Pola Asuh Tanpa Teriakan, Teknik ‘Shitsuke’ Jepang yang Bisa Dicoba di Rumah
- Freepik
Lifestyle –Dalam dunia parenting, teriakan sering kali menjadi respons instinktif orang tua ketika menghadapi perilaku anak yang menantang. Namun, pendekatan ini dapat merusak hubungan emosional dan meningkatkan stres pada anak. Di Jepang, teknik Shitsuke—sebuah prinsip pendidikan yang menekankan disiplin diri dan kebiasaan positif—menawarkan solusi pola asuh tanpa teriakan yang efektif dan harmonis.Berakar dari filosofi budaya Jepang yang menghargai kesabaran dan konsistensi, Shitsuke membantu orang tua membimbing anak menuju kemandirian tanpa kekerasan verbal.
Artikel ini mengeksplorasi esensi Shitsuke, manfaatnya dalam parenting, dan langkah-langkah praktis untuk menerapkannya di rumah guna menciptakan lingkungan keluarga yang suportif.
Apa Itu Teknik Shitsuke?
Shitsuke adalah prinsip pendidikan Jepang yang berfokus pada pembentukan kebiasaan, disiplin diri, dan tanggung jawab melalui pendekatan yang lembut namun terstruktur. Istilah ini, yang merupakan bagian dari filosofi Kaizen (peningkatan berkelanjutan), diterapkan dalam pendidikan tradisional Jepang untuk menanamkan nilai-nilai seperti ketertiban dan kerja sama sejak usia dini.
Berbeda dengan pola asuh yang mengandalkan hukuman atau teriakan, Shitsuke menekankan pengajaran melalui contoh, rutinitas yang konsisten, dan komunikasi positif. Tujuannya adalah membentuk anak yang mandiri, bertanggung jawab, dan mampu mengelola diri sendiri tanpa tekanan eksternal yang berlebihan.
Mengapa Pola Asuh Tanpa Teriakan Penting?
Teriakan sebagai respons parenting dapat berdampak negatif pada anak. Penelitian dari American Psychological Association (2021) menunjukkan bahwa paparan teriakan secara rutin dapat meningkatkan kecemasan, menurunkan kepercayaan diri, dan mengganggu perkembangan emosional anak. Sebaliknya, pola asuh tanpa teriakan menciptakan lingkungan yang aman dan suportif, memungkinkan anak merasa dihargai dan didengar.
Pendekatan ini juga memperkuat hubungan orang tua-anak, meningkatkan kerja sama, dan mendukung perkembangan sosial anak. Dengan menerapkan Shitsuke, orang tua dapat menggantikan teriakan dengan komunikasi yang lebih konstruktif, yang terbukti lebih efektif dalam membentuk perilaku positif.
Prinsip Shitsuke dalam Pola Asuh
Shitsuke mengandalkan beberapa prinsip inti dalam parenting. Pertama, konsistensi dalam menetapkan aturan dan rutinitas harian membantu anak memahami ekspektasi dengan jelas. Kedua, orang tua berperan sebagai teladan, menunjukkan perilaku yang diinginkan, seperti berbicara dengan tenang atau menjaga kebersihan.
Ketiga, penguatan positif, seperti pujian spesifik, digunakan untuk memotivasi anak. Keempat, kesabaran menjadi kunci, memberikan anak waktu untuk belajar tanpa tekanan. Dalam keluarga Jepang, misalnya, anak-anak diajarkan merapikan mainan sejak usia dini melalui rutinitas sederhana yang diulang setiap hari, menciptakan kebiasaan tanpa memerlukan paksaan.
Cara Menerapkan Teknik Shitsuke di Rumah
Menerapkan Shitsuke dalam pola asuh di rumah dapat dilakukan melalui langkah-langkah praktis. Pertama, buat rutinitas harian sederhana, seperti waktu tidur atau makan yang konsisten, untuk memberikan struktur pada anak. Kedua, tunjukkan contoh perilaku positif, misalnya berbicara dengan nada tenang saat menangani konflik. Ketiga, gunakan pujian spesifik, seperti “Ibu suka cara kamu merapikan meja makan dengan rapi,” untuk memperkuat perilaku baik. Keempat, kelola emosi orang tua dengan teknik relaksasi, seperti pernapasan dalam, sebelum menangani perilaku anak yang menantang. Kelima, ajarkan tanggung jawab melalui tugas kecil sesuai usia, seperti menyiram tanaman untuk anak prasekolah.
Sebuah studi kasus di Tokyo menunjukkan bahwa keluarga yang menerapkan Shitsuke berhasil mengurangi konflik harian dengan anak dalam waktu tiga bulan.
Tantangan dalam Menerapkan Shitsuke
Meskipun efektif, menerapkan Shitsuke memiliki tantangan. Ketidaksabaran orang tua, terutama di tengah kesibukan sehari-hari, dapat menghambat konsistensi. Selain itu, perbedaan budaya mungkin membuat pendekatan ini terasa asing di luar konteks Jepang, di mana pola asuh yang lebih otoriter atau permisif lebih umum. Untuk mengatasinya, orang tua dapat mengikuti pelatihan pengendalian emosi atau menyesuaikan Shitsuke dengan kebutuhan keluarga, seperti memulai dengan satu kebiasaan sederhana. Komunitas parenting online, seperti forum di Reddit atau grup lokal, juga dapat memberikan dukungan dan inspirasi untuk menerapkan teknik ini.
Perspektif Pakar dan Manfaat Jangka Panjang
Psikolog anak, seperti Dr. Yuki Tanaka dari Kyoto University, menegaskan bahwa Shitsuke efektif dalam membentuk disiplin diri dan kemandirian anak. Pendekatan ini mendukung perkembangan emosional dan sosial, menghasilkan anak yang lebih percaya diri dan bertanggung jawab di masa dewasa. Dibandingkan dengan pola asuh otoritatif Barat, yang juga menekankan keseimbangan antara disiplin dan empati, Shitsuke lebih menonjol dalam penggunaan rutinitas sebagai alat pendidikan.
Studi dari Japan Institute of Education (2022) menunjukkan bahwa anak-anak yang dibesarkan dengan prinsip Shitsuke cenderung memiliki keterampilan manajemen waktu yang lebih baik dan hubungan keluarga yang lebih harmonis.
Tips Praktis untuk Orang Tua
Untuk memulai pola asuh dengan Shitsuke, orang tua dapat fokus pada satu kebiasaan sederhana, seperti mengajarkan anak merapikan tempat tidur setiap pagi. Gunakan alat bantu visual, seperti jadwal atau stiker penghargaan, untuk memotivasi anak. Libatkan anak dalam menetapkan aturan, misalnya dengan mendiskusikan ekspektasi sederhana seperti waktu bermain. Konsistensi adalah kunci, jadi pastikan rutinitas diterapkan setiap hari, meski dalam skala kecil. Orang tua juga dapat memanfaatkan sumber daya seperti buku parenting Jepang, seperti The Japanese Way of Disciplining Children karya Yoshiko Nakano, atau bergabung dengan komunitas online untuk berbagi pengalaman dan tips.