Tanda-tanda Anak Mengalami Speech Delay, Kapan Harus Khawatir dan Perlu Konsultasi Dokter?
- f
Lifestyle – Perkembangan anak adalah momen yang selalu dinantikan oleh orang tua, termasuk ketika si kecil mulai mengucapkan kata pertama. Namun, tidak semua anak memiliki perkembangan bahasa yang sama.
Ada anak yang cepat bicara, ada juga yang lebih lambat. Kondisi ketika anak mengalami keterlambatan dalam kemampuan bicara sering disebut sebagai speech delay.
Speech delay tidak selalu berarti ada gangguan serius, tetapi bisa menjadi tanda yang perlu diperhatikan lebih lanjut. Dengan memahami gejala sejak dini, orang tua dapat segera melakukan langkah yang tepat.
Lantas, apa saja tanda-tanda anak mengalami speech delay dan kapan orang tua perlu khawatir? Berikut penjelasannya.
1. Tidak merespons suara atau panggilan
Sejak bayi, anak biasanya akan merespons suara dengan menoleh atau menunjukkan reaksi. Jika anak sudah berusia lebih dari 9 bulan tetapi jarang merespons ketika dipanggil namanya, hal ini bisa menjadi tanda awal keterlambatan perkembangan bahasa atau masalah pendengaran.
2. Jarang mengoceh di usia 12 bulan
Anak umumnya mulai mengoceh (babbling) sejak usia 6–9 bulan. Jika di usia 12 bulan anak masih belum mengeluarkan suara seperti “ba-ba” atau “da-da”, orang tua sebaiknya mulai memperhatikan. Mengoceh adalah tahap awal sebelum anak mengucapkan kata yang jelas.
3. Tidak mengucapkan kata sederhana di usia 18 bulan
Pada usia 1,5 tahun, anak biasanya sudah bisa mengucapkan beberapa kata sederhana seperti “mama” atau “papa”. Jika anak belum juga menunjukkan kemampuan ini, bisa jadi ada tanda speech delay yang perlu diperhatikan.
4. Kosakata terbatas di usia 2 tahun
Anak berusia 2 tahun umumnya sudah mampu mengucapkan setidaknya 50 kata dan mulai menyusun dua kata sederhana, misalnya “mau susu” atau “ayo main”. Jika anak masih sangat terbatas kosakatanya, bahkan hanya bisa menyebutkan kurang dari 10 kata, maka kondisi ini patut diwaspadai.
5. Tidak bisa menyusun kalimat sederhana di usia 3 tahun
Saat memasuki usia 3 tahun, anak biasanya sudah bisa menyusun kalimat pendek yang terdiri dari 3–4 kata. Jika kemampuan ini belum muncul, speech delay bisa menjadi penyebabnya. Anak juga mungkin sering menggunakan bahasa tubuh dibandingkan kata-kata untuk berkomunikasi.
6. Sulit dipahami oleh orang lain
Walaupun anak sudah berbicara, tetapi jika artikulasinya sulit dipahami bahkan oleh orang tua sendiri, hal ini bisa menjadi salah satu tanda keterlambatan perkembangan bicara. Umumnya, ucapan anak usia 3 tahun sudah bisa dimengerti oleh orang lain di sekitarnya.
7. Minim kontak mata dan ekspresi
Selain keterlambatan bicara, anak dengan speech delay kadang juga menunjukkan gejala lain, seperti jarang melakukan kontak mata, kurang ekspresif, atau tidak menunjukkan minat untuk berinteraksi dengan orang lain. Kondisi ini bisa terkait dengan masalah perkembangan yang lebih kompleks.
8. Tidak mengikuti instruksi sederhana
Pada usia 2 tahun, anak seharusnya sudah mampu memahami instruksi sederhana, seperti “ambil bola” atau “tutup pintu”. Jika anak tidak bisa mengikuti arahan meskipun sudah dijelaskan dengan jelas, orang tua perlu lebih waspada.
Kapan Orang Tua Perlu Khawatir?
Tidak semua speech delay berarti masalah serius. Beberapa anak hanya membutuhkan waktu lebih lama untuk berkembang. Namun, orang tua perlu waspada jika:
1. Anak sama sekali tidak mengoceh hingga usia 12 bulan.
2. Anak tidak mengucapkan kata bermakna hingga usia 18 bulan.
3. Anak tidak bisa menyusun kalimat sederhana hingga usia 3 tahun.
4. Anak menunjukkan tanda lain seperti tidak responsif, minim kontak mata, atau tidak memahami instruksi sederhana.
Jika gejala-gejala tersebut muncul, sebaiknya segera konsultasikan dengan dokter anak atau terapis wicara. Pemeriksaan lebih dini dapat membantu mengetahui apakah speech delay disebabkan oleh masalah pendengaran, gangguan perkembangan, atau faktor lingkungan.
Dengan mengenali tanda-tanda speech delay sejak dini, orang tua dapat memberikan dukungan terbaik untuk perkembangan bahasa anak. Semakin cepat intervensi dilakukan, semakin besar pula peluang anak untuk mengejar ketertinggalan dan berkembang sesuai usianya.