Waspada Herpes, Aktris Georgia Harrison Larang Sembarang Orang Cium Bayinya

Ilustrasi menggendong bayi
Sumber :
  • Pixabay

LifestyleAktris dan bintang reality show Love Island, Georgia Harrison, baru-baru ini menjadi perbincangan publik setelah mengumumkan aturan ketat untuk bayinya yang akan lahir pada November 2025. Dengan berani, ia melarang keluarga dan teman-temannya mencium bayinya demi mencegah risiko penularan herpes, sebuah keputusan yang dianggap kontroversial namun berlandaskan kekhawatiran kesehatan. 

Keputusan ini terinspirasi dari kisah tragis seorang bayi yang meninggal dunia akibat neonatal herpes, yang ia bagikan melalui media sosial pada Juni 2025. Harrison, yang dikenal sebagai aktivis perlindungan perempuan, menunjukkan keseriusannya dalam parenting dengan mengedepankan keselamatan anaknya. Artikel ini mengupas alasan di balik keputusan Harrison, risiko herpes pada bayi, dan pentingnya kesadaran akan kesehatan neonatal.

Latar Belakang Keputusan Georgia Harrison

Georgia Harrison, yang mengumumkan kehamilannya pada April 2025, mengungkapkan kekhawatirannya tentang herpes setelah mengetahui kasus tragis seorang bayi yang meninggal akibat infeksi herpes simpleks virus (HSV). Dalam unggahan Instagram pada 18 Juni 2025, ia membagikan video yang mengisahkan kematian seorang bayi akibat herpes, yang dikenal sebagai “kissing disease” karena sering ditularkan melalui ciuman. Harrison menyatakan bahwa ia tidak ingin menyinggung keluarga atau teman, tetapi keputusan ini diambil untuk melindungi bayinya dari risiko infeksi yang berpotensi fatal. Keputusannya ini memicu diskusi luas tentang keselamatan bayi baru lahir dan praktik pengasuhan yang berbasis pencegahan.

Risiko Neonatal Herpes pada Bayi

Neonatal herpes adalah infeksi serius yang disebabkan oleh herpes simpleks virus (HSV), baik tipe 1 (HSV-1) yang umumnya terkait dengan luka dingin di mulut, maupun tipe 2 (HSV-2) yang sering dikaitkan dengan herpes genital. Infeksi ini dapat ditularkan ke bayi sebelum, selama, atau setelah kelahiran, dengan risiko paling tinggi pada empat minggu pertama kehidupan karena sistem imun bayi belum berkembang sepenuhnya. 

Menurut NHS, bayi dapat tertular HSV melalui kontak langsung, seperti ciuman dari seseorang dengan luka dingin aktif, atau bahkan dari orang tanpa gejala yang membawa virus. Kasus tragis seperti yang dialami Violet-May Constantinou, yang meninggal pada usia satu bulan akibat neonatal herpes pada 2025, menunjukkan betapa berbahayanya infeksi ini. Bayi tersebut terinfeksi HSV-1 tanpa sumber yang jelas, menyoroti bahwa virus dapat ditularkan bahkan tanpa adanya luka dingin yang terlihat.

Dampak Serius Neonatal Herpes

Neonatal herpes dapat menyebabkan komplikasi berat, termasuk sepsis, kerusakan organ, dan ensefalitis, yang dapat menyebabkan kerusakan otak permanen atau kematian. Dalam kasus Jed Scanlon, seorang anak berusia tiga tahun dari Londonderry, infeksi HSV menyebabkan ensefalitis dan gangguan belajar yang signifikan setelah ia diduga tertular dari ciuman seseorang dengan luka dingin. 

Data dari NHS menyebutkan bahwa neonatal herpes jarang terjadi di Inggris, tetapi dampaknya sangat serius, dengan tingkat kematian hingga 25% pada kasus yang tidak diobati. Gejala pada bayi meliputi demam, lesu, ruam kulit, dan kejang, yang sering kali sulit dikenali pada tahap awal. Pengobatan dengan antiviral seperti acyclovir dapat membantu, tetapi deteksi dini sangat penting untuk mencegah kerusakan permanen.

Langkah Pencegahan yang Dianjurkan

Keputusan Georgia Harrison untuk melarang ciuman pada bayinya selaras dengan rekomendasi medis. NHS menyarankan agar siapa pun dengan luka dingin atau tanda-tanda infeksi herpes tidak mencium bayi, serta menjaga kebersihan tangan sebelum menyentuh bayi. Para ahli juga menekankan pentingnya edukasi kepada keluarga dan pengunjung tentang risiko HSV, terutama karena banyak orang tidak menyadari bahwa mereka dapat menularkan virus bahkan tanpa gejala. 

Amanda Scanlon, ibu dari Jed Scanlon, menyerukan kesadaran yang lebih besar tentang bahaya ciuman pada bayi, menyoroti bahwa virus herpes sangat menular selama luka dingin aktif, meskipun risiko tetap ada pada pembawa asimptomatik. Selain itu, ibu hamil disarankan untuk berkonsultasi dengan dokter jika memiliki riwayat herpes untuk mencegah penularan selama persalinan.

Reaksi Publik dan Tantangan Sosial

Keputusan Harrison tidak luput dari kontroversi. Beberapa pengikutnya di media sosial mempertanyakan larangan ini, dengan komentar seperti, “Mengapa kita tidak boleh mencium bayi?” yang mencerminkan kurangnya pemahaman tentang risiko herpes. Harrison sendiri menyadari bahwa aturannya mungkin dianggap berlebihan oleh beberapa orang, tetapi ia tetap teguh demi keselamatan anaknya.

Hailey Riches, ibu dari Violet-May, juga mengungkapkan frustrasinya terhadap sikap serupa, menekankan bahwa kehilangan anaknya akibat herpes membuatnya sadar akan pentingnya pencegahan. Tantangan sosial ini menunjukkan perlunya edukasi yang lebih luas tentang kesehatan neonatal, terutama di kalangan keluarga yang mungkin menganggap ciuman sebagai tanda kasih sayang yang tidak berbahaya.

Pentingnya Edukasi Parenting Berbasis Kesehatan

Keputusan Georgia Harrison menyoroti pentingnya pendekatan parenting yang berbasis informasi medis. Sebagai figur publik yang baru saja menerima penghargaan MBE atas kampanyenya melawan kekerasan terhadap perempuan, Harrison menggunakan platformnya untuk meningkatkan kesadaran tentang isu kesehatan yang sering diabaikan. Dengan membagikan kisah-kisah seperti kematian Violet-May, ia membantu mengedukasi publik tentang risiko neonatal herpes dan langkah pencegahannya.

Pendekatan ini juga mencerminkan tren parenting modern yang mengutamakan keselamatan dan kesejahteraan anak, bahkan jika itu berarti menghadapi kritik atau norma sosial yang bertentangan. Kisah Harrison dan keluarga seperti Riches dan Scanlon menjadi pengingat bahwa tindakan sederhana seperti ciuman dapat memiliki konsekuensi serius bagi bayi baru lahir.