Beda dengan Wanita, Studi Ungkap Pria Ajukan Gugatan Cerai Saat Istri Sakit

Ilustrasi cerai
Sumber :
  • Freepik

Psikolog asal Amerika, Dr. Mark Travers, yang memperoleh gelarnya dari Universitas Cornell dan Universitas Colorado Boulder, menyampaikan bahwa hasil studi ini sangat masuk akal jika dilihat dari lensa norma gender tradisional yang dibentuk sejak dini.

Menurutnya, perempuan secara sosial telah diajarkan untuk mengelola urusan rumah tangga, merawat pasangan, dan memastikan semua berjalan mulus di rumah. Peran ini begitu kuat melekat dalam benak masyarakat. Sehingga ketika seorang istri tidak lagi bisa menjalankan fungsi tersebut karena sakit, hubungan pernikahan dianggap terganggu atau tidak lagi berjalan sebagaimana mestinya.

"Harapan mendalam bahwa seorang istri akan selalu memastikan rumah tangganya berjalan lancar sudah begitu mengakar, sampai-sampai setiap penyimpangan dari peran ini mungkin terasa seperti, atau dianggap sah, sebagai keretakan dalam ikatan pernikahan," kata dia dikutip dari Psychology Today.

Artinya, ketika istri sakit dan tidak lagi mampu ‘mengelola rumah’, sebagian suami merasa beban dan kehilangan arah dalam relasi. Sementara itu, istri yang suaminya sakit lebih cenderung bertahan dan mengambil alih peran caregiving.

‘Kontrak Pernikahan’ Tak Lagi Seimbang

Bagi Travers, ini adalah bentuk ketimpangan dalam kontrak sosial pernikahan, yang menempatkan beban rumah tangga secara tidak adil di pundak istri.

"Tentu saja, mengharapkan perempuan untuk memikul tugas-tugas ini sendirian sejak awal adalah hal yang kuno dan tidak realistis," tulisnya.