Tekan Risiko Infeksi Silang, Linen Medis Kini Dibekali Teknologi Antivirus
- Freepik.
Lifestyle – Ketika berbicara soal layanan kesehatan, perhatian publik biasanya tertuju pada dokter, perawat, atau teknologi peralatan medis. Padahal, ada elemen penting yang kerap terlupakan: linen medis.
Mulai dari seprai, tirai, hingga pakaian pasien, semua memiliki peran penting bukan hanya untuk kenyamanan, tetapi juga sebagai lapisan perlindungan dari risiko penularan penyakit di rumah sakit.
Menurut sejumlah praktisi, linen medis idealnya berbeda dengan kain biasa. Standar kebersihan, ketahanan, dan keamanan harus jauh lebih tinggi agar mampu menunjang perlindungan bagi pasien maupun tenaga kesehatan. Sayangnya, kesadaran ini belum sepenuhnya merata di berbagai fasilitas kesehatan.
Inovasi linen medis dengan antivirus.
- VIVA/Sumiyati.
Kesadaran tersebut yang mendorong Anagata Textile mengembangkan inovasi linen medis berteknologi antivirus, hasil kolaborasi dengan HeiQ Materials AG asal Swiss. Kain ini diklaim dapat menonaktifkan virus dan mikroorganisme di permukaan tekstil sehingga menekan risiko infeksi silang.
Founder Anagata Textile, Dian Chrisna Murti, menuturkan pentingnya memandang kain medis dengan perspektif berbeda.
"Saya melihat kain medis itu bukan kain biasa. Enggak bisa disamakan dengan kain yang umum. Akhirnya kita tergerak untuk merancang tekstil yang memang digunakan khusus untuk medis. Dalam hal ini yang kita utamakan adalah perlindungan,” ujarnya saat ditemui di ICE BSD, Tangerang.
Selain fokus pada perlindungan biologis, perusahaan ini juga memperkenalkan sistem pelacakan linen dengan teknologi RFID (Radio Frequency Identification). Dengan sistem tersebut, rumah sakit dapat memantau siklus penggunaan hingga masa pakai linen medis secara lebih transparan.
"RFID ini bisa digunakan untuk operasional di rumah sakit karena setiap linen medis itu memiliki masa pakai. Kita bisa mengetahui apakah linen medis tersebut masih layak digunakan atau sudah harus menjadi limbah," jelas Dian.
Inovasi ini diharapkan menjadi awal dari pemahaman yang lebih luas bahwa upaya menjaga sterilitas tidak hanya terbatas di ruang operasi atau ICU, tetapi juga berlaku pada setiap aspek pelayanan rumah sakit, termasuk kain yang digunakan pasien dan tenaga medis.