Simbol Kesuburan, Mitos Meriam Si Jagur Bisa Bikin Cepat Punya Anak

Meriam Si Jagur
Sumber :
  • Indonesia Kaya

Lifestyle –Kawasan Kota Tua Jakarta menyimpan pesona sejarah yang memikat, salah satunya adalah Meriam Si Jagur, sebuah peninggalan kolonial yang tak hanya kaya akan nilai sejarah, tetapi juga sarat dengan mitos dan makna budaya. Terletak di halaman depan Museum Sejarah Jakarta, atau lebih dikenal sebagai Museum Fatahillah, meriam ini menjadi daya tarik utama bagi wisatawan lokal maupun mancanegara. 

Selain ukurannya yang besar, Meriam Si Jagur menarik perhatian karena ornamen unik di bagian belakangnya yang dianggap sebagai simbol kesuburan. Konon, mitos yang berkembang di masyarakat menyebutkan bahwa meriam ini memiliki kekuatan magis untuk membantu pasangan yang ingin segera mendapatkan keturunan, menjadikannya lebih dari sekadar artefak sejarah, tetapi juga bagian dari cerita rakyat yang memikat.

Meriam Si Jagur adalah peninggalan Portugis yang dibuat oleh Manoel Tavares Bocarro di Makau, China, pada abad ke-16. Meriam ini awalnya ditempatkan di benteng St. Jago de Barra, yang menjadi asal-usul nama “Si Jagur”. Dengan panjang 3,85 meter, berat 3,5 ton, dan diameter laras 25 sentimeter, meriam ini merupakan salah satu koleksi andalan Museum Sejarah Jakarta. 

Meriam ini dibawa ke Malaka oleh Portugis untuk mempertahankan benteng mereka, sebelum akhirnya direbut oleh Belanda pada tahun 1641 dan diboyong ke Batavia, kini Jakarta. Di Batavia, meriam ini ditempatkan di Benteng Batavia untuk menjaga pelabuhan, kemudian dipindahkan beberapa kali hingga akhirnya menetap di Taman Fatahillah pada masa pemerintahan Gubernur Ali Sadikin.

Keunikan Meriam Si Jagur

Keunikan Meriam Si Jagur tidak hanya terletak pada sejarahnya, tetapi juga pada ornamen di bagian belakangnya yang berbentuk tangan mengepal dengan ibu jari dijepit di antara jari telunjuk dan jari tengah. Dalam budaya Portugis, simbol ini dikenal sebagai mano in figa, yang melambangkan keberuntungan, kesuburan, dan perlindungan dari kejahatan. 

Namun, di Indonesia, simbol ini sering diartikan sebagai lambang persetubuhan, yang memunculkan persepsi kontroversial di kalangan masyarakat. Meskipun demikian, makna asli dari simbol ini adalah positif, bahkan digunakan sebagai ejekan terhadap Belanda, musuh Portugis pada masa itu.

Mitos Meriam Si Jagur

Mitos seputar Meriam Si Jagur semakin memperkaya daya tariknya. Pada masa lalu, banyak masyarakat, terutama wanita, yang mempercayai bahwa menyentuh atau duduk di pangkal meriam ini dapat membantu mereka yang sulit mendapatkan keturunan. Ritual ini sering dilakukan dengan menaburkan bunga dan membakar kemenyan, terutama pada hari-hari tertentu seperti malam Jumat. 

Bahkan, hingga tahun 1950-an, Meriam Si Jagur yang saat itu masih berada di dekat Jembatan Kota Intan sering dikunjungi peziarah yang membawa sesajen. Fenomena ini juga diamati oleh H.C.C. Clockener Brousson, seorang serdadu Belanda, yang mencatat bahwa tidak hanya masyarakat pribumi, tetapi juga komunitas Tionghoa dan Eropa turut mempercayai kekuatan magis meriam ini.

Selain mitos kesuburan, Meriam Si Jagur juga dikaitkan dengan legenda lain. Konon, meriam ini memiliki “kembaran” bernama Ki Amuk, yang kini berada di halaman Masjid Agung Banten, dan Nyai Setomi di Solo. Menurut cerita rakyat, jika Si Jagur dan Ki Amuk disatukan, mereka memiliki kekuatan untuk mengusir penjajah. Legenda lain menyebutkan bahwa nama “Si Jagur” berasal dari suara “jegar-jegur” yang dihasilkan saat meriam ditembakkan, menambah warna pada narasi sejarahnya.

Kondisi Terkini Meriam Si Jagur

Kini, Meriam Si Jagur telah dilindungi dengan pagar untuk mencegah pengunjung menaikinya, namun tetap menjadi salah satu objek wisata yang paling banyak difoto di Kota Tua. Untuk mengunjungi meriam ini, wisatawan dapat datang ke Museum Sejarah Jakarta di Taman Fatahillah, yang buka setiap hari Selasa hingga Minggu dari pukul 09.00 hingga 15.00 WIB. 

Selain menikmati keunikan Meriam Si Jagur, pengunjung juga dapat menjelajahi koleksi lain di museum ini, seperti artefak kolonial, replika benda bersejarah, dan kisah-kisah Jakarta tempo dulu.