Benarkah Drama Korea Membentuk Standar Romansa Tak Realistis untuk Perempuan? Ini Kata Psikolog
- Instagram resmi Son Suk Ku
Lantas kenapa kita mudah terbawa emosi saat nonton drakor? Dr. Jennifer Barnes dari University of Oklahoma menyebut fenomena ini sebagai parasocial relationship, ikatan satu arah antara penonton dan tokoh fiksi yang terasa nyata. Meski tahu bahwa si pemeran hanya karakter di layar, otak tetap memproduksi hormon seperti dopamin dan oksitosin ketika kita menonton adegan romantis atau emosional.
“Perasaan ini mirip dengan yang muncul saat kita menjalin relasi nyata,” ujar Dr. Barnes. Jadi, tidak heran jika setelah menonton drakor, kita merasa ‘kenal dekat’ atau bahkan jatuh hati pada tokohnya.
Sisi Positif: Ketika Drakor Meningkatkan Standar Cinta Sehat
Tidak semuanya buruk, kok. Drama Korea juga punya dampak positif terhadap cara pandang perempuan terhadap relasi.
Perempuan Jadi Tahu Mereka Layak Dihargai
Banyak drakor menampilkan hubungan yang didasari rasa hormat, komunikasi terbuka, dan empati. Ini bisa menjadi pengingat bahwa cinta tidak boleh bersifat toksik atau sepihak.Menjadi Inspirasi Akan Komunikasi yang Mendalam
Dalam banyak drama, tokohnya tidak hanya saling mencintai secara fisik, tapi juga mendengarkan, memvalidasi perasaan, dan saling mendukung saat terpuruk. Contohnya seperti pasangan di "It’s Okay to Not Be Okay" yang bersama-sama menyembuhkan luka batin mereka.Pelarian Emosional yang Sehat
Menurut Dr. Jonathan Haidt, psikolog dari NYU, cerita fiktif bisa menjadi sarana pemulihan emosional. Menonton kisah cinta yang manis setelah hari yang berat bisa menjadi bentuk self-care.