Pantang Berpakaian Merah di Baduy Dalam, Benarkah Bakal Alami Hal Mengerikan?
- Pixabay
Meski larangan berpakaian merah sering dikaitkan dengan hal-hal mistis, fakta di lapangan menunjukkan bahwa aturan ini lebih berkaitan dengan penghormatan terhadap adat. Berdasarkan penuturan beberapa pemandu wisata lokal, warna merah memang dihindari karena dianggap mencolok dan tidak sesuai dengan nilai kesederhanaan Baduy Dalam.
Namun, konsekuensi "mengerikan" yang sering dibicarakan lebih merupakan peringatan untuk menghormati aturan ketimbang ancaman nyata. Pelanggaran aturan adat, termasuk berpakaian merah, biasanya hanya berujung pada teguran dari warga atau Pu’un.
Selain larangan berpakaian merah, Baduy Dalam memiliki aturan lain yang tidak kalah ketat, seperti larangan menggunakan alas kaki di desa tertentu, membawa plastik, atau memotret tanpa izin. Aturan ini bertujuan menjaga kesucian wilayah dan mencegah pengaruh luar yang dapat mengganggu tradisi.
Dalam konteks wisata horor, cerita tentang larangan ini sering dilebih-lebihkan untuk menarik perhatian, padahal esensinya adalah penghormatan terhadap kearifan lokal. Wisatawan yang mematuhi aturan ini biasanya diterima dengan ramah oleh warga Baduy.
Pengalaman Wisata ke Baduy Dalam
Mengunjungi Baduy Dalam menawarkan pengalaman yang tak terlupakan, baik bagi pecinta wisata budaya maupun mereka yang tertarik pada nuansa misteri. Perjalanan dimulai dari Ciboleger, pintu masuk utama menuju kawasan Baduy, yang dapat ditempuh dengan kendaraan dari Rangkasbitung.
Dari sana, wisatawan harus berjalan kaki selama beberapa jam melalui hutan dan bukit, menikmati pemandangan alam yang masih asri. Suasana tenang dan sederhana di desa-desa Baduy memberikan kontras dengan hiruk-pikuk kota, sekaligus memicu rasa penasaran akan cerita-cerita mistis.