Kenapa Wajah Lebih Glowing dan Lebih Segar Setelah Resign?
- Freepik
Hubungan antara otak dan kulit dikenal dalam ilmu psikodermatologi. Penelitian tentang Brain–Skin Connection menunjukkan bahwa stres psikologis memicu pelepasan zat-zat kimia yang menyebabkan peradangan dan menghambat proses regenerasi kulit.
Ketika Anda merasa lega seperti setelah memutuskan resign, otak mengurangi sinyal bahaya ke seluruh tubuh. Sistem saraf menjadi lebih tenang, dan kulit mendapatkan ‘lampu hijau’ untuk fokus pada pemulihan. Hasilnya? Kulit terlihat lebih halus, warna merata, dan bercahaya.
Psikolog dari Ohio State University, yang dikenal di bidang psychoneuroimmunology, Dr. Janice Kiecolt-Glaser, menemukan bahwa stres kronis bukan hanya membuat kita merasa lelah, tetapi juga melemahkan sistem kekebalan tubuh. Ia menjelaskan bahwa stres yang berlangsung lama dapat meningkatkan peradangan di seluruh tubuh dan memperlambat penyembuhan fisik termasuk kesehatan kulit.
Ketika stres berkurang drastis (misalnya setelah resign), sistem imun mulai pulih. Produksi zat pemicu peradangan menurun, sehingga kulit punya kesempatan lebih besar untuk memperbaiki kerusakan, mempertahankan kelembapan, dan menampilkan kilau alaminya.
Studi Empiris – Emosi Positif Mencerahkan Kulit
Bukan hanya hilangnya stres yang berperan, tapi juga munculnya emosi positif. Sebuah studi dari Journal of the Society of Cosmetic Chemists of Japan menemukan bahwa sentuhan ringan pada wajah (hand-press) yang membangkitkan perasaan positif dapat meningkatkan tingkat “radiance” (kecerahan), “moisture” (kelembapan), dan “clarity” (kejernihan kulit).
Fenomena ini menjelaskan mengapa orang yang baru resign yang sering kali dipenuhi rasa optimisme dan kebebasan memiliki kulit yang tampak lebih segar dan bercahaya.