Apa yang Sebenarnya Terjadi Saat Kita Meninggal?
- Pixaby
Lifestyle –Kematian adalah satu-satunya kepastian dalam hidup, namun tetap menjadi misteri terbesar yang belum sepenuhnya kita pahami. Hampir setiap orang pernah merenung 'apa yang sebenarnya terjadi saat kita meninggal?' 'Apakah kita langsung hilang'? Apakah jiwa berpindah tempat? Atau, mungkinkah ada kesadaran yang tetap ada meskipun tubuh berhenti bekerja?
Pertanyaan-pertanyaan ini telah menjadi bahan pemikiran sains, filsafat, dan agama selama ribuan tahun. Dalam artikel ini, kita akan membahas kematian dari dua sisi dari sisi ilmu pengetahuan modern dan keyakinan spiritual dari berbagai tradisi. Siap untuk masuk ke dalam salah satu misteri terbesar dalam hidup manusia?
Pertama kita akan membahas mengenai tahap kematian yang dilihat dari sisi medis. Secara medis, kematian bukan sekadar tubuh berhenti bernapas. Ada proses yang kompleks yang terjadi dalam tubuh saat kehidupan berakhir.
1. Jantung Berhenti, Organ Mulai Gagal
Kematian biasanya diawali dengan berhentinya jantung. Saat jantung tak lagi memompa darah, organ vital seperti otak, hati, dan ginjal mulai rusak. Dalam beberapa menit, sel-sel mulai mati karena kekurangan oksigen. Dalam dunia medis, ini disebut kematian klinis. Tanda-tanda yang bisa terlihat antara lain seperti napas tersengal atau tidak teratur (agonal breathing), perubahan warna kulit, hingga suara napas yang menggeram dikenal sebagai death rattle.
2. Hal yang Terjadi di Otak
Menariknya, studi dari University of Michigan menunjukkan bahwa beberapa menit setelah jantung berhenti, aktivitas otak justru meningkat tajam terutama gelombang gamma yang biasanya muncul saat kita bermimpi atau bermeditasi. Dr. Sam Parnia dari NYU Langone Health bahkan mengatakan bahwa ada bukti bahwa kesadaran bisa bertahan beberapa menit setelah kematian klinis.
Pengalaman Mendekati Kematian (Near-Death Experience)
Ada banyak kisah dari orang-orang yang 'mati suri'—berhenti hidup secara medis lalu hidup kembali. Pengalaman mereka mirip yakni melihat cahaya terang, merasa damai, seolah berada di tempat yang berbeda, atau bahkan bertemu sosok tertentu.
Terkait dengan pengalaman ini, Dr. Bruce Greyson, peneliti NDE dari University of Virginia, menjelaskan bahwa hal ini bisa disebabkan oleh respons otak terhadap stres ekstrem. Ketika otak kekurangan oksigen, ia melepaskan zat kimia seperti dopamin dan serotonin dalam jumlah besar, menciptakan perasaan damai dan visual yang terang.
Namun, banyak pasien mengaku bahwa pengalaman itu terasa lebih nyata daripada kenyataan—sesuatu yang belum bisa dijelaskan sepenuhnya oleh sains.
Pandangan Spiritualitas dan Agama
Setiap keyakinan punya pandangan unik tentang apa yang terjadi setelah kematian. Berikut beberapa pandangan dari berbagai agaam terkait dengan apa yang terjadi setelah kematian.
1. Islam
Dalam ajaran Islam, kematian adalah awal dari perjalanan panjang menuju akhirat. Ruh dicabut oleh Malaikat Maut, lalu dimasukkan ke alam barzakh. Di alam ini, ruh akan ditanya oleh dua malaikat yakni Munkar dan Nakir, malaikat akan bertanya tentang keyakinan dan amalnya selama hidup. Ruh orang baik akan diberi tempat yang nyaman, sementara ruh orang jahat akan merasakan semacam penyesalan atau siksa.
2. Kristen
Dalam ajaran Kristen, terutama Protestan, jiwa orang yang meninggal langsung kembali kepada Tuhan. Konsepnya sederhana yakni mereka yang beriman akan diterima di surga, sedangkan yang tidak akan menerima penghakiman. Dalam Alkitab, Rasul Paulus menulis To be absent from the body is to be present with the Lord.
3. Hindu
Dalam agama Hindu, kematian adalah bagian dari siklus kelahiran kembali (reinkarnasi). Jiwa (Atman) tidak mati, tetapi meninggalkan tubuh fisik untuk mencari kelahiran baru, sesuai dengan karma yang dikumpulkan dalam hidup sebelumnya. Tujuan akhirnya adalah mencapai moksha—bebas dari siklus kelahiran dan kematian.
4. Buddha
Buddhisme juga mengajarkan reinkarnasi, tetapi dengan sedikit perbedaan. Tidak ada 'roh tetap', melainkan kesadaran yang terus berubah. Setelah kematian, kesadaran mengalami masa bardo selama 49 hari sebelum 'lahir kembali'. Kualitas reinkarnasi tergantung dari karma dan tingkat pencerahan batin seseorang saat meninggal.
Titik Temu antara Sains dan Spiritualitas
Meskipun terlihat bertolak belakang, sains dan spiritualitas sebenarnya tidak harus saling meniadakan. Keduanya melihat kematian dari sisi berbeda jika sains fokus pada proses biologis, sementara agama memberi makna terhadap peristiwa tersebut.
Ahli bedah saraf asal AS, Dr. Eben Alexander pernah mengalami koma akibat meningitis parah. Selama koma, ia mengalami NDE yang sangat mendalam. Dalam bukunya Proof of Heaven, ia menyimpulkan bahwa kesadaran manusia tidak hanya berasal dari otak, dan pengalaman spiritual bisa sangat nyata bahkan dalam kondisi mati otak secara klinis.
Mengapa Kita Perlu Memahami Kematian?
Mengetahui apa yang mungkin terjadi saat kita meninggal bukan untuk menakut-nakuti, tapi untuk membantu kita menjalani hidup lebih bijaksana. Ketakutan terhadap kematian sering kali berasal dari ketidaktahuan. Dengan memahami bahwa ada banyak pandangan dan bahwa kita tidak sendirian dalam rasa penasaran ini, kita bisa lebih damai menghadapi kenyataan bahwa hidup, sebagaimana pun indahnya, pasti berakhir. Kita bisa belajar untuk:
Lebih menghargai waktu
Memperbaiki hubungan
Menemukan makna dalam hal-hal kecil
Tidak menunda hal yang penting
Tak ada satu jawaban pasti tentang apa yang terjadi saat kita meninggal. Tapi dari sains, kita tahu tubuh menjalani proses yang bisa dijelaskan. Dari keyakinan, kita belajar bahwa ada harapan, transisi, dan makna setelah kehidupan ini.
Kematian bisa jadi bukan akhir, tapi babak baru dan selama kita hidup, memahami kematian adalah salah satu cara terbaik untuk benar-benar menghargai hidup.