Selingkuh Bukan Soal Penampilan, Lantas Apa yang Dicari Sebenarnya?

Ilustrasi selingkuh
Sumber :
  • Freepik

Lifestyle

Kita sering membayangkan bahwa penampilan menarik, perhatian penuh, dan hubungan yang tampaknya ideal cukup untuk menjaga kesetiaan pasangan. Namun, kenyataan berkata lain. Tak sedikit cerita menyakitkan dari mereka yang telah memberi segalanya, waktu, cinta, bahkan pengorbanan, namun tetap dikhianati. Selingkuh tetap terjadi, bahkan ketika pasangan terlihat bahagia.

 

Ironisnya, banyak orang yang diselingkuhi merasa gagal, bertanya-tanya, “Kurang apa aku?” Mereka berasumsi bahwa ada sesuatu yang salah pada fisik atau perilaku mereka. Namun faktanya, menurut para psikolog dan terapis hubungan, perselingkuhan sering kali bukan soal penampilan. Ini bukan tentang siapa yang lebih cantik, lebih tampan, atau lebih seksi. Ini tentang sesuatu yang lebih dalam sesuatu yang tidak selalu terlihat.

 

Artikel ini akan membongkar lapisan terdalam dari alasan orang berselingkuh. Sehingga kita akan memahami bahwa kebutuhan emosional yang tak terpenuhi sering kali menjadi pemicu utama terjadinya infidelity, bahkan dalam hubungan yang tampak sempurna.

 

Pertama terkait dengan alasan utama seseorang berselingkuh. Profesor psikologi di University of Rochester Dr. Harry Reis, mengungkap bahwa alasan utama seseorang berselingkuh bukan karena mereka tidak puas dengan fisik pasangannya, tetapi karena mereka merasa tidak terlihat atau tidak dipahami secara emosional.

 

"We thrive on emotional connection. When we feel unseen or disconnected, we start searching for it elsewhere (Kita berkembang karena adanya koneksi emosional. Ketika kita merasa tidak terlihat atau terputus secara emosional, kita mulai mencarinya di tempat lain," kata Dr. Harry Reis.

 

Dalam relasi jangka panjang, keintiman emosional bisa terkikis oleh rutinitas, stres, dan kurangnya komunikasi mendalam. Ketika seseorang tidak merasa didengar atau dihargai oleh pasangannya, maka celah emosional itu membuka peluang untuk terhubung dengan orang lain yang bisa memenuhi kebutuhan tersebut.

 

Kedua berkaitan dengan validasi diri yang hilang. Psikoterapis pasangan asal Belgia yang berbasis di New York dan penulis buku The State of Affairs, Dr. Esther Perel menyebut bahwa banyak individu berselingkuh bukan karena ingin meninggalkan pasangan mereka, tapi karena mereka ingin menemukan versi diri mereka yang lebih hidup, lebih dihargai, lebih diinginkan.

 

"It’s not always about the other person. Sometimes, it’s about reconnecting with a lost version of yourself (Ini tidak selalu tentang orang lain. Kadang, ini tentang menyambung kembali dengan versi diri kita yang pernah hilang),” Esther Perel.

 

Orang-orang yang tampaknya memiliki pasangan “sempurna” bisa tetap merasa kosong secara pribadi. Ketika kehidupan menjadi terlalu stabil atau datar, keinginan untuk merasa spesial, diinginkan, atau bahkan ‘hidup kembali’ bisa membawa mereka ke pelukan orang lain.

 

Ketiga terkait krisis identitas dalam hubunganProfesor Dr. Mark Leary dari Duke University menyatakan bahwa hubungan jangka panjang bisa membuat seseorang kehilangan jati dirinya, terutama jika individu tersebut terlalu menyesuaikan diri dengan pasangan. Dalam upaya menjaga harmoni, mereka menekan kebutuhan pribadi, hingga suatu saat perasaan tidak utuh itu muncul ke permukaan.

 

Selingkuh menjadi semacam pelarian untuk “mengingat siapa saya sebenarnya,” terutama dalam kasus di mana individu merasa identitas dirinya terkikis oleh hubungan.

 

Keempat terkait ketimpangan kebutuhan intimasi. Banyak pasangan tidak menyadari bahwa kebutuhan akan keintiman bukan hanya soal fisik. Ada lima bahasa cinta menurut Gary Chapman—sentuhan fisik, kata afirmasi, waktu berkualitas, pelayanan, dan pemberian hadiah. Ketika bahasa cinta pasangan tidak disadari atau tidak dipenuhi, muncul rasa “kosong” meski hubungan tampak baik-baik saja.

 

Kekosongan ini, walau tidak selalu diucapkan, tetap dirasakan secara mendalam dan celah emosional itu bisa diisi oleh orang ketiga yang secara tidak sengaja memberikan bahasa cinta yang lebih sesuai.

 

Kelima terkait rasa ingin diinginkan kembali.  Sebuah studi dari University College London menemukan bahwa perasaan ‘diinginkan’ memiliki dampak besar terhadap kesejahteraan emosional. Dalam hubungan jangka panjang, pasangan kadang lupa menunjukkan ketertarikan atau pujian kecil yang dulunya sering diucapkan.

 

Ketika orang lain menunjukkan kekaguman atau perhatian lebih, efeknya bisa luar biasa. Ini bukan tentang daya tarik fisik, melainkan tentang rasa 'dilihat' bahwa seseorang memperhatikan keberadaan kita.

 

Keenam terkait lingkungan dan tekanan sosial. Bukan hanya aspek personal, tekanan sosial juga memiliki pengaruh. Dalam wawancara dengan The Guardian, Dr. Lucy Beresford, seorang psikoterapis dari Royal College of Psychiatrists, Inggris, menyebut bahwa budaya semua orang bisa selingkuh yang tersebar di media dan lingkungan kerja sangat memengaruhi persepsi tentang batas kesetiaan.

 

Lingkungan yang permisif, kurangnya kontrol diri, dan terbukanya akses lewat media sosial atau aplikasi kencan bisa mempermudah seseorang yang sedang kosong secara emosional untuk tergelincir.

 

Jadi, Apa yang Dicari Sebenarnya?

 

Jika bukan kecantikan atau ketampanan, bukan juga harta atau status, lalu apa yang sebenarnya dicari? Jawabannya: koneksi emosional yang dalam dan keutuhan identitas diri.

 

Orang berselingkuh karena ingin merasa hidup kembali, ingin merasa penting, ingin merasa utuh. Mereka mencari pengalaman yang mengisi kekosongan batin—yang tidak selalu bisa dipenuhi oleh pasangan, meski pasangan itu tampak ideal.

 

Apa yang Bisa Dilakukan?

 

1. Bangun komunikasi yang jujur dan mendalam.

 

Jangan hanya bicara soal pekerjaan atau tugas rumah. Luangkan waktu untuk benar-benar mendengar satu sama lain.

 

2. Kenali dan penuhi bahasa cinta masing-masing.

 

Jangan mengasihi orang lain dengan cara yang menurut kita tepat, tapi dengan cara yang mereka butuhkan.

 

3. Jaga keintiman emosional.

 

Koneksi emosional adalah fondasi dari kesetiaan. Saling berbagi perasaan dan ketakutan secara terbuka akan membuat hubungan lebih kuat.

 

4. Jangan takut meminta bantuan profesional.

 

Terapi pasangan bukan tanda kegagalan, tapi tanda bahwa hubungan layak diperjuangkan.

 

Kesetiaan Bukan Tentang Penampilan

 

Selingkuh bukan hanya tentang godaan fisik. Itu adalah tanda dari sesuatu yang lebih dalam—kebutuhan emosional yang terabaikan, identitas yang hilang, atau perasaan tidak dilihat.

Memahami alasan di balik infidelity bukan untuk membenarkannya, tapi untuk membuka ruang dialog dan kesadaran. Bahwa cinta yang utuh bukan soal penampilan atau pencapaian, melainkan soal kehadiran yang tulus dan koneksi yang jujur.