Toge Goreng Betawi Sebenarnya Gak Digoreng, Gimana Rasanya?

Ilustrasi toge goreng betawi
Sumber :
  • Seni Budaya Betawi

LifestyleJakarta tidak hanya kaya akan sejarah dan budaya, tetapi juga memiliki warisan kuliner yang menggugah selera, salah satunya adalah toge goreng Betawi. Meskipun namanya mengandung kata “goreng,” hidangan ini sama sekali tidak melibatkan proses penggorengan. 

Toge goreng Betawi adalah perpaduan unik antara taoge segar, tahu, lontong, dan mie kuning yang disiram dengan saus kacang kental berbumbu, menjadikannya salah satu ikon kuliner Betawi yang wajib dicoba. Dengan cita rasa yang kaya akan perpaduan manis, gurih, dan sedikit pedas, hidangan ini menawarkan pengalaman kuliner yang autentik dan memikat bagi siapa saja yang ingin menyelami kekayaan gastronomi Jakarta.

Toge goreng Betawi memiliki akar budaya yang kuat dalam masyarakat Betawi, suku asli Jakarta. Hidangan ini diperkirakan muncul pada masa kolonial Belanda, ketika masyarakat Betawi mulai mengembangkan kuliner yang memadukan bahan-bahan lokal dengan pengaruh perdagangan antar budaya. 

Menurut sejarawan kuliner, nama “toge goreng” sebenarnya berasal dari proses “digoreng” dalam konteks sausnya, yang dimasak dengan cara ditumis hingga menghasilkan aroma khas. Bahan utama seperti taoge, tahu, dan lontong mencerminkan kesederhanaan masyarakat Betawi, yang memanfaatkan bahan-bahan lokal yang mudah didapat di pasar tradisional.

Toge goreng juga dipengaruhi oleh kuliner Tionghoa, terutama dalam penggunaan tahu dan saus kacang yang kental. Perpaduan ini mencerminkan akulturasi budaya yang khas di Jakarta, yang menjadi melting pot berbagai etnis seperti Betawi, Tionghoa, dan Arab. Hidangan ini awalnya dijajakan oleh pedagang kaki lima di kawasan Pecinan atau kampung Betawi, seperti di Glodok atau Tanah Abang, dan hingga kini tetap menjadi favorit di warung-warung tradisional.

Bahan dan Cara Pembuatan

Toge goreng Betawi terdiri dari beberapa komponen utama yang menciptakan harmoni rasa. Bahan-bahan yang umum digunakan meliputi:

  1. Taoge: Tunas kacang hijau segar yang memberikan tekstur renyah.
  2. Tahu: Tahu putih yang direbus atau dikukus, kadang digoreng ringan untuk variasi.
  3. Lontong: Nasi yang dibungkus daun pisang dan dikukus, memberikan tekstur kenyal.
  4. Mie kuning: Mie basah yang menambah elemen karbohidrat.
  5. Saus kacang: Saus kental berbahan dasar kacang tanah, bawang putih, cabai, dan oncom, yang menjadi jiwa dari hidangan ini.
  6. Pelengkap: Kerupuk, bawang goreng, dan daun kucai untuk menambah aroma dan tekstur.

Proses pembuatan toge goreng dimulai dengan menyiapkan saus kacang. Kacang tanah digiling halus, lalu ditumis bersama bawang putih, cabai, dan oncom hingga harum. Oncom, produk fermentasi khas Jawa Barat, memberikan cita rasa gurih yang khas dan sedikit pedas. 

Saus ini kemudian diencerkan dengan air dan diberi sedikit gula merah untuk keseimbangan rasa manis. Taoge direbus sebentar agar tetap renyah, sementara tahu dan lontong dipotong kecil-kecil. Semua bahan disusun di piring, lalu disiram dengan saus kacang yang hangat dan ditaburi pelengkap.

Cita Rasa yang Memikat

Cita rasa toge goreng Betawi adalah perpaduan sempurna antara tekstur dan rasa. Taoge memberikan kerenyahan yang menyegarkan, kontras dengan kelembutan tahu dan lontong. Saus kacang, yang menjadi elemen utama, menawarkan kekayaan rasa gurih dari kacang tanah, pedas dari cabai, dan aroma khas dari oncom. 

Tambahan gula merah memberikan sentuhan manis yang tidak berlebihan, menciptakan harmoni yang memanjakan lidah. Kucai dan bawang goreng menambah aroma segar, sementara kerupuk memberikan tekstur renyah yang melengkapi pengalaman makan.

Hidangan ini sering disajikan dalam porsi kecil hingga sedang, cocok sebagai makanan ringan atau makan siang ringan. Bagi pecinta pedas, beberapa warung menawarkan tambahan sambal untuk meningkatkan sensasi rasa. Keunikan toge goreng terletak pada kesederhanaannya yang tetap kaya akan cita rasa, menjadikannya hidangan yang ramah di lidah berbagai kalangan.

Tempat Menikmati Toge Goreng Autentik

Di Jakarta, toge goreng Betawi dapat ditemukan di berbagai warung makan tradisional, terutama di kawasan yang kental dengan budaya Betawi seperti Setu Babakan atau Kampung Betawi di Jakarta Selatan. Salah satu tempat legendaris adalah Toge Goreng Asan di daerah Kebon Jeruk, yang telah berdiri selama puluhan tahun dan dikenal dengan saus kacangnya yang kental dan pedas. Warung lain yang populer adalah Toge Goreng Mang Gebro di Tanah Abang, yang menawarkan porsi melimpah dengan harga terjangkau.

Selain warung tradisional, toge goreng juga mulai muncul di restoran-restoran Betawi modern yang menyajikan hidangan ini dengan sentuhan kekinian, seperti menggunakan presentasi yang lebih estetik atau menambahkan variasi bahan seperti telur rebus. Namun, untuk pengalaman autentik, pedagang kaki lima di pasar tradisional tetap menjadi pilihan utama.

Daya Tarik Kuliner Toge Goreng

Toge goreng Betawi tidak hanya menarik karena rasanya, tetapi juga karena nilai budayanya. Hidangan ini mencerminkan gaya hidup masyarakat Betawi yang sederhana namun kreatif dalam memanfaatkan bahan lokal. Kehadiran oncom, misalnya, menunjukkan kearifan lokal dalam menggunakan bahan fermentasi yang kaya nutrisi. Selain itu, toge goreng juga ramah bagi vegetarian, karena bahan utamanya berbasis sayuran dan tahu, meskipun beberapa variasi mungkin menggunakan daging atau kaldu ayam dalam sausnya.

Bagi wisatawan kuliner, toge goreng menawarkan pengalaman yang berbeda dari hidangan Betawi lain seperti soto Betawi atau kerak telor. Hidangan ini juga relatif mudah dibuat di rumah, menjadikannya pilihan populer untuk mereka yang ingin mencoba memasak kuliner tradisional. Dengan harga yang terjangkau, biasanya berkisar antara Rp15.000 hingga Rp30.000 per porsi di warung tradisional, toge goreng menjadi kuliner yang mudah diakses oleh semua kalangan.