Anak Suka Ngomong Sendiri: Normal atau Harus Khawatir?

Ilustrasi anak tantrum
Sumber :
  • Freepik

Lifestyle –Sering kali orang tua mendengar anak mereka berbicara sendiri, baik saat bermain, membaca buku, atau bahkan sebelum tidur. Fenomena ini kerap memunculkan pertanyaan: apakah perilaku ini wajar atau justru menjadi sinyal adanya masalah perkembangan? Anak yang ngomong sendiri, atau dalam istilah psikologi dikenal sebagai private speech, sebenarnya merupakan bagian alami dari proses perkembangan kognitif dan emosional anak. Namun, dalam beberapa kasus, perilaku ini juga bisa menjadi indikator yang memerlukan perhatian lebih dari orang tua. 

Artikel ini akan membahas secara mendalam mengenai penyebab, manfaat, dan kapan orang tua perlu waspada terhadap kebiasaan anak berbicara sendiri.

Apa Itu Private Speech dan Mengapa Anak Melakukannya?

Private speech adalah istilah yang digunakan untuk menggambarkan ketika anak berbicara kepada dirinya sendiri, baik dengan suara keras maupun pelan. Menurut psikolog perkembangan seperti Lev Vygotsky, perilaku ini merupakan bagian penting dari proses perkembangan kognitif anak. Vygotsky menyebutkan bahwa private speech membantu anak mengatur pikiran, memecahkan masalah, dan mengendalikan perilaku mereka. 

Misalnya, seorang anak mungkin berkata, “Aku harus taruh balok ini di sini,” saat bermain puzzle, yang menunjukkan bahwa mereka sedang memandu diri sendiri melalui suatu tugas.

Perilaku ini biasanya muncul pada anak usia prasekolah, sekitar 2 hingga 7 tahun, dan cenderung berkurang seiring bertambahnya usia. Namun, tidak jarang anak yang lebih tua atau bahkan orang dewasa, masih menggunakan private speech saat menghadapi tugas yang menantang. Berbicara sendiri membantu anak memproses informasi, meningkatkan konsentrasi, dan mengembangkan kemampuan berpikir abstrak.

Manfaat Private Speech bagi Perkembangan Anak

Penelitian menunjukkan bahwa private speech memiliki sejumlah manfaat penting bagi perkembangan anak. Pertama, ini membantu anak mengembangkan keterampilan bahasa dan komunikasi. Ketika anak berbicara sendiri, mereka secara tidak langsung berlatih struktur kalimat, kosa kata, dan intonasi. Kedua, private speech mendukung perkembangan kognitif, terutama dalam hal pemecahan masalah dan pengambilan keputusan. 

Anak yang berbicara sendiri sering kali menunjukkan kemampuan lebih baik dalam merencanakan dan menyelesaikan tugas. Ketiga, perilaku ini juga berperan dalam pengaturan emosi, seperti ketika anak mengatakan, “Tenang, aku bisa lakukan ini,” untuk menenangkan diri saat kesal.

Selain itu, private speech juga mencerminkan imajinasi dan kreativitas anak. Saat bermain peran atau berbicara seolah-olah dengan teman imajiner, anak mengembangkan kemampuan sosial dan empati. Oleh karena itu, orang tua tidak perlu khawatir jika anak mereka tampak “berbincang” dengan boneka atau karakter fiktif.

Kapan Perilaku Ini Perlu Diwaspadai?

Meskipun private speech umumnya normal, ada beberapa situasi yang mungkin memerlukan perhatian lebih dari orang tua. Pertama, jika anak berbicara sendiri secara berlebihan dan perilaku ini mengganggu interaksi sosial mereka dengan orang lain, ini bisa menjadi tanda adanya kesulitan dalam komunikasi atau perkembangan sosial. Misalnya, anak lebih memilih berbicara sendiri daripada berinteraksi dengan teman sebaya.

Kedua, perhatikan isi dari apa yang anak katakan. Jika anak sering mengucapkan kalimat yang menunjukkan kecemasan berlebih, ketakutan, atau halusinasi (seperti mendengar suara yang tidak ada), ini bisa menjadi indikasi masalah kesehatan mental yang perlu dievaluasi oleh profesional, seperti psikolog anak. Ketiga, jika kebiasaan ini muncul tiba-tiba pada anak yang lebih tua atau tidak pernah melakukannya sebelumnya, orang tua perlu mencari tahu kemungkinan pemicu, seperti stres atau trauma.

Faktor yang Mempengaruhi Kebiasaan Berbicara Sendiri

Beberapa faktor dapat memengaruhi intensitas private speech pada anak. Anak yang cenderung introvert atau sedang menghadapi situasi baru, seperti pindah sekolah, mungkin lebih sering berbicara sendiri sebagai cara untuk mengatasi perasaan canggung atau tidak pasti. Selain itu, lingungan yang mendukung, seperti rumah yang kaya akan stimulasi bahasa, juga dapat meningkatkan frekuensi private speech, karena anak terbiasa mengekspresikan pikiran mereka secara verbal.

Cara Orang Tua Menyikapi Anak yang Ngomong Sendiri

Orang tua memainkan peran penting dalam mendukung anak yang menunjukkan kebiasaan ini. Pertama, hindari melarang atau mengkritik anak karena berbicara sendiri, karena ini dapat menghambat perkembangan kognitif mereka. Sebaliknya, amati konteks dan berikan stimulasi yang sesuai. Misalnya, jika anak berbicara sendiri saat mengerjakan tugas, orang tua bisa mengajaknya berdiskusi untuk membantu memecahkan masalah. 

Kedua, ciptakan lingkungan yang aman dan mendukung agar anak merasa nyaman mengekspresikan diri. Ketiga, jika ada kekhawatiran, konsultasikan dengan psikolog anak untuk mendapatkan penilaian profesional.