Niatnya Dokumentasi, Nyatanya Celah Hacker! Ini Risiko Foto Anak di Media Sosial
- freepik
Cyberbullying atau perundungan digital juga seringkali dipicu oleh konten sharenting yang tidak dikelola dengan baik. Anak-anak yang foto atau cerita pribadinya viral tanpa kontrol orangtua dapat mengalami tekanan sosial, rasa malu, dan gangguan kepercayaan diri. Oleh karena itu, pola asuh yang bertanggung jawab harus mengutamakan perlindungan psikologis dan sosial anak dalam dunia digital.
Langkah-Langkah Praktis Melindungi Privasi Anak Saat Sharenting
Untuk meminimalkan risiko-risiko tersebut, ada beberapa langkah praktis yang dapat dilakukan orangtua saat membagikan foto anak di media sosial. Pertama, pengaturan privasi akun media sosial harus dioptimalkan. Menggunakan akun privat dan membatasi daftar teman yang dapat mengakses konten adalah langkah awal yang efektif. Ini membantu mengontrol siapa saja yang bisa melihat foto anak dan mencegah akses oleh publik yang luas.
Kedua, penggunaan watermark pada foto bisa menjadi proteksi tambahan. Watermark membuat foto lebih sulit untuk dicuri dan disebarkan tanpa izin. Selain itu, sangat disarankan untuk menghapus metadata lokasi dan informasi sensitif dari foto sebelum mengunggahnya. Banyak aplikasi dan perangkat memiliki fitur untuk menghilangkan data tersembunyi tersebut sehingga keamanan informasi bisa lebih terjaga.
Ketiga, membatasi frekuensi dan jenis foto yang dibagikan juga penting. Orangtua sebaiknya memilih gambar yang minim menampilkan detail identitas anak, seperti wajah atau latar yang memperlihatkan alamat rumah. Fokus pada foto-foto dengan angle yang aman dan tidak mengungkapkan informasi pribadi dapat mengurangi risiko keamanan siber.
Selain aspek teknis, edukasi tentang risiko sharenting dan pentingnya pola asuh digital yang bijak harus menjadi bagian dari kesadaran orangtua. Mengerti konsekuensi dari setiap unggahan akan membantu membuat keputusan yang lebih cermat dan bertanggung jawab.