Hati-Hati! Jerawat di Sekitar Mata Bisa Picu Kebutaan Jika Dipencet

Ilustrasi pencet jerawat
Sumber :
  • Freepik

Lifestyle –Siapa sih yang nggak pernah tergoda buat memencet jerawat? Apalagi kalau muncul di tempat mencolok seperti sekitar mata. Meski kelihatan sepele, ternyata jerawat di area mata bukan hal biasa yang bisa diperlakukan sembarangan. Salah-salah pencet, kamu bisa alami komplikasi serius mulai dari infeksi berat hingga risiko kehilangan penglihatan secara permanen!

 

Mungkin terdengar berlebihan, tapi ini bukan sekadar cerita horor di internet. Dunia medis sudah mencatat banyak kasus jerawat di sekitar mata yang berkembang menjadi infeksi orbita, bahkan menyebabkan kebutaan karena penanganan yang salah. Jadi, sebelum kamu asal tekan jerawat di kelopak atau bawah mata, yuk pahami dulu risiko medisnya.

Jerawat biasanya muncul di area berminyak seperti dahi, dagu, dan pipi. Tapi jangan salah, kulit sekitar mata juga punya kelenjar minyak kecil yang disebut meibomian glands, terutama di kelopak mata. Ketika kelenjar ini tersumbat, bisa muncul benjolan yang menyerupai jerawat.

 

Ada beberapa jenis benjolan yang sering disalahartikan sebagai jerawat:

 

  • Hordeolum (bintitan): infeksi di kelenjar tepi kelopak mata, biasanya terasa nyeri, bengkak, dan memerah.

  • Chalazion: mirip bintitan, tapi lebih ke arah peradangan tanpa infeksi. Biasanya tidak nyeri.

  • Jerawat periorbital: jerawat biasa yang tumbuh di sekitar mata karena pori-pori tersumbat.

 

Pemicu utamanya bisa berasal dari kebersihan wajah yang kurang, penggunaan make-up yang tidak dibersihkan sempurna, penggunaan lensa kontak yang kotor, hingga faktor hormonal dan stres. Menurut American Academy of Ophthalmology (AAO), infeksi ringan seperti ini bisa menjadi masalah besar jika tidak ditangani dengan benar.

 

Berbeda dari bagian wajah lainnya, kulit di sekitar mata jauh lebih tipis dan lebih sensitif. Di balik kulit yang tipis itu, terdapat pembuluh darah dan jaringan lunak yang sangat penting dan langsung terhubung ke rongga mata (orbita) dan bahkan ke otak. Ketika kamu memencet jerawat atau bintitan di area mata:

 

  • Kamu berisiko mendorong bakteri masuk ke jaringan dalam.

  • Luka terbuka bisa menjadi “pintu masuk” infeksi ke area orbita.

  • Infeksi tersebut bisa menyebar sangat cepat karena sistem pertahanan di sekitar mata relatif lemah.

 

Menurut penjelasan dari Mayo Clinic, kondisi ini bisa menyebabkan orbital cellulitis, yaitu infeksi serius di jaringan lunak belakang kelopak mata yang bisa menekan saraf optik dan menyebabkan gangguan penglihatan, bahkan kebutaan.

 

 

Salah satu komplikasi paling berbahaya dari memencet jerawat di sekitar mata adalah terbentuknya abses orbita, yaitu kumpulan nanah di belakang bola mata akibat infeksi bakteri. Kondisi ini tergolong darurat medis. Apa bahayanya?

 

  • Menekan saraf optik: Ini bisa menghambat sinyal visual dari mata ke otak.

  • Diplopia (penglihatan ganda): Karena otot mata terganggu akibat pembengkakan.

  • Kebutaan permanen: Bila tekanan tidak segera ditangani, sel-sel saraf bisa rusak selamanya.

 

Dokter spesialis mata dari Mayo Clinic, Dr. James Garrity menyatakan bahwa infeksi orbita bukan sekadar pembengkakan biasa. Ini darurat medis yang bisa merusak penglihatan hanya dalam hitungan hari. Penanganan dini sangat penting.

 

Sebuah studi yang dipublikasikan di Journal of the American Medical Association (JAMA) menyebutkan bahwa pasien yang mengalami orbital cellulitis dan tidak segera mendapat perawatan dalam 48 jam punya risiko tinggi mengalami penurunan tajam fungsi visual bahkan kebutaan.

 

 

Bedakan Jerawat Biasa dan Infeksi Serius

Nggak semua benjolan di sekitar mata itu berbahaya, tapi penting banget untuk tahu bedanya antara jerawat biasa dan infeksi serius. Berikut perbandingannya:

 

Jerawat Biasa Infeksi Serius (Orbital Cellulitis/Abses)
Ukurannya kecil Bengkak besar dan terasa keras
Tidak terlalu nyeri Nyeri tekan, terasa panas
Tidak mempengaruhi mata Mata sulit dibuka, nyeri saat digerakkan
Tidak ada demam Bisa disertai demam dan lemas
Warna kulit biasa Kemerahan menyebar di kelopak dan sekitar

 

Kalau kamu mengalami gejala yang masuk kategori infeksi serius, jangan tunda ke dokter, ya!

Banyak pakar dermatologi dan oftalmologi menekankan pentingnya tidak memencet jerawat di area sekitar mata, apalagi tanpa sterilitas yang tepat. Dermatologis asal Beverly Hills, Dr. Ava Shamban menjelaskan  bahwa dirinya selalu memperingatkan pasiennya jika jerawat muncul dekat mata, jangan coba-coba pencet sendiri. Risikonya lebih besar dibanding jerawat di bagian lain wajah.

 

Sementara itu, anggota American Society of Retina Specialists, Dr. William Barry Lee mengatakan bahwa bahkan infeksi ringan di kelopak mata bisa berkembang menjadi abses orbita jika tidak ditangani. Kasus seperti ini sering mereka temukan di ruang gawat darurat. British Journal of Ophthalmology juga menuliskan bahwa sekitar 10 persen pasien dengan abses orbita mengalami gangguan visual permanen sebagian besar karena penundaan pengobatan.

 

 

Cara Aman Mengatasi Jerawat di Sekitar Mata

Kalau kamu sedang mengalami jerawat, bintitan, atau benjolan lain di area mata, jangan panik. Tapi juga jangan bertindak gegabah. Berikut tips aman:

 

  • Jangan dipencet. Ini aturan nomor satu.
  • Kompres hangat: Gunakan handuk hangat bersih, tempelkan selama 5–10 menit, 3–4 kali sehari. Ini membantu membuka sumbatan secara alami.
  • Jaga kebersihan wajah: Pastikan selalu mencuci muka dengan pembersih yang lembut, terutama setelah menggunakan make-up.
  • Hindari make-up di area mata sampai benjolan menghilang.
  • Gunakan salep antibiotik sesuai resep dokter jika diperlukan.
  • Jika dalam 3–5 hari tidak membaik atau malah memburuk, segera ke dokter mata atau kulit.

 

Beberapa tanda bahwa kamu perlu segera mencari pertolongan medis:

 

  • Mata terasa nyeri saat digerakkan
  • Bengkak menyebar ke pipi atau dahi
  • Penglihatan mulai kabur atau berbayang
  • Kelopak mata terasa berat dan sulit dibuka
  • Demam tinggi disertai nyeri mata

 

Dokter mungkin akan melakukan pemeriksaan fisik, CT scan, atau memberikan antibiotik sistemik (oral atau infus) untuk mencegah komplikasi lebih lanjut.