Investasi Emas Digital vs Fisik, Mana yang Lebih Untung?

Ilustrasi investasi emas
Sumber :
  • Freepik

Penyimpanan juga menjadi persoalan karena rentan pencurian jika tidak disimpan di brankas. Biaya sewa safe deposit box (SDB) di bank bisa menambah pengeluaran. Dari sisi likuiditas, menjual emas fisik memerlukan waktu karena harus datang ke toko atau pegadaian.

Kelebihan dan Kekurangan Emas Digital

Emas digital menawarkan kemudahan transaksi melalui platform online seperti dompet digital (e-wallet), marketplace, atau aplikasi investasi resmi yang diawasi oleh OJK. Dengan modal kecil, yakni mulai dari Rp10 ribu sudah bisa membeli emas digital sesuai kemampuan. 

Fleksibilitas ini membuat emas digital cocok untuk generasi muda yang menginginkan akses cepat tanpa harus menyimpan logam mulia. Selain itu, emas digital lebih praktis untuk likuiditas. Investor bisa menjual emas kapan saja melalui aplikasi dengan harga mengikuti pasar real-time. Beberapa platform bahkan memungkinkan konversi ke emas fisik jika saldo mencapai jumlah tertentu.

Namun, emas digital juga punya risiko. Aset sepenuhnya bergantung pada sistem teknologi dan keamanan platform. Meski penyedia resmi diawasi OJK, tetap ada potensi risiko seperti peretasan atau gangguan sistem. Selain itu, investor tidak bisa langsung memegang emas yang dimilikinya, sehingga bagi sebagian orang terasa kurang “nyata”.

Mana yang Lebih Menguntungkan?

Secara nilai investasi, emas fisik dan emas digital sama-sama mengikuti pergerakan harga emas dunia. Artinya, keuntungan atau kerugian dari kenaikan dan penurunan harga emas relatif sama. Perbedaan utama terletak pada aspek biaya, keamanan, dan fleksibilitas.