Tradisi Menyapih Berbeda di Tiap Budaya, Boleh Dicoba Caranya!
- Pixabay
Ibu sering melibatkan komunitas dalam proses ini, di mana anggota keluarga atau tetangga membantu menciptakan lingkungan yang mendukung anak selama penyapihan. Pendekatan ini menekankan pentingnya dukungan sosial, yang dapat mengurangi stres emosional anak. Selain itu, beberapa suku di Afrika Barat menggunakan lagu dan tarian untuk menenangkan anak selama masa transisi, menciptakan suasana yang menyenangkan dan penuh kasih sayang.
Tradisi Menyapih di Jepang
Di Jepang, penyapihan sering dilakukan dengan pendekatan yang lembut dan bertahap, sejalan dengan nilai budaya yang menekankan harmoni dan keseimbangan. Banyak ibu Jepang memperkenalkan makanan padat, seperti bubur nasi (okayu), sejak usia dini sambil tetap menyusui hingga anak berusia sekitar 2 tahun atau lebih.
Tradisi "O-neeto" di beberapa komunitas lokal melibatkan perayaan kecil saat anak mulai beralih dari ASI ke makanan keluarga. Selama acara ini, anak diberikan makanan simbolis yang mewakili kesehatan dan kemakmuran. Pendekatan ini tidak hanya membantu anak beradaptasi secara fisik, tetapi juga memperkuat ikatan keluarga melalui ritual bersama.
Tradisi Menyapih di India
Di India, penyapihan sering dikaitkan dengan tradisi keagamaan dan astrologi. Dalam beberapa komunitas Hindu, waktu penyapihan ditentukan berdasarkan perhitungan astrologi atau saran dari pandita untuk memastikan momen yang dianggap menguntungkan.
Makanan pertama yang diberikan saat penyapihan sering kali adalah kheer, hidangan manis berbasis susu dan beras yang melambangkan kelimpahan. Ibu juga sering menggunakan pendekatan bertahap, mengurangi frekuensi menyusu sambil memperkenalkan makanan tradisional yang kaya nutrisi, seperti dal dan sayuran yang dimasak lembut. Pendekatan ini mencerminkan perhatian terhadap kebutuhan nutrisi anak sekaligus menjaga nilai budaya.