Fenomena Job Hugging 2025, Mengapa Banyak Karyawan Enggan Pindah Kerja?
- Freepik
Lifestyle – Fenomena dunia kerja terus mengalami perubahan dari waktu ke waktu. Jika beberapa tahun lalu job hopping atau kebiasaan berpindah pekerjaan menjadi tren utama, kini situasinya berbeda.
Muncul istilah baru yang semakin populer, yaitu job hugging. Istilah ini merujuk pada kecenderungan pekerja untuk bertahan di satu pekerjaan meskipun mereka tidak sepenuhnya puas.
Tren job hugging tidak hanya terjadi di satu negara, tetapi meluas ke berbagai belahan dunia. Banyak survei dan laporan menyebutkan bahwa pekerja kini lebih memilih keamanan dan stabilitas dibandingkan ambisi untuk naik gaji atau jabatan melalui perpindahan kerja.
Fenomena ini tentu menimbulkan pertanyaan, mengapa semakin banyak orang memilih untuk “memeluk” pekerjaan mereka saat ini?
Berikut adalah tujuh alasan utama mengapa job hugging menjadi tren di 2025.
1. Ketidakpastian Ekonomi Global
Kondisi ekonomi yang tidak stabil membuat banyak karyawan ragu untuk berpindah kerja. Survei ResumeBuilder menunjukkan hampir setengah pekerja di Amerika Serikat lebih memilih bertahan karena khawatir kehilangan keamanan finansial.
Dengan perekrutan yang melambat dan ekspansi perusahaan yang terbatas, mencari pekerjaan baru terasa seperti langkah berisiko tinggi.
2. Pasar Tenaga Kerja yang Melemah
Data CNBC menunjukkan tingkat quit rate di AS turun hingga sekitar 2 persen pada 2025, yang merupakan salah satu angka terendah dalam beberapa tahun terakhir. Angka ini menjadi bukti bahwa kepercayaan pekerja terhadap pasar kerja menurun drastis.
Mereka melihat lebih sedikit peluang dan lebih banyak tantangan dalam menemukan pekerjaan baru.
3. Kekhawatiran terhadap Otomatisasi dan AI
Perkembangan teknologi yang pesat justru menimbulkan kekhawatiran baru. Laporan PR Newswire mencatat bahwa banyak pekerja enggan pindah karena takut posisi di perusahaan baru tidak aman akibat disrupsi kecerdasan buatan dan otomatisasi.
Bertahan di pekerjaan saat ini dianggap lebih aman karena mereka sudah memahami sistem dan ekspektasi perusahaan.
4. Penurunan Manfaat Finansial dari Job Hopping
Salah satu alasan utama job hopping populer di masa lalu adalah kenaikan gaji yang besar ketika pindah. Namun, laporan Blue Signal menyebutkan bahwa “wage premium” bagi karyawan yang pindah semakin mengecil.
Artinya, keuntungan finansial dari berpindah kerja tidak lagi setimpal dengan risiko yang harus dihadapi. Hal ini membuat bertahan menjadi pilihan yang lebih rasional.
5. Perubahan Prioritas Generasi Muda
Generasi muda seperti milenial dan Gen Z mulai mengubah cara pandang mereka terhadap karier. Laporan Antal menegaskan bahwa kelompok usia 18 hingga 34 tahun kini lebih menekankan pentingnya keamanan kerja, tunjangan, serta keseimbangan hidup dibandingkan ambisi untuk cepat naik jabatan. Pergeseran nilai ini memperkuat tren job hugging di kalangan profesional muda.
6. Tekanan Finansial dan Biaya Hidup Tinggi
Biaya hidup yang semakin tinggi juga menjadi alasan banyak pekerja tidak berani mengambil risiko. Medium menyoroti bahwa utang pendidikan, cicilan rumah, dan pengeluaran harian membuat pekerja lebih mengutamakan kestabilan pendapatan.
Dengan tanggungan finansial yang besar, kehilangan pekerjaan meski sebentar saja dapat berdampak signifikan pada kehidupan mereka.
7. Keterbatasan Mobilitas Karier
Selain faktor ekonomi dan finansial, mobilitas pekerjaan yang semakin terbatas juga memengaruhi keputusan karyawan. Firstpost melaporkan bahwa berkurangnya lowongan kerja baru membuat pekerja merasa pilihan mereka semakin sempit.
Bahkan jika ada peluang, persaingan yang ketat membuat banyak orang lebih memilih bertahan di tempat yang sudah mereka kuasai.
Tren job hugging pada 2025 menunjukkan bahwa stabilitas kini menjadi nilai yang semakin dicari oleh pekerja di seluruh dunia. Ketidakpastian ekonomi, ancaman teknologi, penurunan manfaat job hopping, hingga tekanan finansial pribadi membuat banyak orang lebih memilih untuk tidak mengambil risiko.
Fenomena ini juga menandai perubahan cara pandang terhadap karier. Bagi sebagian orang, kepuasan bukan hanya soal kenaikan gaji atau jabatan, tetapi juga rasa aman dan keberlanjutan.
Jika Anda berada di posisi yang sama, penting untuk mengevaluasi prioritas pribadi, kebutuhan finansial, dan tujuan jangka panjang sebelum memutuskan apakah akan bertahan atau mencari peluang baru. Dengan begitu, strategi karier yang Anda pilih akan lebih selaras dengan kondisi pasar sekaligus kebutuhan hidup Anda.