Banyak Pasien Kanker Berobat ke Luar Negeri Balik Lagi ke Indonesia, Ahli Ungkap Alasannya

kanker
Sumber :
  • Freepik

Lifestyle – Fenomena pasien kanker Indonesia yang memilih berobat ke luar negeri bukan hal baru. Mulai dari Sumatera yang menuju Malaysia dan Singapura, hingga pasien dari Jakarta dan Pulau Jawa, banyak yang mencari pengobatan ke negara tetangga bahkan Amerika Serikat. 

Namun, tidak sedikit dari mereka akhirnya kembali menjalani perawatan di Indonesia. Hal ini diungkap oleh dr. Ronald Alexander Hukom, MHSc, SpPD, K-HOM, Ketua Perhimpunan Hematologi dan Onkologi Medik Penyakit Dalam Indonesia (PERHOMPEDIN) Cabang Jakarta.

 

“Memang cukup banyak pasien kita yang pergi ke luar negeri. Itu bukan saja di Sumatera yang ke Malaysia atau ke Singapura. Bukan hanya di Kalimantan yang pergi ke Sarawak, Malaysia. Tapi juga yang dari Jakarta dan dari Pulau Jawa. Dan memang sebagian itu pasien yang mampu,” jelas dr. Ronald saat seminar Strategi Ampuh Melawan Kanker: Membangun Sinergi Antara Tenaga Kesehatan dan Stakeholders yang digelar ROICAM di Jakarta. 

 

Seminar ROICAM tentang kanker.

Photo :
  • VIVA/Sumiyati.

 

Ia menambahkan, faktor biaya dan lamanya waktu perawatan sering menjadi alasan pasien akhirnya kembali ke Indonesia.

 

“Pengobatan kanker itu sering membutuhkan waktu panjang, berbulan-bulan bahkan bertahun. Itu di samping melelahkan juga biayanya tinggi. Banyak pasien awalnya tidak menyadari, baru belakangan melihat bahwa biayanya besar, keluarga yang harus menemani juga repot. Sehingga akhirnya kembali memang ke Indonesia,” ungkapnya.

 

Menurut dr. Ronald, bahkan pasien yang mampu pun banyak yang memulai terapi di luar negeri, namun kemudian memilih melanjutkan pengobatan di Jakarta. Salah satu alasannya adalah keberadaan BPJS Kesehatan yang bisa menanggung sebagian besar obat yang sudah masuk dalam Formularium Nasional.

 

“Mereka juga melihat ada BPJS kesehatan, kenapa tidak dimanfaatkan setidaknya untuk obat-obat yang memang sudah ada di formulari nasional. Jadi adanya BPJS ini cukup membantu banyak pasien,” katanya.

 

Meski demikian, ia mengakui masih ada obat-obatan baru yang belum sepenuhnya dijamin BPJS, sehingga sebagian pasien tetap harus membeli secara mandiri.

 

Dr. Ronald menekankan, 70 persen pasien kanker di Indonesia datang dalam kondisi stadium lanjut, yaitu stadium 3 dan 4. Kondisi ini membuat pengobatan lebih kompleks, panjang, dan melelahkan bila dilakukan jauh dari keluarga.

 

“Sokongan keluarga itu penting untuk pasien kanker. Karena waktu pengobatan lama dan pasiennya lemah. Jadi tentu lebih mudah kalau ada keluarga, berobat di tempat yang tidak jauh dari rumah,” tutupnya.

 

Seperti diketahui, Data Kementerian Kesehatan RI dan Global Cancer Observatory (Globocan) menunjukkan tren mengkhawatirkan terhadap kanker. Tahun 2022 terakhir tercatat 408.661 kasus baru dengan 242.099 kematian di Indonesia. 

 

Diproyeksikan terjadi peningkatan 63 persen kasus baru pada periode 2025–2040 bila tidak ada intervensi signifikan. Kemenkes juga memperkirakan jumlah kasus akan meningkat lebih dari 70 persen pada 2050 tanpa penguatan pencegahan dan deteksi dini.