Kapan dan Bagaimana Mengenalkan Makanan Baru agar Anak Tidak Picky Eater

Ilustrasi anak tidak mau makan
Sumber :
  • Pixabay

Lifestyle –Mengenalkan makanan baru pada anak merupakan langkah penting dalam membentuk kebiasaan makan sehat yang mendukung pola asuh optimal. Banyak orang tua menghadapi tantangan ketika anak menunjukkan perilaku picky eater, yaitu kecenderungan menolak makanan tertentu atau hanya menyukai jenis makanan terbatas. Fenomena ini dapat memengaruhi asupan nutrisi anak, yang pada akhirnya berdampak pada pertumbuhan dan perkembangan mereka. Dengan pendekatan parenting yang tepat, orang tua dapat membantu anak mengembangkan selera makan yang beragam dan menikmati hidup sehat

Artikel ini akan membahas waktu yang ideal serta strategi efektif untuk mengenalkan makanan baru agar anak tidak menjadi picky eater, dengan penjelasan yang informatif dan berbasis fakta.

Kapan Waktu yang Tepat untuk Mengenalkan Makanan Baru?

Menurut pedoman dari World Health Organization (WHO) dan Ikatan Dokter Anak Indonesia (IDAI), pengenalan makanan pendamping ASI (MPASI) sebaiknya dimulai pada usia 6 bulan. Pada usia ini, sistem pencernaan anak sudah cukup matang untuk menerima makanan padat, dan kebutuhan nutrisinya mulai meningkat melebihi yang dapat dipenuhi oleh ASI saja. 

Periode 6 hingga 12 bulan merupakan waktu yang kritis untuk memperkenalkan berbagai jenis makanan, karena anak cenderung lebih terbuka terhadap rasa dan tekstur baru. Dalam dunia parenting, fase ini sering disebut sebagai "jendela kesempatan" untuk membentuk kebiasaan makan sehat.

Pengenalan makanan baru sebaiknya dilakukan secara bertahap. Mulailah dengan makanan yang mudah dicerna, seperti pure sayuran (wortel, brokoli, atau labu) atau buah-buahan (pisang, apel, atau alpukat). Setelah anak terbiasa dengan satu jenis makanan, tambahkan variasi baru setiap 3-5 hari untuk memantau reaksi alergi. 

Penting untuk tidak memaksakan makanan baru, karena hal ini dapat menciptakan asosiasi negatif dengan makanan. Pola asuh yang sabar dan konsisten akan membantu anak merasa nyaman dengan pengalaman makan baru.

Strategi Efektif untuk Mengenalkan Makanan Baru

1. Ciptakan Pengalaman Makan yang Positif

Pola asuh yang mendukung lingkungan makan yang menyenangkan sangat penting untuk mencegah anak menjadi picky eater. Orang tua dapat menciptakan suasana makan yang santai dengan melibatkan anak dalam proses penyajian makanan. Misalnya, ajak anak untuk melihat atau menyentuh bahan makanan sebelum dimasak. 

Penelitian menunjukkan bahwa anak yang terlibat dalam persiapan makanan cenderung lebih tertarik untuk mencobanya. Selain itu, hindari distraksi seperti gadget selama waktu makan agar anak fokus pada makanan dan menikmati pengalaman sensoriknya.

2. Variasi Tekstur dan Rasa

Untuk mendukung hidup sehat, anak perlu terpapar berbagai tekstur dan rasa sejak dini. Mulailah dengan tekstur lembut seperti pure, kemudian lanjutkan ke tekstur yang lebih kasar seperti makanan yang dihancurkan atau potongan kecil saat anak mulai memiliki keterampilan mengunyah, biasanya sekitar usia 9-12 bulan. 

Variasi rasa, seperti kombinasi manis (buah), gurih (sayuran), dan sedikit asam (yogurt), membantu anak mengenal spektrum rasa yang luas. Dengan pendekatan ini, anak akan lebih mudah menerima makanan baru tanpa penolakan.

3. Terapkan Prinsip "Repeated Exposure"

Penelitian di bidang psikologi anak menunjukkan bahwa diperlukan 8-15 kali paparan terhadap makanan baru sebelum anak benar-benar menerimanya. Oleh karena itu, orang tua perlu bersabar dan terus menawarkan makanan yang sama dalam porsi kecil tanpa memaksa. Misalnya, jika anak menolak brokoli pada percobaan pertama, cobalah menyajikannya dalam bentuk berbeda, seperti dikukus, dicampur dalam sup, atau disajikan dengan saus yang disukai anak. Pola asuh yang konsisten dalam menerapkan prinsip ini akan meningkatkan kemungkinan anak menerima makanan baru.

4. Jadilah Role Model

Anak cenderung meniru kebiasaan makan orang tua. Dalam konteks parenting, orang tua yang menunjukkan kebiasaan makan sehat, seperti mengonsumsi sayuran dan buah-buahan secara rutin, dapat memengaruhi preferensi makanan anak. 

Makan bersama keluarga juga memberikan kesempatan bagi anak untuk melihat variasi makanan yang dikonsumsi orang tua, sehingga mereka termotivasi untuk mencoba. Pastikan untuk menunjukkan sikap positif terhadap makanan, seperti mengomentari rasa atau manfaat kesehatan makanan tersebut.

5. Hindari Hadiah atau Hukuman Terkait Makanan

Menggunakan makanan sebagai hadiah (misalnya, "Makan brokoli, nanti dapat es krim") atau hukuman dapat menciptakan hubungan tidak sehat dengan makanan. Pendekatan ini dapat membuat anak memandang makanan tertentu sebagai "buruk" atau "baik," yang meningkatkan risiko menjadi picky eater. 

Sebaliknya, dorong anak untuk mencoba makanan baru dengan pujian sederhana, seperti "Wah, kamu berani mencoba wortel, hebat!" Pendekatan ini mendukung pola asuh yang membangun kepercayaan diri anak dalam mengeksplorasi makanan.

6. Perhatikan Porsi dan Frekuensi

Saat mengenalkan makanan baru, sajikan dalam porsi kecil untuk menghindari anak merasa kewalahan. Misalnya, satu sendok makan sayuran baru sudah cukup untuk memulai. Frekuensi makan juga perlu diperhatikan; anak usia 1-3 tahun biasanya membutuhkan 3 kali makan utama dan 2-3 kali camilan sehat setiap hari. 

Dengan menawarkan makanan baru secara rutin dalam porsi kecil, anak akan lebih mudah terbiasa tanpa merasa tertekan.

Pentingnya Kesabaran dan Konsistensi

Dalam parenting, kesabaran adalah kunci saat mengenalkan makanan baru. Setiap anak memiliki kecepatan adaptasi yang berbeda, dan tekanan untuk segera menyukai makanan tertentu justru dapat memperburuk perilaku picky eater. Orang tua perlu memahami bahwa penolakan makanan adalah bagian normal dari proses perkembangan anak. 

Dengan tetap konsisten menawarkan makanan baru, menciptakan pengalaman positif, dan menjadi teladan yang baik, anak akan belajar menikmati berbagai jenis makanan yang mendukung hidup sehat.