerugian.
Untuk mengatasinya, tetapkan rencana investasi yang jelas dengan target dan batasan risiko. Disiplin dalam mengikuti strategi ini membantu Anda tetap rasional, terlepas dari kondisi pasar.
6. Menunda Memulai Investasi
Banyak orang menunda berinvestasi karena merasa belum memiliki cukup dana atau menunggu waktu yang tepat. Padahal, menunda investasi berarti kehilangan manfaat efek bunga majemuk, yang sangat penting untuk pertumbuhan aset jangka panjang.
Memulai dengan jumlah kecil di instrumen berisiko rendah, seperti reksadana pasar uang, jauh lebih baik daripada tidak memulai sama sekali. Waktu di pasar (time in the market) sering kali lebih penting daripada mencoba menebak waktu pasar (market timing).