Peringatan Keras Bos The Fed untuk Gen Z

Bos The Fed Jerome Powell
Sumber :
  • Fortune

Lifestyle – Pasar kerja global terus bergerak dinamis seiring percepatan transformasi digital yang justru menjadi tantangan baru generasi muda. Ketua Federal Reserve (The Fed), Jerome Powell, memberikan peringatan keras bahwa generasi Z (gen Z) berpotensi tertinggal dan menganggung jika tidak memiliki kemampuan teknologi.

Menurutnya, dunia kerja saat ini tengah berada dalam fase “low-hire, low-fire, yaitu perusahaan tidak banyak merekrut tenaga baru tetapi juga tidak melakukan pemutusan hubungan kerja (PHK) massal. Kondisi inilah yang membuat peluang kerja semakin terbatas, terutama bagi mereka yang tidak siap dengan skill yang relevan.

Powell menekankan, teknologi telah menjadi pembeda utama dalam menentukan arah karier generasi muda. Gen Z yang memiliki keterampilan digital lebih mudah mendapatkan pekerjaan dengan prospek cerah, sementara yang tidak memiliki kemampuan tersebut terpaksa menerima pilihan pekerjaan yang kurang menarik.

Fenomena ini, menurut Powell, bukan hanya masalah individu, tetapi juga mencerminkan celah besar dalam sistem pendidikan yang gagal beradaptasi dengan tuntutan era digital.

Pendidikan yang Tertinggal dari Teknologi

Dikutip dari Fortune, Powell menyoroti bagaimana capaian pendidikan di Amerika Serikat mengalami stagnasi sejak tahun 1970-an. Padahal, selama sebagian besar abad ke-20, peningkatan akses pendidikan menjadi faktor kunci yang membuat tenaga kerja mampu mengikuti laju inovasi teknologi.

Harvard economists Claudia Goldin dan Lawrence Katz dalam karyanya The Race Between Education and Technology bahkan menegaskan, kesenjangan sosial semakin melebar saat sistem pendidikan gagal mengejar kecepatan inovasi.Di masa lalu, AS dikenal sebagai negara pionir dengan sistem pendidikan menengah inklusif dan akses luas bagi semua kalangan, termasuk perempuan.

Hal ini yang memungkinkan generasi sebelumnya selalu siap menghadapi gelombang teknologi baru, dari revolusi industri hingga era komputerisasi. Namun, Powell menyebut dinamika itu kini runtuh, membuat generasi saat ini lebih rentan terhadap ketidakpastian.

Dampak Gelombang AI terhadap Pasar Kerja

Ledakan investasi di bidang kecerdasan buatan (AI) memperlebar jurang antara pekerja dengan keterampilan teknologi dan mereka yang tidak memilikinya. Sektor-sektor yang terkait dengan pengembangan AI berkembang pesat, menciptakan banyak lapangan kerja dengan gaji tinggi.

Sebaliknya, bidang lain justru mengalami stagnasi perekrutan. Powell menegaskan bahwa permintaan terhadap tenaga kerja dengan keahlian AI melonjak tajam, sementara peluang bagi pekerja dengan skill tradisional semakin menyempit.

Ia juga mengakui, peran bank sentral terbatas dalam menghadapi perubahan struktural semacam ini. Instrumen kebijakan moneter seperti suku bunga memang bisa mendorong atau menahan permintaan, tetapi tidak mampu memperbaiki sistem pendidikan atau mempercepat adaptasi tenaga kerja. Powell menekankan, perbaikan hanya bisa dilakukan oleh pembuat kebijakan dan sektor swasta melalui reformasi pendidikan serta peningkatan pelatihan kerja.

Generasi Muda Harus Adaptif

Peringatan Powell menjadi alarm bagi Gen Z agar segera mempersiapkan diri dengan keterampilan yang sesuai kebutuhan zaman. Literasi digital, analisis data, pemahaman teknologi AI, hingga kemampuan memecahkan masalah dengan dukungan teknologi, kini menjadi fondasi utama untuk bersaing. Tanpa itu, generasi muda berpotensi terjebak dalam pekerjaan dengan prospek minim dan daya tawar rendah.

Lebih jauh, penting juga bagi institusi pendidikan dan perusahaan untuk menjalin kolaborasi. Perguruan tinggi harus memperbarui kurikulum sesuai dengan tuntutan industri, sementara dunia usaha perlu memberi akses pelatihan yang relevan agar tenaga kerja bisa bertransformasi lebih cepat.

Pesan Jerome Powell jelas: di era digital, keterampilan teknologi bukan lagi nilai tambah, melainkan syarat utama. Gen Z yang abai pada hal ini berisiko besar tertinggal dalam kompetisi kerja. Pendidikan yang stagnan dan kurang responsif terhadap perkembangan zaman hanya akan memperlebar kesenjangan sosial dan ekonomi.

Oleh karena itu, solusi harus datang dari berbagai pihak, mulai dari reformasi pendidikan, investasi dalam pelatihan teknologi, hingga kesadaran individu untuk terus belajar. Dengan langkah nyata tersebut, generasi muda bisa menjadikan perubahan teknologi sebagai peluang, bukan ancaman.